Mohon tunggu...
Akhir Fahruddin
Akhir Fahruddin Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

Live in Saudi Arabia 🇸🇦

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Perawat Luar Negeri: Refleksi, Kontribusi, dan Nilai Baru

8 Agustus 2019   12:09 Diperbarui: 8 Agustus 2019   12:26 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Tahun berlalu telah menjadi pelajaran juga pengalaman akan kerja dan pencapaian diri, ada yang ilmunya meningkat, tabungannya bertambah serta persahabatan yang banyak. Itulah yang dialami oleh sebagian perawat Indonesia yang bekerja di Saudi Arabia.

Kenyataan akan lapangan kerja di dalam negeri yang begitu terbatas membuat sebagian perawat mengambil keputusan untuk mengubah nasib di tanah rantau, tidak tanggung-tanggung "Timur Tengah" negeri para petrol minyak ini memberi lowongan ribuan perawat di tahun 2015 untuk bekerja di bawah Kementrian Sosial tepatnya di Pusat Rehabillitation Centre atau biasa disebut Markaz Taheel Shameel.

Kedatangan perawat baru untuk bekerja tentu memberi angin segar bagi terciptanya "multiplayer effect" dalam membentuk pola pikir dan visi kerja yang lebih baik dan layak. Adanya monopoli dari negara tetangga yaitu Philipine dan India sebagai penguasa akan tenaga professional yang handal sedikit bergeser dengan adanya perawat Indonesia.

Meski sebagian kecil memberi pengaruh namun kedua negara tersebut tetap mendominasi layanan kesehatan di Saudi Arabia. Di mana pun selalu ada perawat Philipina dan India, tidak heran karena pengakuan akan legalitas dan sistem di negaranya membuat mereka maju dan berkompetisi di skala Internasional.

Kenyataan di atas bukanlah sesuatu yang membuat kita kerdil apalagi tersisih, justru di semua wilayah di Saudi terdapat Perawat Indonesia yang handal, terampil, cekatan bahkan telah menyandang predikat RN (Registered Nurse) seperti di Riyadh, Mekkah, Madinah, Jeddah, Al Qasim dan sebagian wilayah lainnya. Meski jumlah perawat luar biasa tersebut terbilang sedikit dibandingkan dengan yang lain, namun tidak membuat kita tereliminasi dari kompetisi tapi justru menjadi pendongkrak akan kekurangan yang ada.

NILAI LEBIH
Bekerja di luar negeri  tentu memiliki keunggulan serta kesulitan tersendiri bagi kaum profesional seperti dokter dan perawat, berbagai tes kompetensi seperti Prometric tes adalah pintu masuk untuk diakui akan legalitas kerja. Ujian berbasis internasional itu dilakukan oleh lembaga independen bernama Saudi Council sebagai lembaga lisensi.

Pelaksanaan tes menggunakan sistem komputer dengan 100 soal. Adapun batas kelulusan yaitu 45% dari jumlah soal yang tersedia dalam waktu dua jam. Jika telah melewati passing grade yang telah ditentukan maka perawat dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar perawat yang teregistrasi atau RN di Saudi Arabia.

Proses di atas tentu tidak ada yang mudah apalagi harus mengulang kembali materi yang telah dipelajari. Sungguh sebuah tantangan berarti bagi perawat Indonesia untuk menjadi professional dan diakui di negara luar seperti Timur Tengah. Ada hal positif yang bisa diambil dan menjadi nilai tawar bagi perawat kita untuk berbenah sekaligus mencapai kesejahteraan finansial dan pengetahuan akan keilmuan yang mumpuni.

Profesional pasti akan dibayar layak, prosesnya memang keras, pesaingnya banyak, itulah pencapaian kualitas dan pengakuan kerja. Akan terasa sulit untuk menuju kearah itu bagi lulusan baru yang berfikir kedirian dan takut untuk masuk dalam sistem baru yang nantinya akan menguji sejauh mana kualitas yang ada. Tidak ada yang membuat perawat besar selain pilihan termasuk mencoba bekerja di luar negeri. 

Ajakan ini bukan semata-mata mendorong bahwa luar negeri adalah segalanya tapi ada hal lain yang tidak kita temukan jika di dalam negeri seperti belajar sistem baru, memperbanyak sahabat, meningkatkan kesejahteraan dan menambah pengalaman terlebih kemampuan bahasa yang semakin berkualitas.

Tantangan terbesar kita adalah kompetisi antar profesi yang semkin menggila, tidak hanya terjadi di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Kolaborasi yang dilakukan tenaga kesehatan setidaknya menjadi penilaian masing-masing atasan juga partner kerja. Merebut kepercayaan, simpati bahkan melakukan sesuatu demi mendapat pujian adalah hal wajar yang terjadi dalam bekerja.

Realita ini wajar terjadi tak terkecuali di Saudi Arabia, para perawat dari Philipina tidak hanya bersaing dengan perawat lainnya tetapi juga dengan kawan mereka sendiri. Harus diakui jika mereka disiplin, pekerja keras, profesional dan tahu diri meski pimpinan lebih junior tetapi mereka menghormati segala aturan yang ditetapkan waaupun persaingan untuk mendapatankan kepercayaan terasa keras bahkan saling menjatuhkan.

Pernah suatu ketika dalam rujukan pasien ke rumah sakit di Riyadh, perawat Philipina yang biasanya berbahasa Tagalog (bahasa ibu) ketika berkomunikasi dengan sesama Philipina harus merasa malu karena  kawannya tidak melayani dengan bahasa mereka. Komunikasi dalam bahasa inggris pun terjadi meski raut muka terlihat masam. Ini menandakan bahwa profesionalitas dan sistem telah mengubah segalanya. Perjalanan bekerja di sini memberi arti untuk belajar banyak tentang sistem, kultur dan pengetahuan baru akan ilmu yang ada.

Proses ini akan terus terjadi hingga dimasa-masa mendatang dimana karir dan pendapatan yang baik akan kita raih. Bersabar dalam proses adalah kekuatan tersendiri sambil menyiapkan bekal meraih yang belum ada. Saya selalu termenung ketika membaca cerita para senior keperawatan yang telah sukses bekerja di luar negeri. Meski dulunya keluar masuk kampung sebagai lulusan baru namun  perlahan mengubah diri hingga meraih hasil yang maksimum termasuk pendapatan yang berlipat ganda.

TANTANGAN
Setidaknya kita butuh lompatan untuk kembali menegaskan tentang profesi dan kompetisi yang ada. Persaingan dengan segala bentuknya telah dan akan tetap terjadi hingga nantinya kita sadar bahwa untuk masuk dalam kompetisi itu juga memerlukan pengetahuan, kedisiplinan dan Networking.

1

Foto Pribadi: Soeta
Foto Pribadi: Soeta
Diagnosa awal mengapa perawat kita terlihat lemah dalam bahasa menjadi isu lama yang tidak terbantahkan, tetapi sedikit yang memberi pencerahan bahwa kesanggupan berkomunikasi menjadi alat yang akan terus digunakan tetapi bisa dipelajari sebagai aset dalam bekerja.

Perlahan, tunas-tunas muda keperawatan mulai menemukan jalan dan passionnya dengan mengikuti pelatihan dan belajar giat bagaimana bersaing dalam kompetisi global sekaligus mematahkan isu yang ada. Kesalahan masa lalu akan sistem setidaknya menjadi pelajaran bagi kita untuk saling membangun bukan dengan memperkaya diri sendiri.

Terlepas dari masalah yang ada tentu kepiawaian membangun sistem dan networking sangat dibutuhkan selain menambah pengetahuan dan meningkatkan kedisiplinan. Profesi ini harus dicintai sebagai sebuah organ yang tanpanya maka segalanya tidak hidup.

Oleh karena itu maka karakter perawat kita harus dididik tidak hanya memiliki pengetahuan yang luas tetapi juga kesanggupan bertahan pada proses memiliki dan menjadi. Untuk itu maka nilai-nilai baru harus dibangun dari perawat-perawat sukses.. Sebagai organisasi dan profesi yang jumlahnya paling banyak maka perawat setidaknya bisa membangun nilai-nilai baru itu dengan dukungan dari pemerintah dan sektor lainnya seperti lembaga pendidikan dan pelatihan.

Rumah besar keperawatan harus dirawat dari luar dan dalam dengan harapan,  pertama, tidak ada kesenjangan antara pendidikan dan pendapatan karena keperawatan adalah disiplin ilmu kesehatan yang menekankan pada keterampilan yang banyak dengan masa kuliah yang lama yaitu 3-5 tahun. Kedua, sistem harus diperbaharui dan birokrasi harus di reformasi dengan visi cepat dan tepat. Lemahnya koneksi bisa membuat rumah besar keperawatan itu kehilangan kesempatan untuk diperbaiki bahkan direnovasi.

Saya menyakini bahwa profesionalisme, kontribusi dan nilai baru akan terbangun dengan adanya perbaikan-perbaikan secara berlanjut dan menyeluruh. Sebagai insan yang unggul kitapun harus menjadi generasi tangguh dan kuat. Pertarungan diri dan hantaman dari luar mungkin sedikit mengoyak tenun profesi namun proses untuk menjadi profesional yang handal akan tetap berlanjut di mana pun dan kapan pun.

 

Foto Pribadi: KSMC Riyadh
Foto Pribadi: KSMC Riyadh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun