Mohon tunggu...
Akhir Fahruddin
Akhir Fahruddin Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

Live in Saudi Arabia 🇸🇦

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hentikan Stigmatisasi Perawat, Mari Edukasi Masyarakat

10 April 2020   09:15 Diperbarui: 11 April 2020   07:43 2622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya membayangkan keluarga jenazah dari rekan profesi kami ini, tangisan seorang ibu sangat menyentuh perasaan namun yang terjadi malah penolakan. Tokoh agama dan tokoh masyarakat, cobalah bapak-bapak sekalian berbaur, menasehati dan memberi pencerahan kepada masyarakat agar mau dan mampu menerima keadaan yang sebenarnya.

Jika ketakutan yang mereka rasakan, beri pendidikan ke mereka bahwa proses pengurusan jenazah telah melewati prosedur pengurusan jenazah sesuai dengan standar yang ditetapkan. Tidak perlu harus terstigmatisasi dengan penyebaran virus dari jenazah atau akan terjadi penyebaran jika kuburan berdekatan dengan pemukiman warga. Hentikan kebodohan ini.

Bapak-bapak di pemerintahan, cobalah panggil pengurus RT/RW, Kepala Desa, Lurah, Camat atau Kepala Dinas di semua organisasi perangkat daerah. 

Beri mereka penjelasan, apakah itu terlalu sulit? Bukankah mereka orang-orang berpendidikan? Cobalah mulai edukasi masyarakat dari tingkat bawah, beri mereka pencerahan tentang Covid-19 dan proses penyebarannya lalu kemudian terapkan aturan pembatasan untuk memutus rantai penyebaran.

Beri mereka pengetahuan bahwa virus tidak akan menyebar dari jenazah, juga beri pemahaman bahwa kuburan jenazah pasien covid 19 tidak menakutkan sebagaimana stigmatisasi yang ada saat ini.

Kepada bapak-bapak anggota kepolisian, cobalah bapak-bapak menertibkan mereka-mereka yang menjadi provokator penolakan jenazah, bila perlu tangkap dalangnya. 

Beri mereka pendidikan agar apa yang mereka lalukan adalah salah dalam norma hukum dan norma sosial. Sesekali cobalah garang dengan provokator, tidak hanya dengan koruptor.

Kami perawat akan tetap bekerja di pelayanan hingga tugas kemanusiaan ini berkahir. Penolakan jenazah jangan dibiarkan berlanjut, cukup cerita tanggal 9 April menjadi yang terakhir. Karena kami juga merasa bahwa tindakan tak berkemanusiaan ini menjadi sejarah pilu dalam kehidupan bermasyarakat.

Perawat juga manusia, mereka punya perasaan, punya keluarga, punya tanggung jawab untuk melaksanakan tugas mulianya. Kemuliaan bukan pada apa yang kami tunjukkan tapi kemuliaan dari apa yang kami beri dan lakukan. Itu pendidikan yang masih melekat dan kerap diajarkan kepada kami sebelum terjun ke lapangan.

Di pendidikan kami diajarkan etika, norma, pengetahuan dan keterampilan agar ditengah masyarakat kami bisa bermanfaat bagi yang lain. Intimidasi dan stigmatisasi ini semoga menjadi yang terakhir, bukan sebagai penurun spirit rekan-rekan perawat dalam bekerja. biarlah tokoh masyarakat, tokoh agama dan pihak keamanan menyelesaikan masalah ini agar kedepan tidak timbul lagi hal-hal yang memalukan.

Kita semua ingin masyarakat sehat dan negara kembali pulih dari cobaan pandemik covid-19 ini. Selain berdoa, kita juga berusaha melalui diri kita sendiri untuk turun tangan secara bersama demi satu tujuan yaitu Indonesia sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun