Sore itu selepas ashar, salah seorang diantara jamaah sholat memanggil saya dengan lembut. Panggilan itu seolah membuat perasaan saya tenang dan terlebih sumber suara berasal dari orang yang sudah saya kenal. Sedikit menengok kearah kanan jamaah kemudian bergerak cepat dan menyalaminya.
Memang benar, beliau Imam Masjid di sekitaran asrama kami di Majmaah, Arab Saudi. Imam ini spesial karena kami menganggap beliau sebagai guru spiritual yang punya pemahaman keagamaan yang baik juga sebagai tenaga medis yang kesehariannya mengelolah rumah sakit.
Sore itu menjadi hari kesekian untuk berdiskusi, karena kesibukan dan lain sebagainya, akhir-akhir ini beliau jarang terlihat karena bekerja di luar kota sehingga pertemuan banyak yang tertunda.
Kami biasa berdiskusi selepas sholat lima waktu, paling banyak ketika ba'da isya. Diskusi ringan hingga berat menjadi keseharian saat halaqoh. Bertukar tentang wawasan kebudayaan juga perbincangan tentang mazhab sering menjadi topik utama diskusi.
Saya masih ingat ketika pertama kali berjumpa beliau dengan memakai batik saat sholat berjamaah. Selepas beribadah, beliau memanggil dan tersenyum. Saya kemudian bertanya mengapa tersenyum? Beliau berbisik jika baju yang saya pakai mirip pakaian wanita.
Saya jadi kaget mendengarnya, namun dengan candaan saya menjelaskan jika batik merupakan warisan budaya di Indonesia. Baju batik sangat disukai oleh kebanyakan orang untuk dipakai diacara pernikahan dan ibadah. Saya memberi contoh jamaah haji Indonesia yang memakai batik saat melaksanakan haji setiap tahun.
Beliau tersenyum sambil menganggukkan kepala tanda mengerti.
Namun ba'da ashar kali ini, ada hal berbeda dalam diskusi 40 menit yang kami lalui, beliau menanyakan berbagai hal hingga sebuah pernyataan yang membuat saya begitu memahami tentang hidup.
"Fahruddin, jangan jadikan uang sebagai hal yang paling kamu butuhkan, sebab yang utama adalah iman di hatimu, Allah SWT tahu dan mengerti kapan dan dimana rezkimu, hanya dengan Iman dihati, kamu akan menjadi orang yang berbahagia" ujarnya saat mengawali diskusi.
Beliau melanjutkan petuahnya "Jangat tempatkan uang dihatimu, sebab uang tidak akan pernah membahagiakanmu". Β Saya kemudian tertegun sambil merenung dan kemudian menyadarkan diri tentang berbagai hal yang terjadi dalam hidup saya.