Mohon tunggu...
Dewi Purwati
Dewi Purwati Mohon Tunggu... Guru - Creative Writer

Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Author (Penulis) Konselor Sekolah

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kepercayaan Terhadap Zodiak Masih Menjamur

5 November 2022   14:31 Diperbarui: 5 November 2022   17:03 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Kepercayaan Terhadap Zodiak Masih Menjamur

Pernahkan kalian arisan? Hal apa yang paling sering dibicarakan saat arisan selain proses kocok nama dan pembagian uang arisan?
Yups makan-makan dan berbincang. Hari ini di perumahan seperti biasa setiap awal bulan ibu-ibu berkumpul satu blok untuk mengadakan arisan. Arisan ini sudah berlangsung selama 2 tahun sejak pertama kali pembukaan perumahan terisi oleh para istri-istri pemilik rumah. Sebagimana umumnya perempuan di perumahan sayapun ikut agenda kegiatan arisan ibu-ibu perum guna untuk saling mengenal dan silaturahmi satu sama lain.

Di tahun pertama arisan, saya merasakan betul manfaat arisan karena tentu saja sesuai visi misinya untuk saling mengenal dan silaturahmi antar tetangga yang menempati rumah baru. Dari 42 rumah di blok, sudah 30 rumah terisi.  Masih 12 rumah belum di isi pemilik rumah, Artinya pemilik rumah belum menetap dan tinggal di perumahan, sebagian masih ada di rumah lama karena belum selesai proses renovasi, sebagian tugas/dinas di pulau lain dsbg. Intinya 12 rumah tersebut masih kosong meski sudah berpemilik.

Singkatnya, arisan di tahun ini jalinan silaturahmi yang sudah saling kenal satu sama lain saat arisan sudah bukan membicarakan perkenalan lagi. Topik berbincang saat arisan pun sejak awal Januari makin lama makin berubah dan random. Tidak ada agenda khusus yang benar-benar dirancang bermanfaat bagi ibu-ibu selain mengumpulkan uang, makan-makan dan berbincang-bincang tanpa tema.

Kebetulan saya tidak sengaja mendengar salah satu ibu ribut-ribut membicarakan tentang ramalan zodiak. Perbincangan semacam ini bukan satu dua kali saya jumpai hampir sering ibu-ibu asyik dan nampak hobbi setiap arisan membaca zodiak di hp saat makan- makan dan ramai-ramai menanggapi.

Tanggapannya beragam, misalnya,
"Ya ampun bu tahun 2022 masih aja percaya ramalan," kata salah satu ibu arisan.

"Ada benernya juga lho ini ramalan, kemarin kejadian kok sama aku," sahut yang lain.

"Bener tau, mau siih enggak percaya sama gituan sebenarnya, tapi buktinya malah kejadian," imbuh yang lain.

Ibu-ibu zaman sekarang semakin mengait-ngaitkan ramalan zodiak itu pada seseorang. Dan benar saja, memang banyak yang betul-betul percaya dengan ramalan-ramalan zodiak tersebut. Yang barang tentu hal-hal semacam ramalan itu bila terus di percaya, akan menumbuhkan sikap yang mudah pasrah, terlalu mudah percaya dengan apa yang belum tentu terjadi. Belum lagi ditambah, akhir-akhir ini misalnya kita menjumpai ramalan-ramalan yang menjamur di sosial media (terutama facebook dan twitter). Entah itu sebuah ramalan berdasarkan zodiak, golongan darah, inisial nama, foto profil, bentuk tubuh, warna favorit dll.. Ini semacam efek barnum. 

Apa itu efek Barnum? Jadi dalam dunia psikologi, Efek Barnum atau dikenal juga dengan nama Efek Forer merupakan teori yang berdasar pada observasi Phineas Taylor Barnum bahwa semua manusia memiliki beberapa kesamaan, yang kemudian dibuktikan melalui demonstrasi psikolog Amerika, Bertram R. Forer.

Efek Barnum sendiri merupakan sebuah manipulasi psikologis dimana variabel-variabel yang sebenarnya berlaku secara umum pada setiap orang dimanipulasi dalam cara agar kondisi tersebut terlihat seolah-olah berlaku khusus untuk orang tersebut secara pribadi.

Singkatnya, Efek Barnum adalah kecenderungan dimana orang-orang mengatakan suatu ramalan kepribadian mereka tepat, yang pada kenyataannya kepribadian tersebut tidaklah spesifik dan dapat diterapkan ke semua orang sehingga kata-katanya dirangkai sedemikian rupa sehingga terkesan khusus pada suatu golongan tertentu. Jadi misalnya suatu golongan tertentu merasa suatu ramalan tepat dan sangan mencerminkan sosoknya, namun nyatanya itu adalah kondisi umum dan dapat diterapkan di semua golongan. Contohnya begini,


#Libra Asmara : Untuk mempertahankan pasangan anda, cobalah lakukan komunikasi dengan frekuensi teratur dan sering”

Tunggu dulu? Pasti yang merasa zodiaknya Libra dalam hati akan berkata “Oh iya, bener banget. Aku harus ajak si dia komunikasi yang lebih sering”. Padahal, secara umum apapun zodiakmu, pasti memang seperti itu caranya mempertahankan hubungan.

Contoh lain,
“Golongan darah O : anda adalah pribadi yang unik. Saat anda sedang berkumpul bersama dengan teman-teman atau keluarga anda dan tertawa bisa jadi dalam hati anda merasa sendiri. Terkadang anda berpikir bagaimana caranya agar dapat disukai dengan orang-orang di sekitar anda”.

Bagaimana? Jika bunyinya demikian, yang bergolongan darah O bisa jadi merasa ramalan tersebut cocok banget buat aku. Begitulah kira-kira contoh efek barnum.

Padahal, lagi dan lagi apapun golongan darahnya setiap pribadi itu unik, ada masanya kita sepi saat dikeramaian, atau sebaliknya.

Kembali ke sejarah awal bahwa efek barnum ini pernah diteliti oleh Prof. Forer pada tahun 1948. Awalnya Prof. Forer membagi 39 amplop tertutup pada 39 mahasiswanya, isinya tentang hasil tes kepribadian yang telah mereka lakukan seminggu sebelumnya. Tiap-tiap amplop semua isinya sama. Demontrasi isinya kurang lebih seperti ini :

Anda merasa perlu untuk disukai dan dikagumi orang lain, tapi pada saat yang sama anda juga cenderung kritis terhadap diri sendiri. Anda mempunyai kapasitas besar terpendam yang sebenarnya bisa anda kerahkan demi kesuksesan anda.Meski anda memiliki sisi lemah dalam kepribadian, tapi anda biasanya berhasil untuk mengkompensasinya. Dari luar anda terlihat sebagai seorang berdisiplin dan percaya diri, namun di dalam anda adalah seorang yang was-was dan tidak percayadiri. Terkadang anda memiliki keraguan serius apakah anda sudah membuat keputusan atau sudah betindak benar atau tidak. Dalam kapasitas tertentu anda lebih memilih sesuatu yang berbeda dan merasa gusar dengan kekangan dan pembatasan. Anda merasa bangga menjadi seorang pemikir independen dan tidak pernah menerima statemen orang lain tanpa alas an memuaskan. Anda juga menilai tidak bijaksana jika terlalu berterus-terang dalam mengungkapkan diri terhadap orang lain. Terkadang anda adalah seorang agresif, ramah dan sosial, ada pula kalanya tertutup, waspada dan pendiam. Terkadang apa yang anda inginkan tidak begitu realistis. Merasa aman dan nyaman  adalah sebuah tujuan utama anda”.

Dan apa yang terjadi? Setelah pernyataan itu dibagikan, hampir seluruh mahasiswanya mengaku hasil tes mencerminkan kepribadian mereka. Lalu Forer melakukan eksperimen lagi menggunakan orang yang lebih banyak, dan hasilnya sama. Banyak yang mengaku hasil tesnya mencerminkan kepribadian mereka.

Setelah memaparkan tentang penjelasan efek barnum ini apakah anda masih percaya pada ramalan-ramalan yang berada di majalah maupun sosial media? Jawabannya kembali kepada masing-masing individu. Jangan jadikan itu sebagai patokan dasar untuk menilai kepribadian secara umum. Ingat, anda harus mengetahui bahwa hanya diri Anda sendiri yang mengetahui diri Anda dan setiap manusia itu unik.

Tentu saja jika kita terlalu percaya pada ramalan yang terjadi pada masa depan nanti, maka sudah pasti kita pasrah dengan keadaan. Tak mau lagi berusaha karena sudah tau apa yang terjadi di masa depan. Segala sesuatu yang belum terjadi hanya Allah yang tahu. Dan yang bisa menentukan masa depan kita adalah diri kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun