Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bertindak Bijak, Jangan Gegabah, Resign Itu Hal Biasa Kok!

25 Januari 2023   21:25 Diperbarui: 28 Januari 2023   16:27 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini mungkin penyebab yang paling sulit untuk diperbaiki. Sementara alasan lain berpusat pada individu, ini sering kali merupakan masalah perusahaan.

Namun, mempromosikan komunikasi secara terbuka di tempat kerja di antara para manajer dan karyawan dapat meningkatkan tingkat retensi.

Memberikan kesempatan untuk membangun jaringan di luar kantor juga dapat menumbuhkan rasa persahabatan dan loyalitas. Sehingga ia menemukan "keragaman" budaya kerja yang bisa memperkaya khasanah intelektualnya.

Maka ketika seseorang ditunjuk perusahaan untuk mengikuti pelatihan capacity building, itu bukan persoalan sekedar jalan-jalan, tapi sedang dalam konteks menemukan dan membangun budaya baru.

sumber foto-maxresdefault
sumber foto-maxresdefault

Bukan tidak mungkin pengalaman positifnya itu bisa ditularkan kepada perusahaan dan menjadi sebuah mandat baru untuk sebuah perubahan yang lebih baik. Maka kita mengenal The Toyota Way, Tesla Way, atau Jalan Microsoft.


Tips Penting; Jika kita hendak bekerja sejak awal penting memahami bagaimana kemungkinan karakter perusahaan. KIta bisa mencari referensinya di media atau dari kenalan atau orang yang pernah punya pengalaman bekerja di sana. 

Namun jika telah masuk didalamnya, penting memahami sejak awal budya perusahaan, agar keputusan kita untuk maju atau mundur tidak teralu lama. karena pasti tidak akan nyaman bekerja dengan budaya yang sama sekali asing dengan budaya kerja kita, kecuali jika itu menjadi tantangan bagi kita.

Penting juga bagi kita menyerap budaya perusahaan di tempat kita bekerja sebelumnya , sebagai pengetahuan . Siapa tahu dapat ditularkan atau menjadi referensi kita ketika bekerja di tampat baru jika positif meski tak sesuai dengan budaya kita.

Pada dasarnya sebuah perusahaan memiliki core atau inti dari keseluruhan budaya yang sedang dijalankan atau dikembangkan. Dan hal itu adalah sesuatu yang penting, bahkan bagi seorang pekerja biasa.

Jadi jika akan memutuskan untuk resign, apakah sudah mempertimbangkan seluruh peluang dan konsekuensinya. Dan apapun pilihan untuk menjadi lebih baik, yakinlah bahwa jauh hari sebelum surat permohonan mundur itu sampai ke meja pimpinan, mereka sebenarnya "sudah tahu" bahwa kita akan resign. Persis seperti kata Robert Walters.

Meski kita harus sampai pada keputusan pindah atau resign. Banyak hal yang harus kita pertimbangkan untuk menjaga reputasi kita. Siapa tahu dengan kecerdasan dan kecerdikan kita mengolah informasi, sikon, justru berbalik menjadi keuntungan tidak terduga. Seperti kenaikan jabatan atau mendapat penempatan di kantor baru yang lebih bessr tantangannya menurut kita namun lebih baik memotivasi kita.

Tetap berhati-hati dan waspadalah, dan bersiap jika kita akan dianggap bukan siapa-siapa bagi perusahaan, dan bahwa ada ribuan antrian orang seperti kita yang dapat direkrutnya, bahkan pada saat tepat sebelum kita menutup pintu keluar setelah resign. Apalagi jika kita ceroboh sejak awalmentang-mentang mau resign. Nah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun