Kadang proses lama, biasanya pasien dan keluarga sudah menginginkan pulang terlebih dahulu karena tidak betah dengan suasana rumah sakit meski swab tes belum dilakukan atau sampel belum dinyatakan positif atau negatif.
Lamanya birokrasi membuat penanganan Covid-19 di tingkat rayon belum maksimal. Harapan dan kenyataan kadang berbeda antara lisan dan perbuatan. Upaya kuratif yang cepat tidak diiringi dengan edukasi yang tepat. Celah mengambil keuntungan di tengah pandemi kian benar adanya.
Di tengah physical distancing yang digalakkan pemerintah, rupanya untuk menjangkau upaya deteksi dini Covid 19 secara mandiri masih menyisakan ketakutan bukan karena virusnya melainkan biaya pemeriksaan. Kondisi ini bisa jadi akan tetap berlanjut dengan permainan-permainan yang tidak bermoral.
Memang ada rapid test gratis dengan mengumpulkan masa di beberapa tempat, namun itu bukan solusi untuk mencegah mata rantai penyebaran virus. Kerumunan masa justru membuat aturas physical distancing pudar.
Kenyataan yang ada tentu membuat kalangan bawah pasrah, mereka lebih memilih keluar rumah meski jaminan pemeriksaan tidak dapat dijangkau sepenuhnya. Upaya pemerintah memang baik, namun harapan juga terus digalakkan pada pihak swasta yang memiliki rumah sakit yang megah.
Mari longgarkan pemeriksaan pada mereka yang papa, bukankah nilai sosial ada di situ? Keuntungan yang didapat bukan apa-apa jika dibandingkan dengan kepuasan menolong sesama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H