Sedangkan panggungnya adalah sebuah meja kecil, sebagai tempat wayang dimainkan. Wah, ternyata menjadi atraksi yang ditunggu-tunggu sampai harus nampah waktu pertunjukkan hingga semalam suntuk. Dalangnya terus main, anak-anak pada tidur di depan panggung tiruan, tapi bila ada salah satu dari mereka bangun dan mendapati dalang juga tidur maka gegerlah tangisannya.Â
Wayang Titi biasanya ramai digelar di pasar bersamaan dengan perayaan Imlek. Maka sudah menjadi tradisi saat Imlek, anak-anak seperti saya memaksa orang tua kepasar nonton Wayang Titi.
Barongsai Dan Imlek Aceh
Di Peunayong sebagai kawasan yang dominan dengan pertokoan yang dihuni warga Tionghoa, memperingati Imlek bukan sesuatu yang tabu. Jangan bayangkan Aceh dengan tradisi syariahnya yang kuat, melarang perayaan Imlek. Mereka memiliki budayanya sendiri dan selama tidak saling menganggu mengapa harus dilarang.
Bahkan salah seorang kenalan saya di Hakka, perhimpunan warga Tionghoa Aceh, kami bersahabat baik. Mereka sering mengajak menimati pertunjukkan barongsai. Biasanya selama Imlek (karena hari libur) pertokoan tutup, jalanan sedikit lenggang, tapi ada pemain barongsai yang berkeliling untuk mencari para penanggap yang bersedia untuk membayar mereka dengan angpao.Â
Beberapa warga yang sedang lalu lalang juga ikut berhenti menikmati pertunjukkan barongsai tersebut. Apalagi ketika salah seorang pemain barongsai membuka topengnya, ternyata seorang perempuan berkulit putih, bermata sedikit sipit dan cantik mengenakan jilbab.Â
Gadis itu warga Tionghoa yang keluarganya telah menjadi muslim, namun tradisi dan budayanya tak pernah ditinggalkan. Saat ini kehadiran si gadis cantik itu menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu setiap warga saat imlek. Maka angpao tak hanya berasal dari para penanggap, tapi juga para warga yang melintas dan penonton yang antusias.
Cobalah sesekali singgah di Pasar Peunayong saat Imlek, siapa tahu bisa melihat pertunjukkan barongsai yang dimainkan para anak-anak yang spesial itu.
Peunayong adalah kota dua budaya, selain ada pasar khusus yang dipenuhi hiasan lampion merah, dinding-dinding rumah yang berbatas dengan pasar juga dipenuhi mural bergambar pertemuan antara Laksamana Cheng Ho dengan Sultan Iskandar Muda. Dengan tambahan ornamen Lonceng Cakradonya hadiah persembahan dari Kaisar China untuk Aceh melalui Sultan.
Imlek di Aceh, menjadi sesuatu yang spesial, karena melambangkan bauran dua budaya yang tidak saling mengalahkan, tapi saling mengisi.
Adu Balap Dengan Anjing
Sebenarnya ini kisah "seram di hari Imlek", Sebuah pengalaman yang unik dan lucu. Ketika itu seperti biasa kami berkumpul di masjid. Di bagian kanan dan kiri adalah tempat anak-anak biasa bermain sebelum menunggu shalat. Saat itulah saya berbaring dan tak terasa ketiduran. Saya baru tersadar dan bangun ketika seluruh bangunan sudah gelap. Seluruh teman ternyata sepakat nge-prank.
Ketika memutuskan pulang, saya tak punya pilihan melewati gudang bus karena aksesnya sudah ditutup pada jam 24.00 wib. Maka satu-satunya jalan adalah melewati jalan didepan deretan pertokoan.Â