Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Capres PDIP Itu Urusan Saya!

12 Januari 2023   02:33 Diperbarui: 15 Januari 2023   01:14 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Urusan calonnya itu adalah hak ketua umum. Pokok'e, enggak mungkin Ibu jebloskan kalian ke sumur," ujar Megawati sumringah. Ramai media mendaftar hadir untuk liputan karena kabar kejutan itu.

"Yang daftar 150 (media) dalam luar negeri. Kenapa ya, orang ini sebetulnya seremonial 50 tahun, karena ini yang ditunggu tunggu kalau orang main taruhan sudah masang, yang mau diumumkan Ibu, siapa?" kata Megawati,

Perayaan HUT Emas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ke-50 kemarin seolah menjadi antiklimaks pengumuman capres PDI-P, seperti dihembus media beberapa hari kemarin.

Padahal Megawati tak deklarasikan capres dalam pidato politiknya di HUT ke-50 PDI-P itu. Megawati Soekarnoputri memastikan tidak akan mengumumkan capres yang akan diusung pada Pilpres 2024, saat itu.

Ia awalnya justru keheranan karena banyaknya media mau meliput acara HUT ke-50 PDI-P lantaran disebut-sebut bakal mengumumkan capres PDI-P.

Kejutan batal

Perayaan HUT PDI-P pada Selasa (10/1/2023) berakhir tanpa kejutan soal pengumuman calon presiden (capres). Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, yang diberikan amanat Kongres PDI-P untuk mengumumkan capres, belum mengumumkan capres yang dipilihnya, barangkali hingga satu pekan ke belakang.

Dengan politik kehati-hatian yang dimainkan Megawati, sebenarnya banyak pihak menilai, tak mungkin Megawati secepat itu memutuskan untuk membongkar rahasia, siapa capres yang akan diusung dari PDIP. Kecuali memberikan clue dalam pidatonya, bahwa calonnya berasal dari internal partai.

Dengan perlakuan yang agak berbeda terhadap Ganjar selama ini, publik tak mau berspekulasi jika Ganjar atau Puan diantaranya yang akan dipilih. Setidaknya alasannya karena Ganjar berelektabilitas tinggi dan merupakan salah satu kader terbaik PDIP saat ini.

Sementara Puan kekuatannya berada pada hak prerogatif Megawati sebagai Ketua Umum PDIP yang dengan kewenangannya dapat saja menunjuk puteri mahkotanya itu sebagai calon yang bakal maju.

Trauma Masa Lalu

Mengapa Megawati berhati-hati, salah satunya adalah pembelajaran kekalahannya pada pemilu 2004, 19 tahun silam. Ketika itu Mega begitu yakin akan memenangkan pemilu ketika berpasangan dengan Hasyim Muzadi, melawan pasangan SBY-Jusuf Kalla yang notabene adalah mantan menterinya.

  • Namun pada putaran kedua Mega kalah telak suara. Jauh sebelum peristiwa itu Megawati telah melakukan investigasi siapa para menterinya yang akan maju dalam pencalonan presiden. Ketika itu SBY, Hamzah Has dan Yusril adalah nama-nama yang kemudian muncul dan harus diwaspadainya.

Tentang SBY, meskipun dari hasil investigasi Mega, ia termasuk calon yang akan maju dalam pemilu, namun setiap kali dikonfrontir oleh media selalu menyatakan keengganananya untuk menjawab secara lugas, hanya mengatakan lebih berkonsentrasi pada pekerjaannya sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan-menkopolkam.

Dalam hari-hari terakhir setelah terjadi gesekan dengan Megawati sehingga perannya sebagai menkopolkam tak lagi berjalan dengan baik, SBY memutuskan untuk mundur dengan alasan tersebut.

Dua hari setelahnya SBY memulai kampanyenya di Jawa dan dilanjutkan dengan kunjungan ke selauruh Indonesia melalui partai yang dibuatnya bersama istri dan teman-temannya, Partai Demokrat . Partai itu menjadi kendaraannya menuju kursi RI-1 yang dicapainya dengan gemilang.

Peristiwa itu adalah trauma dan kekalahan Mega terbesar. Bahkan dalam orasinya setelah pelantikan SBY, Megawati menyatakan bahwa  "saat pemilu mereka tidak kalah, namun hanya kurang dukungan suara". Hal itu mengindikasikan bahwa Megawati belum ikhlas menerima kenyataan jabatan presiden yang tak lama disandangnya dengan cepat terlepas dari tangannya.

Padahal dalam sambutannya pada peringatan HUT TNI pada tahun 20024, menyatakan, bahwa ia mengajak semua komponen bangsa untuk menerima siapapun yang akan menjadi presiden terpilih dalam dua putaran. Namun, Mega menyatakannya dalam nada penuh kesedihan.

Ganjar Presiden

Kehadiran Ganjar meskipun berasal dari internal partai, terlihat tak menjadi kebanggan yang utuh bagi PDIP sendiri. Apalagi Megawati sejak lama telah menyiapkan Puan Maharani sebagai kandidat dari partainya.

Namun kemunculan Ganjar yang mengejutkan dengan pernyataan kesiapannya untuk maju membuatnya berpikir keras. Bahkan atas keputusan politik Ganjar tersebut, Megawati kemudian memanggil Ganjar dan menegur atas ketidakdisplinan karena mendahului keputusan partai dengan berjalan sendiri-sendiri.

Namun sebagai kader partai yang militan dan loyalis, ganjar tetap menyerahan keputusan itu pada Ketua Umum partai.

Elektabilitasnya adalah yang membedakannya dengan Puan. Dalam kapasitas sebagai Gubernur Jawa Tengah, memungkinkan Ganjar dapat berinsteraksi langsung dengan masyarakat, bahkan melalui program yang dijalankan selama menjabat sebagai Gubernur.

Hal inilah mengapa elektabilitanya terjaga, tanpa secara khusus melakukan safari politik. Sebuah keuntungan politis yang dapat saja menjadi posisi tawar bagi ganjar. Apalagi jika keputusan PDIP mengharuskannya keluar sekalipun.

Elektabilitas Ganjar juga menjadi magnet yang dapat menarik dukungan dari partai maupun koalisi partai lain yang berkepentingan dengan eektabilitas atau popularitas politisnya.

Kode dan ancaman

Secara tidak langsung dengan pidatonya Megawati mengirim pesan. Mengingatkan kepada presiden Jokowi tetang kontribusi PDIP memposisikan Jokowi pada kedudukannya saat ini.

Demikian juga pernyataan calon dari internal partai bisa dmaknai sinyal dukungan kepada Puan dan sekaligus peringatan bahkan ancaman bagi Ganjar.

Namun pernyataan itu dapat juga dimaknai secara politis oleh partai rival, adanya kemungkinan menggunakan Ganjar sebagai kekuatan untuk maju dalam pilpres melalui dukungan partai lain. Dan Bagi Ganjar itu menjadi dukungan dan kekuatan bargaining powernya.

Bagi Megawati keputusan untuk menunda penyebutan calon, juga berkaitan dengan tes ombak yang masih diakukannya. Namun dirgaukan jika Megawati menurunkan tensi politiska untuk berkoalisi dengan partai lain, namun menurunkan impiannya menjadikan Puan hanya sebagai cawapres, kecuali jika secara kalkulasi politis, berpeluang besar untuk menang.

Setidaknya menjadi jalan mula bagi Puan untuk belajar banyak persiapan menuju pilpres berikutnya.

Paa akhirnya, keputusan Megawati itu menjadi semacam "prank", termasuk bagi para media yang kepo menunggu keputusan Mega.

Mantan presiden kelima RI itu menekankan bahwa penetapan capres yang diusung PDI-P adalah kewenangannya selaku ketua umum partai, sesuai hasil kongres PDI-P pada 2019. Oleh karena itu, ia. Ia juga meyakinkan para kader PDI-P bahwa pertimbangannya itu sudah tepat dan tidak salah.

Megawati juga menyatakan keterkejutan ihnya karena banyak pihak yang masih bertanya soal kriteria pemimpin masa depan yang diharapkannya. Sebab, menurut Megawati, kriteria itu bisa dilihat dari dirinya. Seperti dirinyalah sosok ideal pilihan partai yang dipimpinnya.

Namun Megawati membocorkan pertemuan PDI-P berikutnya dilakukan pada Juni 2023. Ia mengungkapkan, pertemuan ini bakal dilaksanakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta pada 1 Juni mendatang.

Nah, selain konsolidasi partai, apakah menjadi momentum tepat mendeklarasikan capres dan cawapresnya. Setidaknya menuju Juni  Mega akan punya waktu banyak untuk bertemu beberapa partai membicarakan kemungkinan kerjasama politik melalui koalisi.

Sementara kegiatan yang akan dilaksanakan saat konsolidasi itu adalah peneguhan jalan ideologi serta falsafah partai. Hal itu karena bertepatan dengan tanggal 1 Juni merupakan momen Hari Kelahiran Pancasila.

Jadi, kita masih harus menunggu kejutan apalagi dari Megawati mendatag!.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun