Perebut laki orang atau sering disebut pelakor sebenarnya tidak ada dalam kehidupan berumah tangga. Itu hanya istilah sebagaimana Pak Cah atau Ustadz Cahyadi Takariawan, seorang pakar parenting menyebut istilah berlawanan yaitu Pebinor (Perebut Bini Orang).
Baik pelakor maupun pebinor, keduanya hanya dinamika dan romantika dalam berumah tangga. Sejatinya tidak ada seseorang yang mau merebut laki orang lain begitupun sebaliknya. Hanya saja, dalam kehidupan ini, kita pasti akan tergoda dengan sesuatu yang baru, baik, cantik dan tampan atau juga dermawan. Itu alamiah yang terjadi dalam kehidupan.
Masalahnya, apakah kita akan tergoda atau tidak, terperangkap atau tidak, kuat iman atau lemah iman dalam menghadapi ketergodaan itu. Potensi ilahiah yang diberikan Allah SWT kepada kita berupa nafsu dan pilihan kebaikan sesungguhnya merupakan bagian dari eksistensi menjadi manusia.
Inilah skema dan panggung kehidupan yang diciptakan Tuhan. Akan ada potensi baik dan buruk yang saling berlawanan, kita kemudian memilih diantara keduanya. Jika kita berada dalam pilihan kebaikan, maka sesungguhnya kita telah berada pada jalan yang lurus, pun sebaliknya jika kita terjebak dalam pilihan ketersesatan, maka jalan taubat dan minta maaf menjadi hal penting untuk dilakukan.
Jika Nissa Sabyan punya ketertarikan pada Ayus Sabyan, maka sesungguhnya itu bagian dari cinta. Artinya, bahwa itu mulia, mencintai sesama merupakan kemuliaan yang jauh diatas segalanya. Akan tetapi, secara etika berumah tangga, maka cinta Nissa tidak boleh berlebihan. Ini akan memunculkan nafsu yang bisa mengubah cinta jadi derita dan nestapa.
Namun semuanya tidak terungkap dengan jelas, masih semu dan penuh rahasia, karena memang itu ranah pribadi yang tidak boleh kita campuri. Tergelitik untuk menulis, saya kemudian memilih objek cinta dan pelakor, bukan semata-mata bicara Nissa dan Ayus.
Biarlah Nissa dan keluarga juga Ayus, menyelesikan masalah mereka dengan itikad baik. Kita sebagai penggemar lagu-lagunya tetap berdoa agar kehidupan mereka yang sekarang diterpa isu dan musibah dapat segera terselesaikan dengan baik tanpa harus ada yang terluka, berakhir penuh islah dan silaturahim serta menjadi pelajaran bagi yang lain.
Sebenarnya, perebut laki orang (Pelakor) atau perebut bini orang (Pebinor) hanya istilah yang diungkapkan kepada seseorang karena sikapnya yang berbeda dan membuatnya harus di bully sebagai manusia yang hina.
Sebab munculnya pelakor atau pebinor lebih karena masalah mendasar dalam rumah tangga yang belum selesai. Ketika kita mencintai pasangan kita, maka pada saat itu kita di uji untuk mencintai semua lebih dan kurangnya. Tidak ada kesempurnaan pada pasangan melainkan keterlibatan keduanya untuk bersama-sama membuat cerita kehidupan berumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rohmah.
Dinamika dan romantika akan selalu ada, disinilah ujian yang sesungguhnya. Apakah kita akan taat kepada akad atau sebaliknya kita akan tergoda dengan yang sesaat. Cinta itu indah, baik, sejuk dan merupakan tingkatan tertinggi akan kasih sayang, begitupun sebaliknya nafsu akan membawa pada kesesatan.
Pertanyaan pentingnya, mampukah kita untuk menjaga keberlangsungan itu ?
Tiap-tiap manusia akan diuji, begitupula rumah tangga, pasti ada ujiannya. Ujian berupa harta, istri dan anak yang Quran tekankan agar kita berupaya semaksimal mungkin untuk tidak terjebak dan membuat musibah yang lebih besar di alam selanjutnya.
Baik istri maupun suami, cukup dengan cerita yanga ada, kita sebaiknya mempersiapkan diri menghadapi ujian-ujian yang akan menanti.
Persiapan bisa kita lakukan dengan mulai memberi perhatian yang baik kepada pasangan, berprasangka baik dan menguatkan kerendahan hati untuk mau berbagi dan menerima satu sama lain.
Konflik-konflik kecil selama ini yang kita jadikan bahan pertengkaran sebaiknya diselesaikan dengan cara yang baik, bukan sebaliknya mendiamkan. Itu lebih berbahaya, karena sesuatu yang didiamkan lama bak api dalam sekam. Bisa menjadi musibah besar bagi kehidupan berumah tangga.
Perkara perceraian biarlah menjadi ranah pribadi yang tidak boleh kita campuri. Semua yang ditakdirkan bagi kita akan sampai pada waktu yang telah disiapkan. Penerimaan terhadap takdir adalah ujian daya kuat dan daya tahan yang kita hadapi di hari-hari selanjutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H