Beberapa pekan belakangan instansi Polri sedang jadi sorotan media. Sejak mega kasus Sambo, Teddy Minahasa, kasus dugaan pencabulan dan pemerkosaan 3 anak di Luwu Timur, Sulawesi Selatan, kekerasan oknum Polisi terhadap seorang mahasiswa, Kapolsek yang memperkosa anak tersangka, Kapolres aniaya anggota, dan termutakhir kasus penganiayaan mahasiswa oleh anak polisi yang melibatkan ayahnya yang seorang perwira menengah.
Rentetan kasus membuat pekerjaan rumah Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo makin menumpuk, mengingat pasca dilantik Polri Presisi-nya mendapat guncangan dari kasus para personilnya, termasuk para perwira tingginya, yang membenamkan citra institusinya.
Menanggapi hal itu Kapolri segera bertindak dengan memberikan sanksi tegas kepada oknum terlibat, berupa mutasi, hingga rencana pembubaran tim kepolisian pemberantasan kejahatan.
Kasus-kasus mengindikasikan masih buruknya mental kepolisian di Indonesia dan segudang pekerjaan rumah guna memperbaikinya.
Segala upaya memperbaiki citra Polri baik di lapangan maupun melalui media sejatinya akan makin sulit bila eskalasi kasus berbenturan dengan perilaku buruk personil yang seolah "terpelihara" demi nama baik institusi, alias silent corps?.
Sementara di luar, suara-suara yang mengkritik bobroknya instansi Polri akibat ulah oknumnya terus muncul seperti tak digubris.
Mereformasi total Polri untuk menjadikannya lebih baik, menjadi pekerjaan nyaris mustahil.Terutama jika Polri tidak bekerja serius memperbaiki citranya untuk mengembalikan kepercayaan publik. Pertanyaan besarnya, apakah masing-masing anggota kepolisian Republik Indonesia punya tekad yang sama?
Merestorasi Polri agar dapat berkinerja baik, mengikuti prosedur, dan selaras dengan visi misinya dalam memberikan rasa aman tetapi pula menjadi teladan bagi masyarakat bisa saja menjadi target cita-cita. Mungkinkah itu dilakukan dalam kondisi institusi yang porak poranda?. Lantas siapa yang bertugas mengawasi kinerja mereka?
Menjadikan Polri agar kembali disegani bukan suatu yang mustahil, namun yang jadi pertanyaannya ialah apa strategi jitu Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo mereformasi institusi, dan apakah intansi keseluruhan mensupport upaya memperbaiki citra Polri?
Semua mata kini tertuju kepada Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo, apakah ia bisa menjadi jaminan Polri akan menjadi lebih baik. Atau justru eskalasi kasus dan kebijakan tegasnya hanya euforia, dan masalah klasik Polri tetap saja "terpelihara" meski berganti Kapolri.
Sandera Masa Lalu
Persoalan yang bisa menguatkan solusi atau kebijakan yang akan ditempuh oleh siapapun sebagai petinggi polri, adalah ketika ia tak "tersandera" kasus yang dapat dipolitisir dan bisa berbalik menjatuhkannya.