Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Esensi Merdeka Belajar, Menyulap Kresek Menjadi Solar, Hingga Laut Ada Kiblat

18 April 2023   15:39 Diperbarui: 9 Mei 2023   12:38 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan, dua fase jalan menuju pembebasan manusia yang permanen. Pertama ketika manusia sadar pembebasannya, Kedua, ketika praksis menjadi jalan merubah kesadaran itu. Paulo Freire

Kurkulum Merdeka (KM) membawa dinamika baru dehumanisasi, memanusiakan manusia. Mantra Paulo Freire, tentang pendidikan yang membebaskan. Tentu saja dengan melibatkan pendidik, peserta didik dan lingkungannya.

Saya lebih senang jika orang menyebut kontribusi kecil ini berasal dari sosok "guru terbang". Tentu saja bukan jenis orang super, meski "bisa" terbang. Semua aktifitas digerakkan idealisme agar terus menjadi "manusia pembelajar".

Hari ini kelas tambahan, kami buka dengan diskusi yang bahan-bahannya sudah kami sepakati sehari sebelumnya. Setiap siswa boleh membuat tim, dan masuk dalam tim yang disukai menurut minatnya.

Ini salah satu bukti yang menarik dari keunggulan KM, learn more esensial dan membebaskan kreatifitas!. Kami kemudian mewujudkannya dengan mengajak para siswa mengeksplore lebih jauh tentang banyak hal melalui sebuah penelitian sederhana, apapun bentuknya.

Area TPA Gampong Jawa-foto hanif sofyan
Area TPA Gampong Jawa-foto hanif sofyan

foto-puncak gunung sampah Gampong Jawa-Banda Aceh-Foto hanif sofyan
foto-puncak gunung sampah Gampong Jawa-Banda Aceh-Foto hanif sofyan

Tim yang lahir di kelas lapang, setelah diskusi intens, mencakup isu-isu yang sangat menarik menurut versi anak-anak. Ini sebagai pengembangan dari materi pembelajaran tentang inovasi dalam pelajaran kewirausahaan dan sains.

Termasuk ide merubah kresek menjadi solar, membuat monster bin tas ulang pakai. Bahkan para siswa menciptakan alat tambahan berupa toe cap sebagai komponen pengaman sepatu untuk keselamatan berkendara.

Seru dan tak terduga ide-idenya. Meskipun harus diakui bahwa gagasan seperti ini semestinya memang tak harus menunggu lahirnya KM, tapi dalam kenyataannya, kelahiran gagasan itu justru ketika kami mulai menerapkan keunggulan dari KM

mesin pengubah plastik menjadi BBM-foto hanif sofyan
mesin pengubah plastik menjadi BBM-foto hanif sofyan

Belajar pada esensi keilmuan, kreatifitas dan kemudahan menggunakan kurikulum. Ternyata poin-poin penting dari kebijakan KM, seperti ditiadakan jurusan, waktu yang lebih fleksibel, termasuk urusan minat bakat yang lebih terarah, sangat menarik.

Semuanya menunjukkan keunggulan- keunggulan langsung dari kebaradaan KM sebagai kurikulum yang lahir dari kondisi darurat pandemi. Pandemi menjadi "kompas" penunjuk solusi ketertinggalan dunia pendidian kita. Tak hanya itu KM ternyata juga dianggap dapat menjadi solusi memutus mata rantai persoalan pendidikan kita yang tak link and match dengan dunia kerja.

Bahwa tanpa kita sadari kesalahan fatal telah dimulai dari kelas-kelas kita di sekolah dasar. Sehinga berdampak secara sistematis pada lulusan Perguruan Tinggi yang merasa tidak siap menerima kenyataan dunia kerja yang kompetitif.

Semakin kedepan akan semakin dibutuhkan SDM berkopetensi tinggi untuk bisa beradaptasi dengan banyak perubahan. Sehingga kehadiran KM menjadi sebuah esensi krusial atas jawaban kebutuhan kekinian zaman yang penuh persaingan.

Keunggulan KM, belajar esensial-menjadi solusi bahwa tak semua anak dianggap "kurang pandai" jika hanya paham ilmu sosial dan minim sains. Begitu juga sebaliknya memahami sains tak juga menjadi ukuran satu-satunya untuk disebut "cerdas".

Bahwa memahami materi pelajaran secara esensi adalah kata kunci penting.

Bagaimana mengaplikasikan pemahaman bahasa asing, mengaplikasikan akuntansi  dasar dalam kehidupan nyata.Demikian juga Profil Pelajar Pancasila. Tak hanya berusaha mengembalikan kembali nilai-nilai yang dibangun dari norma dan tradisi bangsa melalui Pancasila, berdasar Ketuhanan, atau gotong royong sebagai kekuatan yang menjadi ciri bangsa Indonesia dalam kehinekaannya.

Profil ini mendorong terbangunnya karakter-karakter yang kemudian kami terjemahkan salah satunya dari sisi kreatifitas-merdeka belajar..

Mencoba Rasanya Jadi Peneliti

siswa peneliti-mesin pengubah plastik menjadi BBM-foto hanif sofyan
siswa peneliti-mesin pengubah plastik menjadi BBM-foto hanif sofyan

area puncak gunung sampah tertinggi di Banda Aceh-foto hanif sofyan
area puncak gunung sampah tertinggi di Banda Aceh-foto hanif sofyan
Mendengar kata research, data, kompilasi, statistik membuat sebagian anak-anak alergi. Namun dalam konsep yang disederhanakan, penelitian menjadi sebuah petualangan. Seperti halnya, trip and adventure.

Kelas berisi anak-anak yang berpikiran kritis setelah dipancing dengan diskusi berjam-jam pelajaran pada akhirnya melahirkan kelompok-kelompok dengan ide "petualangan" masing-masing, sains dan sosial.

Beberapa bahkan mewujudkan dalam sebuah formasi kreatif berupa konsep hunting esai foto yang mencoba membawa pesan humaniora---menelusuri kota mencari objek yang dapat memberikan nilai baik bagi banyak orang tentang kegigihan, kekuatan, rasa sosial, dan kemanusian.

Begitu juga dengan tim kecil yang meminati film---mencoba mengeksplore realita apa adanya dan menjadikanya sebuah film. Sebuah gagasan film dokumenter kecil---Di Laut Ada Kiblat, mencoba memotret pemahaman tentang agama yang dianggap "pelengkap" di dunia para nelayan,  menjadi sebuah cerita menyentuh hati.

Nelayan-nelayan pejuang laut yang setiap hari berjibaku dengan maut, ternyata tak pernah melupakan sajadah mereka di laut, ketika dianggap oleh banyak orang, laut luas tak bertepi "tak memiliki" kiblat.

Di laut ada kiblat hanya ingin meyampaikan sebuah pesan sederhana, bahwa dimanapun kita harus selalu ingat dengan Tuhan.

Shalat menjadi sebuah aktifitas yang tak pernah ditinggalkan para kru. Ini bukan karena kita bicara Aceh saja, namun ini sebuah---tradisi yang dibangun para nelayan. Segala risiko ternyata diimbangi dengan cara mendekatkan diri pada yang Maha Kuasa.

Di tim lain, kami harus berjibaku dengan dinas untuk mendapatkan izin mengekplorasi gunung sampah tertinggi di Banda Aceh. Tak hanya itu dalam penelusuran jejak, ternyata tim juga menemukan fakta bahwa gunung sampah itu tak hanya menyimpan persoalan sanitasi dan sanatory landfil yang masih Not in my Backyard (NIMBY) pasif.

Tapi juga merekam jejak sejarah kelam. Tapak gunung sampah itu ternyata juga memendam jejak mula Kerajaan Aceh era Kesultanan Iskandar Muda.

Bahwa Keudah adalah titik nol Kerajaan Aceh, dimana Kerajaan Aceh dibentuk dari sebuah segitiga wilayah yang kemudian dalam penelusuran referensi dikenal dengan nama Jie e atau alat tampi aceh berbentuk segitiga.

Wilayah Kerajan Aceh bekas situs Hindu Tua yang hilang terbenam. Tiga batas Kerajaan Aceh itu, Indrapuri berbatas gunung-Indrapatra berbatas laut dan Indra Purwa berbatas komunal.

Ketiga menyatukan wilayah kerajaan aceh dalam sebuah situs yang dilengkapi dengan beragam fasilitas ekonomi sosial dan budaya sehinga Kerajaan Aceh pada jamannya dikenal tak hanya kuat, tapi juga menjadi wujud kerjasama multiteral. Seperti halnya Turki dan China di era Laksamana Cheng Ho.

Kurikulum Merdeka membawa kami melanglang jauh dalam petualang sains dan sosial melalui pembelajaran di kelas lapang yang lebih bebas. Anak-anak menjadi begitu bergairah dalam diskusi yang intens. Semoga ini bisa menjadi tradisi keilmuan kelak.

Bukan dalam kelas sunyi yang seperti meminjam istilah Paulo Freire seperti pembelajaran ala bank---dimana murid adalah celengan dan guru adalah penabung.

Kesalahan model inilah yang sedang dipupuskan dalam implementasi KM. Mengajak anak-anak menjadi proaktif, memahami setiap materi dan manfaat dari apa yang mereka pelajari di sekolah.

Memahami Esensi Belajar

Beberapa anak-anak yang merasakan esensi dari perubahan konsep pembelajaran menceritakan pengalamannya.

Pemisahan uang bisnis dan keperluan pribadi yang dikenal sebagai PRIVE di jalankan dalam bisnis rumahnya. Ini soal mindset "cerdas finansial". Mulai memikirkan efisiensi usaha.

Pengalaman ini menjadi pembelajaran penting siswa ketika memahami esensi materi pelajaran di sekolah untuk kehidupan nyata.

Termasuk pengalaman di kelas pembelajaran kewirausahan, Ketika anak-anak  merancang packing dan mendiskusikan, ternyata diaplikasikan dalam bisnis UMKM keluarganya.

KM ternyata melejitkan banyak harapan baru bagi anak-anak dan para guru yang memahami esensi sebenarnya dari keberadaan KM sebagai sebuah gagasan memajukan Indonesia dari sisi Kurikulum.

Kita berharap bahwa banyak persoalan, termasuk tidak link and match dan persoalan gagapnya para lulusan sekolah ke perguruan tinggi untuk terjun ke dunia kerja, serta keterbatasan sekolah di daerah 3T, dapat dijembatani dengan kehadiran KM saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun