Tahun berlalu telah menjadi pelajaran juga pengalaman akan kerja dan pencapaian diri, ada yang ilmunya meningkat, tabungannya bertambah serta persahabatan yang banyak. Itulah yang dialami oleh sebagian perawat Indonesia yang bekerja di Saudi Arabia.
Kenyataan akan lapangan kerja di dalam negeri yang begitu terbatas membuat sebagian perawat mengambil keputusan untuk mengubah nasib di tanah rantau, tidak tanggung-tanggung "Timur Tengah" negeri para petrol minyak ini memberi lowongan ribuan perawat di tahun 2015 untuk bekerja di bawah Kementrian Sosial tepatnya di Pusat Rehabillitation Centre atau biasa disebut Markaz Taheel Shameel.
Kedatangan perawat baru untuk bekerja tentu memberi angin segar bagi terciptanya "multiplayer effect" dalam membentuk pola pikir dan visi kerja yang lebih baik dan layak. Adanya monopoli dari negara tetangga yaitu Philipine dan India sebagai penguasa akan tenaga professional yang handal sedikit bergeser dengan adanya perawat Indonesia.
Meski sebagian kecil memberi pengaruh namun kedua negara tersebut tetap mendominasi layanan kesehatan di Saudi Arabia. Di mana pun selalu ada perawat Philipina dan India, tidak heran karena pengakuan akan legalitas dan sistem di negaranya membuat mereka maju dan berkompetisi di skala Internasional.
Kenyataan di atas bukanlah sesuatu yang membuat kita kerdil apalagi tersisih, justru di semua wilayah di Saudi terdapat Perawat Indonesia yang handal, terampil, cekatan bahkan telah menyandang predikat RN (Registered Nurse) seperti di Riyadh, Mekkah, Madinah, Jeddah, Al Qasim dan sebagian wilayah lainnya. Meski jumlah perawat luar biasa tersebut terbilang sedikit dibandingkan dengan yang lain, namun tidak membuat kita tereliminasi dari kompetisi tapi justru menjadi pendongkrak akan kekurangan yang ada.
NILAI LEBIH
Bekerja di luar negeri  tentu memiliki keunggulan serta kesulitan tersendiri bagi kaum profesional seperti dokter dan perawat, berbagai tes kompetensi seperti Prometric tes adalah pintu masuk untuk diakui akan legalitas kerja. Ujian berbasis internasional itu dilakukan oleh lembaga independen bernama Saudi Council sebagai lembaga lisensi.
Pelaksanaan tes menggunakan sistem komputer dengan 100 soal. Adapun batas kelulusan yaitu 45% dari jumlah soal yang tersedia dalam waktu dua jam. Jika telah melewati passing grade yang telah ditentukan maka perawat dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar perawat yang teregistrasi atau RN di Saudi Arabia.
Proses di atas tentu tidak ada yang mudah apalagi harus mengulang kembali materi yang telah dipelajari. Sungguh sebuah tantangan berarti bagi perawat Indonesia untuk menjadi professional dan diakui di negara luar seperti Timur Tengah. Ada hal positif yang bisa diambil dan menjadi nilai tawar bagi perawat kita untuk berbenah sekaligus mencapai kesejahteraan finansial dan pengetahuan akan keilmuan yang mumpuni.
Profesional pasti akan dibayar layak, prosesnya memang keras, pesaingnya banyak, itulah pencapaian kualitas dan pengakuan kerja. Akan terasa sulit untuk menuju kearah itu bagi lulusan baru yang berfikir kedirian dan takut untuk masuk dalam sistem baru yang nantinya akan menguji sejauh mana kualitas yang ada. Tidak ada yang membuat perawat besar selain pilihan termasuk mencoba bekerja di luar negeri.Â
Ajakan ini bukan semata-mata mendorong bahwa luar negeri adalah segalanya tapi ada hal lain yang tidak kita temukan jika di dalam negeri seperti belajar sistem baru, memperbanyak sahabat, meningkatkan kesejahteraan dan menambah pengalaman terlebih kemampuan bahasa yang semakin berkualitas.
Tantangan terbesar kita adalah kompetisi antar profesi yang semkin menggila, tidak hanya terjadi di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Kolaborasi yang dilakukan tenaga kesehatan setidaknya menjadi penilaian masing-masing atasan juga partner kerja. Merebut kepercayaan, simpati bahkan melakukan sesuatu demi mendapat pujian adalah hal wajar yang terjadi dalam bekerja.