Fakta menarik dikemukakan oleh sebuah survey Robert Walters, yang menyebut bahwa sebuah perusahaan dapat memprediksi, sebelum seorang karyawan mengambil keputusan untuk resign.  Termasuk fakta 85 persen perusahaan di Asia juga mengklaim hal yang sama
Fakta ini ternyata ada hubungannya dengan kesiapan perusahaan secara kebijakan untuk melepas stafnya. Baik terkait tenaga pengganti maupun kemungkinan kompensasi yang harus ditanggungnya. Dan ini mereka antisipasi dalam kebijakannya yang bisa saja menjadi aneh dan tidak adil bagi karyawannya.
Hal ini juga terkait dengan fakta-fakta lainnya, bahwa besar kemungkinan ini juga menjadi alasan bagi sebuah perusahaan menggunakan kebijakannya secara sepihak yang bisa merugikan karyawan. Bisa karena kepentingan kasuistik untuk menyingkirkan karyawan atau staf pembangkang dalam perusahaan.
Atau kepentingan umum terkait dengan soal untung-rugi atau benefit perusahaan. Terutama soal pesangon dan kompensasi lain yang harus menjadi tanggungjawab perusahaan.
Fakta menarik juga pernah terjadi terkait kebijakan perusahaan pers di Amerika, melawan idealisme kerja para jurnalis.
Pada akhir abad ke-20, para pemimpin redaksi di Amerika Serikat melakukan perubahan kebijakan dari core jurnalisme berubah menjadi bisnis oriented--orientasi bisnis atau pengusaha. Separuh dari perusahaan kemudian melaporkan menghabiskan paling tidak sepertiga waktunya untuk urusan bisnis ketimbang jurnalisme.
Bonus akhir tahun yang diterima para jurnalis, tidak lagi didasarkan pada kualitas berita, tapi pada pencapaian keuntungan perusahaan.Â
Disatu sisi ini menunjukkan pergeseran pemikiran, terutama tentang kewajiban dan perubahan yang lebih mendasar dalam watak profesi pembawa berita. Dengan kata lain, wartawan harus paham bahwa mereka telah direndahkan.Â
Karena jurnalisme berubah menjad bisnis, dan para redaktur mempunyai tanggungjawab dalam menjaga anggaran dan menarik pelanggan.Â
Kebijakan aneh dan berlawanan dengan kerja-kerja jurnalis ini adalah salah satu bentuk kebijakan yang merugikan para pekerjanya. Karena perbedaan orientasi tujuan, antara bisnis dan kerja-kerja jurnalisme yang mengangungkan validitas data, keakuratan fakta, bukan sekedar mengejar berita bombastis yang komersial.
Pekerja jurnalis menyangka, semakin dalam investigasi (deep news), akan menghasilkan laporan yang berkualitas tinggi dan akan semakin tinggi reward dari perusahaan. Padahal yang terjadi sebaliknya, semakin cepat mencapai ruang baca, aktualitas tinggi, semakin cepat menghasilkan keuntungan finansial.Â
Perusahaan Semi Pemerintah
Saya pernah bekerja di sebuah lembaga internasional. Secara umum aturan yang diterapkan mengacu pada buku "semi" putih, sebagaimana layaknya perusahaan pemerintah. Misalnya, jika kita melakukan pelanggaran maka  Surat Peringatan (SP) akan diberikan secara bertahap-hingga berujung pada pemecatan.
Dalam pelaksanaan kegiatan menyangkut gaji, pajak dan lembur juga diperlakukan secara normatif sesuai aturan dan prosedur yang ada. Begitu juga dengan reward penambahan salary dilakukan secara berkala setiap tahun.Â
Hal lainnya seperti untuk menaikkan gaji staf dari jabatan sebelumnya harus diikuti dengan peningkatan jabatan atau status pekerjaan, meskipun hanya dengan penambahan kata "senior". Jabatan tersebut dapat berlangsung selama tiga tiga tahun, namun perjanjian kontak kerjanya di rancang per tahun, dan kemudian di perbaharui.