Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Rumitnya Career Switch, Antara Kecelakaan, Comfort Zone dan Impian Kebebasan

9 Juli 2023   01:04 Diperbarui: 9 Juli 2023   20:33 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap hari laporan data pelanggan berakhir di meja kerja dengan uang kontan, sehingga terasa sekali bedanya dengan kerja kantoran. Semakin hari semakin deras paket masuk, dan tambahan pelanggan juga signifikan. Begitu juga dengan tingkat kepuasan atas jasa layanan dari toko. Apalagi franchise yang punya nilai "gengsi" tinggi. 

Bisnis Itu Beda Comfort Zonenya

comfort zone bisnis-sumber gambar-merdeka.com
comfort zone bisnis-sumber gambar-merdeka.com

Memang waktu kerja begitu fleksibel, bahkan ketika berhalangan hadir para pekerja tetap bekerja seperti biasa tanpa kendala, hanya cukup dengan mengangkat telepon dan laporan pemasukan bisnis hari ybs langsung terekap, lengkap dengan nominal tunainya.

Namun dalam bisnis, selain prinsip uang besar berasal dari uang kecil yang mengharuskana kita menabung, juga ada prinsip lain yang penting dan harus dipahami benar-benar maknanya.

Kata seorang bijak dari China, dalam sebuah cerita dikisahkan seorang pebisnis mewariskan bisnisnya  kepada dua putranya dengan dua buah pesan penting. Pertama; "ketika berbisnis jangan menagih hutang dari penghutang " dan kedua, "jika berbisnis jangan sampai terkena matahari."

Putera pertama memaknai dengan tak pernah menagih hutangan dari para pelanggan tokonya, akhirnya hanya dalam waktu singkat modal dagangannya terkuras dalam bentuk piutang. Begitu juga ketika mengunjungi tokonya ia selalu memesan kendaraan agar selama perjalanan menuju toko ia tak kena matahari. Fatalnya, tentu saja uang akhirnya habis diongkos untuk sekedar biaya transportasi.

Sementara anak kedua  berpendapat berbeda; pesan pertama dimaknai, jika tak mau menagih hutangan dari para pelanggan, maka lebih baik tak memberikan pinjaman sekalian, dengan begitu tak akan pernah kepikiran untuk menagih karena memang tak ada hutang yang akan di tagih. Maka selamatlah modal usahanya dan terus berkembang.

Sedangkan pesan kedua ternyata dimaknai dengan cerdik, bahwa "tak boleh terkena matahari artinya, pagi-pagi sekali ia telah membuka tokonya dan barulah saat hari gelap ia menutup tokonya.

Dengan memahami filosofi itu, maka bisnisnya berjalan baik karena dijalankan dengan konsistensi.

filosofi bisnis china-sumber gambar-pexels.com
filosofi bisnis china-sumber gambar-pexels.com

Ilmu anak pertama pada akhirnya ternyata justru yang saya praktikkan tanpa sengaja. Ketika member-member yang jumlahnya besar dan mayoritas para penduduk kampus ternyata mengandalkan gaji khusus untuk membayar iuran member.

Semakin lama bisa dibayar, maka tabungan terus keluar untuk menutup biaya operasional , termasuk sewa toko. Ketika uang member dibayarkan kekacauan cash flow keuangan telah terjadi dan menjadi malapetaka.

Saya menyadari di balik fleksibilitas waktu kerja, dan pemasukan yang dapat disetel sesuai dengan tingkat kerja, ternyata bisnis memiliki risiko yang tak terduga.

Itu pelajaran penting dalam bisnis yang penting saya camkan.

Pelajaran berikutnya adalah ketika salary take home pay saat bekerja di kantor adalah hak kelaurga tanpa laporan pengeluaran. Sementara dalam bisnis, meski nominalnya menjadi berlipat ganda, namun didalamnya ada hak karyawan dan  biaya variabel dan fix yang harus dilunasi sebagai kewajiban rutin bulanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun