Ini kali kedua saya mengikuti Kelas Inspirasi. Program yang lahir dari Gerakan Indonesia Mengajar. Senin, 2 Maret, mendapat tugas di SDN Inpres Salletto, Kecamatan Simboro, Mamuju. Jaraknya sekitar 10 kilometer dari pusat kota. Dari rumah, saya menempuh 10 menit lebih mengingat jalur yang mulai padat dan berkelok.
Tak sulit menjangkau sekolah ini. Bila mencapai kompleks pasar Salletto, cukup belok kanan. Saya hanya sekali bertanya kepada warga untuk menemukan SDN yang dikitari pepohonan menghijau, dan bukit dimana matahari pagi menyembul cukup cerah.
Sebenarnya agak telat. Tim Kelas Inspirasi lainnya di SDN Saletto sudah berada di sekolah lebih awal. Tapi saat saya datang, rupanya masih melakukan brifing dengan kepala cabang dinas yang ikut hadir. Setiap relawan pengajar akan mengisi empat kelas secara bergantian.
Kelas pertama yang masuki yakni Kelas IV. Ini akan bergantian ke kelas terendah berikutnya. Tiap relawan msndapat porsi 20-30 menit di dalam kelas. Ruangan yang saya anggap sangat luar biasa adalah gabungan Kelas II dan Kelas I. Coba bayangkan betapa riuhnya kelas yang bercampur ini. Jumlah 40-an siswa.
Saya mulanya cukup repot mengatur suasana yang hiruk-pikuk, dan penuh tingkah anak-anak tujuh tahunan. Untung saja, sedikit ada modal menghadapi peserta didik di Gerakan Pramuka. Namun tetap saja situasi riuh-rendah tak terelakkan.
Pendekatan di kelas II-I hanya meminta mereka menggambarkan cita-cita mereka di atas lembaran kertas. Pola ini rupanya cukup menarik, anak-anak itu sangat antusias dalam memberi respon. Berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan mereka sesuatu yang tak mudah. Mungkin itu kali pertama bagi mereka menggambarkan cita-cita di atas kertas.
Hal yang berbeda saat bertemu siswa kelas III dan IV pada jam sebelumnya. Dalam ruang berbeda, mereka lebih gampang dikendalikan dengan menyanyi atau atraksi menarik meski singkat. Kehadiran relawan pengajar bagi anak-anak ini terasa sebagai kejutan, di sela rutinitas jadwal belajar yang berlangsung setiap hari.
Tak banyak pertanyaan yang muncul dari anak SDN Inpres Salletto. Kecuali kegembiraan bila mereka ditanya mengenai cita-cita, sebagian besar anak-anak ingin jadi tentara, polisi, dokter, guru, perawat, dan pamong praja. Harapan tinggi itu menunjukkan spektrum pengetahuan ala mereka.
Ketika mereka diberitahu tentang profesi wartawan, insinyur, atau chef, peternak, penulis, dan beberapa yang lain anak-anak itu mengangguk paham. Bahwa di luar cita-cita yang dapat disebutkan sebelumnya ada warna lain dalam bidang pekerjaan yang selama ini seolah-olah menjadi pakem cita-cita.
Yang menarik, setiap pengajar diharap membagi pengalaman dan pengetahuan yang menginspirasi sesuai latar belakang masing-masing. Saat di Kelas VI, komunikasi relatif lebih interaktif. Penulis memberi pemahaman dini mengenai pentingnya pendidikan pemilih.
Bahwa mereka masing-masing individu pada saatnya nanti akan menjadi pemilik suara amat berharga bagi daerah dan bangsa ini. Mereka mulai tahu kapan saatnya seseorang memiliki hak pilih. Apa bedanya Pilkada, Pilpres dan juga Pileg.