Sepulang sekolah anak saya bercerita tentang seorang temannya yang selalu dibully di sekolah. Saya sempat tanyakan apakah sekolah tidak bereaksi. Katanya masalah ini belum pernah bocor ke pihak sekolah. Korban bullying itu bercerita, bahwa bukan kali ini saja ia mengalami perundungan, tapi sejak ia bersekolah di sekolah dasar. Meski tidak mengatakan kebal, tapi ia bilang sudah terbiasa dengan banyak perlakuan itu.
Apa yang menakutkan dari si korban menurut penuturan anak saya adalah sifatnya yang labil. Ia menjadi temperamental pada satu waktu dan di waktu yang lain ia menjadi pendiam. Pada saat ia menjadi "jahat" ia seolah menjadi pribadi yang berbeda. Seperti bomb waktu yang bisa meledak.
Saya membayangkan, jika ia bisa menjadi pelaku tindak kekerasan yang lebih kejam dari para penganggunya, karena amarah yang tersembunyi yang bisa meledak seketika.
Orang tuanya di rumah barangkali tak pernah menyadarinya karena ia mungkin berlaku sebagai anak pendiam, atau sebaliknya menjadi anak yang gampang tersulut amarah.
Wujud Bullying
Banyak orang beranggapan, termasuk para orang tua bahwa bullying adalah tindakan kekerasan yang melibatkan penyiksaan fisik terhadap seseorang.Â
Jika suatu ketika anaknya mengadu karena teman sekolahnya mengejeknya, barangkali orang tuanya akan bersikap biasa saja dan memberi sekedar nasehat. Bisa jadi itu disebabkan karena ulahnya sendiri.
Padahal, tidak semua bullying sama. Setiap pelaku bully memiliki cara menindas dan mengintimidasi korbannya dengan cara berbeda. Beberapa anak yang licik, akan menyerang korbannya secara tidak langsung, sementara beberapa lainnya menyerang targetnya secara langsung dalam bentuk serangan fisik maupun verbal.