Demikianlah yang dialami klien ini. Ia tetap tidak berubah dan pahanya jadi biru akibat cubitan. Yang terjadi, pikiran bawah sadarnya justru membuat asosiasi antara rasa sakit fisik dengan upaya perubahan yang ia lakukan. Selanjutnya setiap kali ia berpikir untuk melakukan perubahan, langsung timbul perasaan tidak nyaman di hatinya.
Yang klien ini tidak tahu, kepercayaan tersimpan di pikiran bawah sadar, bukan di pikiran sadar. Untuk itu ia perlu tahu sifat, cara kerja, dan hukum yang berlaku di pikiran sadar. Saya menjelaskan panjang lebar apa saja yang perlu ia ketahui agar bisa berubah dengan cepat dan mudah, tanpa harus menyakiti dirinya sendiri.
Saya ingat beberapa tahu lalu seorang sahabat saya mencoba menyembuhkan anaknya yang berusia 6 tahun dari kebiasaan mengompol (enuresis). Yang ia lakukan adalah saat di pagi hari ia mendapati anaknya mengompol, ranjangnya basah, maka ia langsung menyirami si anak dengan air.
Logika berpikir yang ia gunakan sama dengan klien di atas. Hasilnya? Anaknya tidak sembuh dari kebiasaan mengompol dan menjadi trauma dengan air.
Satu lagi, untuk melakukan perubahan, semakin besar upaya pikiran sadar maka semakin kecil respon pikiran bawah sadar. Artinya, perubahan yang dipaksakan dengan menggunakan cara atau teknik yang tidak sejalan dengan sifat dan cara kerja pikiran bawah sadar niscaya akan sia-sia dan justru bisa menimbulkan masalah baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H