Mohon tunggu...
Akhir Fahruddin
Akhir Fahruddin Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

Live in Saudi Arabia 🇸🇦

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Fahri Hamzah dan Politik Tahu Diri

17 Agustus 2019   20:20 Diperbarui: 17 Agustus 2019   20:24 2275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada juga Presiden Fhilipina Chory Aquino yang menjabat sebagai presiden dengan satu periode. bahkan Aquino memasukkan jabatan satu periode Presiden dalam konstitusi negaranya, hal itu berarti bahwa dirinya tidak ingin memperpanjang kekuasaan agar dapat menjadi contoh bagi masyarakat lain yang ingin berkompetisi dalam mengejar kekuasaan pemerintahan.

Sebenarnya bukan hanya pemimpin diatas yang tahu diri, sosok Fahri Hamzah pun demikian, hal itu tergambar dalam kerjanya yang mendorong semangat perubahan sistem ketatanegaraan dalam hal pemberantasan korupsi. 

Selain upaya kerjanya yang begitu berat di legislatif, Fahri Hamzah juga menunjukkan jati diri dan keteladanannya dalam hal pemberantasan korupsi karena sampai saat ini dirinya belum tersentuh oleh tuduhan korupsi meskipun beberapa kalangan mengaitkan persoalan korupsi dengan dirinya.

Sosok pemimpin inilah yang patut dijadikan evaluasi bagi anggota legislatif lain dalam bertindak karena pada dasarnya kepemimpinan tidak hanya memiliki makna bagaimana seseorang mampu mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan akan tetapi dalam pelaksanaannya, kepemimpinan pada intinya juga berkaitan dengan keteladanan untuk menjadi manusia yang tahu diri.

Menjadi teladan bagi sesama memang membutuhkan proses dan tidak sembarang orang bisa melakukannya, karena kita juga mengetahui bahwa memperjuangkan kebenaran sangat berat dan meniti jalan yang berkelok. 

Kita ketahui bahwa saat ini kepemimpinan sering berubah arah manakala kekuasaan telah menggerogoti makna kepemimpinan itu sendiri sehingga menimbulkan ketidakpastian dalam pencapaian kerja yang maksimal.

Kepemimpinan yang sejatinya merupakan pengorbanan dan pengabdian dari sebuah pilihan yang formal berubah arah menjadi tempat menabur kedzaliman dengan melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme.

Pada dasarnya kontribusi tidak hanya dilakukan dengan materi tetapi sumbangan pemikiran juga bagian dari kontribusi. Sering dalam kehidupan bermasyarakat kita cenderung melihat kontribusi itu diartikan dengan memberikan bantuan peralatan, membangun tempat-tempat ibadah, sekolah dan perguruan tinggi. 

Paradigma tersebut haruslah diubah, karena pada hakikatnya bagian dari kontribusi juga dilakukan dengan upaya perubahan regulasi dalam tatanan kehidupan bernegara, pengaturan sistem yang sentralistik ke desentralistik serta keteladanan dalam bersikap.

Ini sebenarnya yang ada dan dilakukan oleh Fahri Hamzah. Beliau bekerja berdasarkan tugas dan fungsinya di legislatif yaitu merumuskan aturan berupa Undang- Undang, menyusun anggaran serta melakukan fungsi pengawasan terhadap kerja eksekutif. Kadang banyak kita temukan anggota legislatif yang cenderung memiliki kreativitas dengan bermain pada 3 fungsi legislatif tersebut. 

Mereka membangun relasi untuk melakukan upaya lobi bagi kepentingan pribadi dan kelompok, mereka juga berkolusi dalam menyusun anggaran sehingga nantinya ada pembagian anggaran dibelakang setelah menyetujui berbagai program yang dilakukan misalnya dalam hal proyek pembangunan dan pengadaan barang dan jasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun