Mohon tunggu...
Akhir Fahruddin
Akhir Fahruddin Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

Live in Saudi Arabia 🇸🇦

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kembali ke Titik Nol

13 Agustus 2019   10:20 Diperbarui: 13 Agustus 2019   10:38 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar | Diambil dari Muslimpos.com

Semilir angin pagi berhembus begitu cepat
Daun-daun tua terbang entah kemana
Kuatnya daya kian terasa
Saat kuingat ayah yang telah tiada

Sekian lama menapaki cinta
Tak terdengar lagi risaumu
Berharap berbayang ilusi
Tapi imajinasi bawaku padamu

Ayah...
Kini aku sendiri berjalan tanpa mu
Bergumam menafsirkan keindahan
Bergulat pada kehilangan
Belajar arti melepaskan

Ayah. . .
Ketika ingatan bawaku pada masa dulu itu
Saat jari jemarimu memelukku
Menyentuh, mempesona
Seiring irama gelombang pasang surut air laut

Ayah. ..
Aku masih diam sembari pikirkan kenangan
Sampai dapat kupahami bisikan hati
Menjadi diri sendiri
Menjadi yang diridhoi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun