Mohon tunggu...
Akhir Fahruddin
Akhir Fahruddin Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

Live in Saudi Arabia πŸ‡ΈπŸ‡¦

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Uang dan Kebahagiaan

21 Februari 2020   08:08 Diperbarui: 21 Februari 2020   08:15 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore itu selepas ashar, salah seorang diantara jamaah sholat memanggil saya dengan lembut. Panggilan itu seolah membuat perasaan saya tenang dan terlebih sumber suara berasal dari orang yang sudah saya kenal. Sedikit menengok kearah kanan jamaah kemudian bergerak cepat dan menyalaminya.

Memang benar, beliau Imam Masjid di sekitaran asrama kami di Majmaah, Arab Saudi. Imam ini spesial karena kami menganggap beliau sebagai guru spiritual yang punya pemahaman keagamaan yang baik juga sebagai tenaga medis yang kesehariannya mengelolah rumah sakit.

Sore itu menjadi hari kesekian untuk berdiskusi, karena kesibukan dan lain sebagainya, akhir-akhir ini beliau jarang terlihat karena bekerja di luar kota sehingga pertemuan banyak yang tertunda.

Kami biasa berdiskusi selepas sholat lima waktu, paling banyak ketika ba'da isya. Diskusi ringan hingga berat menjadi keseharian saat halaqoh. Bertukar tentang wawasan kebudayaan juga perbincangan tentang mazhab sering menjadi topik utama diskusi.

Saya masih ingat ketika pertama kali berjumpa beliau dengan memakai batik saat sholat berjamaah. Selepas beribadah, beliau memanggil dan tersenyum. Saya kemudian bertanya mengapa tersenyum? Beliau berbisik jika baju yang saya pakai mirip pakaian wanita.

Saya jadi kaget mendengarnya, namun dengan candaan saya menjelaskan jika batik merupakan warisan budaya di Indonesia. Baju batik sangat disukai oleh kebanyakan orang untuk dipakai diacara pernikahan dan ibadah. Saya memberi contoh jamaah haji Indonesia yang memakai batik saat melaksanakan haji setiap tahun.

Beliau tersenyum sambil menganggukkan kepala tanda mengerti.

Namun ba'da ashar kali ini, ada hal berbeda dalam diskusi 40 menit yang kami lalui, beliau menanyakan berbagai hal hingga sebuah pernyataan yang membuat saya begitu memahami tentang hidup.

"Fahruddin, jangan jadikan uang sebagai hal yang paling kamu butuhkan, sebab yang utama adalah iman di hatimu, Allah SWT tahu dan mengerti kapan dan dimana rezkimu, hanya dengan Iman dihati, kamu akan menjadi orang yang berbahagia" ujarnya saat mengawali diskusi.

Beliau melanjutkan petuahnya "Jangat tempatkan uang dihatimu, sebab uang tidak akan pernah membahagiakanmu". Β Saya kemudian tertegun sambil merenung dan kemudian menyadarkan diri tentang berbagai hal yang terjadi dalam hidup saya.

Ilustrasi uang dan manusia | Foto : Kompasiana
Ilustrasi uang dan manusia | Foto : Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun