Seperti halnyua gangguan rabun ayam, pengidap mata silindris juga sulit melihat dengan jelas di malam hari. Jika orang tua melihat gelagat anak yang tengah membaca sesuatu, sering melakukan kebiasaan menyipitkan mata agar bisa melihat dengan jelas ini juga indikasi adanya gangguan.Â
Jadi ternyata bukan cuma tidak bisa melihat garis lurus saja, pengidap astigmatisme juga tidak bisa membedakan warna yang mirip, lho. Beberapa keluhan yang sering dirasakan orang yang punya mata silinder, antara lain mata sering tegang dan mudah lelah, pusing, serta sensitif terhadap cahaya.
Ketiga, Faktor "U"
Faktor usia juga ikut berpengaruh terhadap risiko seseorang mengalami astigmatisme. Orang yang sudah lanjut usia berisiko tinggi memiliki mata silinder daripada orang-orang yang lebih muda.
Keempat, Astigmatisme Bikin Mata Malas
Apakah tandanya seperti mata mengantuk, lesu, letih dan lelah?. Bisa jadi. Apalagi jika kamu mengidapnya sejak lahir dan gangguan tersebut hanya terjadi pada satu mata saja, maka hati-hati, kamu berisiko mengalami ambliopia atau disebut juga dengan mata malas (lazy eyes).Â
Kondisi ini bisa terjadi karena otak terbiasa mengabaikan sinyal yang dikirimkan oleh mata, sehingga akhirnya penglihatan pada salah satu mata menjadi menurun. Namun jangan khawatir, ambliopia bisa disembuhkan dengan penutup mata bila terdeteksi lebih awal.
Kelima, Gunakan Skala Dioptri Untuk Pastikan Gangguannya
Mata dikatakan sehat dan tidak ada silinder apabila nilai dioptrinya 0. Namun pada sebagian besar orang, angka dioptri berkisar antara 0,5---0,75.Â
Nah, untuk memastikan adanya gangguan astigmatisme pada mata, lakukan pemeriksaan mata di dokter mata. Dengan tes ketajaman penglihatan, seperti yang dilakukan untuk tes mata minus. Kita akan diminta membaca serangkaian huruf dalam berbagai ukuran dari jarak 6 meter.
Selain itu, uji refraksi juga bisa dilakukan untuk mengetahui mata silinder. Tes ini dimulai dengan mengukur intensitas cahaya yang diterima retina.Â
Pengukuran ini biasanya dilakukan dengan menggunakan mesin atau meminta pengidap untuk membaca huruf terkecil melalui alat yang disebut phoropter. Bila pengidap tidak bisa melihat huruf dengan jelas, maka ukuran lensa akan dikoreksi sampai huruf terbaca dengan jelas.
Lain lagi jika kejadiannya seperti anekdot berikut,  Seorang pria tua datang ke toko kacamata bermaksud membeli sebuah kacamata baca. Setelah berkeliling memilih, akhirnya dipilih  sebuah kacamata mahal. Ketika disodori snellen, alat baca optic, dari huruf paling kecil hingga paling besar, tetap saja ia tak bisa membaca  Snellen tersebut. Penasaran, si pemilik toko kacamata, kemudian bertanya, "bapak bisa baca?". "Kalau saya bisa baca buat apa, saya beli kaca mata baca,", katanya tersinggung dan bersunggut karena marah.