Mohon tunggu...
Adi Arwan Alimin
Adi Arwan Alimin Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku

Aktif mengampanyekan urgensi keterampilan menulis bagi anak-anak dan generasi muda. Penggagas Sekolah Menulis Sulawesi Barat. Kini bekerja sebagai editor dan menulis buku.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dari Kelas yang Luar Biasa!

3 Maret 2015   00:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:15 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14252920801714905949

Ini kali kedua saya mengikuti Kelas Inspirasi. Program yang lahir dari Gerakan Indonesia Mengajar. Senin, 2 Maret, mendapat tugas di SDN Inpres Salletto, Kecamatan Simboro, Mamuju. Jaraknya sekitar 10 kilometer dari pusat kota. Dari rumah, saya menempuh 10 menit lebih mengingat jalur yang mulai padat dan berkelok.

Tak sulit menjangkau sekolah ini. Bila mencapai kompleks pasar Salletto, cukup belok kanan. Saya hanya sekali bertanya kepada warga untuk menemukan SDN yang dikitari pepohonan menghijau, dan bukit dimana matahari pagi menyembul cukup cerah.

Sebenarnya agak telat. Tim Kelas Inspirasi lainnya di SDN Saletto sudah berada di sekolah lebih awal. Tapi saat saya datang, rupanya masih melakukan brifing dengan kepala cabang dinas yang ikut hadir. Setiap relawan pengajar akan mengisi empat kelas secara bergantian.

Kelas pertama yang masuki yakni Kelas IV. Ini akan bergantian ke kelas terendah berikutnya. Tiap relawan msndapat porsi 20-30 menit di dalam kelas. Ruangan yang saya anggap sangat luar biasa adalah gabungan Kelas II dan Kelas I. Coba bayangkan betapa riuhnya kelas yang bercampur ini. Jumlah 40-an siswa.

Saya mulanya cukup repot mengatur suasana yang hiruk-pikuk, dan penuh tingkah anak-anak tujuh tahunan. Untung saja, sedikit ada modal menghadapi peserta didik di Gerakan Pramuka. Namun tetap saja situasi riuh-rendah tak terelakkan.

Pendekatan di kelas II-I hanya meminta mereka menggambarkan cita-cita mereka di atas lembaran kertas. Pola ini rupanya cukup menarik, anak-anak itu sangat antusias dalam memberi respon. Berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan mereka sesuatu yang tak mudah. Mungkin itu kali pertama bagi mereka menggambarkan cita-cita di atas kertas.

Hal yang berbeda saat bertemu siswa kelas III dan IV pada jam sebelumnya. Dalam ruang berbeda, mereka lebih gampang dikendalikan dengan menyanyi atau atraksi menarik meski singkat. Kehadiran relawan pengajar bagi anak-anak ini terasa sebagai kejutan, di sela rutinitas jadwal belajar yang berlangsung setiap hari.

Tak banyak pertanyaan yang muncul dari anak SDN Inpres Salletto. Kecuali kegembiraan bila mereka ditanya mengenai cita-cita, sebagian besar anak-anak ingin jadi tentara, polisi, dokter, guru, perawat, dan pamong praja. Harapan tinggi itu menunjukkan spektrum pengetahuan ala mereka.

Ketika mereka diberitahu tentang profesi wartawan, insinyur, atau chef, peternak, penulis, dan beberapa yang lain anak-anak itu mengangguk paham. Bahwa di luar cita-cita yang dapat disebutkan sebelumnya ada warna lain dalam bidang pekerjaan yang selama ini seolah-olah menjadi pakem cita-cita.

Yang menarik, setiap pengajar diharap membagi pengalaman dan pengetahuan yang menginspirasi sesuai latar belakang masing-masing. Saat di Kelas VI, komunikasi relatif lebih interaktif. Penulis memberi pemahaman dini mengenai pentingnya pendidikan pemilih.

Bahwa mereka masing-masing individu pada saatnya nanti akan menjadi pemilik suara amat berharga bagi daerah dan bangsa ini. Mereka mulai tahu kapan saatnya seseorang memiliki hak pilih. Apa bedanya Pilkada, Pilpres dan juga Pileg.

Tim Kelas Inspirasi di sekolah yang dipimpin Syamsuddin, S.Pd itu terdiri dari Habsi Wahid (Sekkab Mamuju), penulis mewakili unsur KPU Provinsi Sulbar, AKP Daud T. (Kasar Binmas Polres Mamuju), Stelli Gidion (Guru), Andi Erwin (Konsultan), Novia Ebi dari Indonesia Mengajar/Pengajar Muda, Rustam relawan fotografer, serta Hamar selaku relawan panitia.

Keramahan guru-guru di sini tak kalah hebatnya. Sambutan mereka maujud dalam pendampingan selama kami di sana. Tak lupa gorengan berupa ubi kayu, pisang dan kue khas tetuq. Pertemuan berakhir pukul 12 siang lewat, ditutup dengan makan siang bersama. Sungguh pengalaman berbagi yang menyenangkan.

Habsi Wahid menyebut, Kelas Inspirasi tak hanya wadah berbagi dengan siswa SD. Tetapi juga menjadi sebuah cara menggali inspirasi dari dekat bersama anak-anak. Sayangnya orang penting di Pemkab Mamuju ini, tak bisa berlama-lama di Saletto. Ada agenda lain yang menunggunya di tempat lain.

AKP Daud dari Polres Mamuju, mengakui momentum bertemu anak-anak SD sesuatu yang tak biasa. "Ini salah satu cara mengenalkan profesi polisi sebagai institusi yang sesungguhnya tidak perlu ditakuti anak-anak. Itu stigma yang seharusnya diganti bahwa polisi teman yang menyenangkan bagi anak-anak," ujar Daud yang tampak bersemangat saat berbagi pengalaman. Ia datang dengan uniform polisi.

Ebi, Pengajar Muda yang bertugas di Ulumanda Majene, mengatakan, partisipasi banyak pihak dalam program itu akan memberi wawasan positif bagi siswa di sekolah dasar. Kelas Inspirasi yang hanya berdurasi sehari bagian dari Program Indonesia Mengajar yang digagas Anies Baswedan.

"Di daerah kami banyak menemukan hal yang sangat positif. Anak-anak memerlukan konstribusi lebih besar dari orang dewasa untuk mencapai tujuan belajar, dan bagaimana cara mereka meraih cita-citanya," ujar Ebi, salah satu relawan Indonesia Mengajar asal Surabaya ini.

Sampai jumpa di Kelas Inspirasi tahun depan. Hidup anak-anak Indonesia. Kalian amat luar biasa! (*)

Salletto, 2 Maret 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun