Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Aku Benci Buku

30 Januari 2023   18:31 Diperbarui: 2 Februari 2023   23:16 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah ini sebenarnya hanya sebuah intermezzo. Buku pertama yang saya beli meski tak lagi ingat judulnya, tapi sebuah buku Himpunan Pengetahuan Umum, buku ini kemudian menjadi cikal bakal Buku Pintar terlaris karya Iwan Gayo. Dibandingkan buku fiksi, buat saya yang ketika itu masih kelas satu sekolah dasar, buku "pintar" itu sangat menarik.

sumber foto-pikiran rakyat
sumber foto-pikiran rakyat

Berisi banyak hal yang informasinya bisa kita sombongkan kepada banyak orang. Apalagi jika sudah main "guessing", main tebak-tebakan. Siapa yang paling tahu, "berarti paling pintar" menurut versi anak-anak ketika itu. Maka untuk menjadi yang paling pintar, saya berusaha tak hanya menguasai "permukaan informasi" tapi juga detailnya.

Maka ketika zaman masih pintar itu, saya bisa menghafal seluruh negara lengkap dengan jumlah penduduknya. Atau menebak bendera dari berbagai bangsa. Termasuk gunung tertinggi di dunia, lengkap dengan detail ketinggiannya. Ini menakjubkan menurut versi kami yang kanak-kanak. Sekarang sudah jauh menurun-nama tetangga sebelah sampai lupa.

Dan diantara banyak mainan saat itu, dari patok lele, umbul atau gambar, yoyo dan lato-lato (seingat saya pernah lihat pada zaman dahulu), buku juga menjadi mainan yang seru. Maka sejak saat itu saya "Benci" buku.

Mengoleksi Seperti Mainan

sumber foto-perpustakaan desa
sumber foto-perpustakaan desa
Sejak usia sekolah dasar, hadiah ulang tahun selalu menjadi hadiah pesanan. Tak perlu surprise dalam arti sebenarnya. Justru surprise pesanan itu akan makin membahana jika terwujud alias dibelikan. Karena kebiasaan itu, tante sering mengajak ke toko buku menjelang ultah. 

Mengorek informasi buku apa yang paling saya inginkan saat itu. Atas dasar itu, ia tinggal memesannya, menyembunyikannya di balik kertas kado, dan di hari H ultah, buku itu sudah teronggok di samping nakas tempat tidur.

Maka sebelum ritual lain saya lakukan, saya membongkar kado dan berakhir di loteng dengan buku bacaan yang tidak bisa saya hentikan. Ayah juga sering membawakan oleh-oleh buku setiap kali bepergian keluar kota. 

Ibu juga penyuka buku,  meskipun jarang berkunjung langsung ke toko buku. Pernah suatu ketika saya meminta buku kepada ibu, meskipun berkali-kali memohon, karena ketiadaan uang niat untuk membelinya akhirnya batal. Maka saya berusaha sendiri dengan cara menjual gundu atau kelereng hasil menang saat main. Jika kurang, saya memainkannya dengan teman untuk mendapat jumlah gundunya demi tambahan uang.

sumber foto-CNN Indonesia
sumber foto-CNN Indonesia
Rencana ini selalu berhasil, dan saya bisa mengumpulkan uang sesuai nominal harga buku. Bergegas berlari sendiri ke toko itu yang berjarak 300 meteran dari rumah. Sesampainya di toko tak perlu memilih karena bahkan saya hafal dimana letak banyak jenis buku.

Ketika akhirnya menjejak sekolah menengah atas, ayahku membelikan sebuah mesin ketik tua milik pabrikan Jerman. Dengan mesin itu, ketika itu mengikuti banyak lomba menulis yang dilakukan jarak jauh (tapi bukan online) melainkan melalui Kantor Pos. Informasi itupun saya dapat dari majalah Pos.

Maka Setiap minggu mengikuti lomba sesuka hati, karena panitia tak membatasi jumlahnya dan setiap peserta bisa saja menyabet tiga juara setiap minggu karena panitia hanya mencari tulisan terbaik. Dengan hadiah Rp. 50.000 setiap artikel, maka setiap minggu paling tidak ada Rp.50.000-Rp. 150.000 (jika menang 3 artikel).

Uang tersebut langsung  saya "barter" dengan buku di toko buku langganan di kota yang berjarak 8 kilometer dari rumah. Buku menjadi barang koleksi terbanyak, dan dikamar kecil itu saya menyimpannya sebagai barang luxury. Setiap buku "berjasa" menghasilkan tulisan lainnya yang juga menyumbang uang baru untuk buku. Begitu siklusnya, dari buku ke buku lainnya.  

Berburu Buku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun