Tentu saja lato-lato hanya satu bagian dari zeitgeist---kelak akan muncul mainan baru menggeser lato-lato ketika sampai pada titik jenuh. Barangkali bolehlah kita menggunakan teori Robert Malthus untuk mengukur seberapa kuat dan lama lato-lato bisa bertahan.
Tentu kita masih ingat ketika permainan spiner yang diputar dengan keahlian jari begitu popular sebelum era candu gadget saat pandemi.
Tapi pandemi dengan cepat membuat anak-anak kecanduan gadget karena kebijakan pembatasan membuat anak-anak wajib terkoneksi dengan gadget, atau media tekonologi untuk pembelajaran daring.
Lantas gadget seperti tak mungkin dilawan untuk dialihkan ke lain hati oleh anak-anak. Meskipun begitu besar kekuatiran yang ditimbulkannya, gadget tak mungkin dilepas dari kehidupan anak-anak jaman now.
Maka persoalan seperti clip thinking muncul. Gagal nalar karena kebiasaan menerima informasi ayng begitu cepat, sehingga sulit untuk mengingat bagian-bagian penting termasuk ilmu pengetahuan yang semestinya dikuasai.
Anak-anak mengalami ketergantungan pada informasi dan berharap bisa menguasai detail ilmu itu jika dibantu gadget salah satunya.
Nilai-Nilai dalam lato-lato
Nilai yang terkandung dalam permainan anak-anak semuanya secara umum mengandung nilai pleasure, interaktif, dan kompetitif.
Kehadiran lato-lato yang diali dengan fenomena viral di media setelah endemi membuat anak-anak bisa berinteraksi antar mereka. Lihat saja setiap kali anak-anak lain memainkan lato-lato dengan teknik dan keahlian yang seru dengan cepat membuat anak-anak lain terpana dan fokus padanya.
Lantas anak-anak lain juga berkeinginan untuk menunjukkan kepiawaian yang sama dalam sebuah kompetisi yang tak diatur. Permainan ini berkaitan dengan kemampuan atau skill individu.
Lato-lato dilarang apa pasal
Terkait insiden kecelakaan yang menimpa seorang anak di Kubu Raya Kalbar yang sedang bermain lato-lato, karena serihak pecahan lato-lato mengenai bola mata menjadi perhatian sekaligus keprihatinan. Meskipun kejadian itu sangat kasuistis karena bisa saja terjadi dalam satu dari 100 peristiwa tetap saja harus menjadi bentuk kewaspadaan.
Di awal popularitas permainan ini di tahun 1971, tepatnya 12 februari 1971, New York Times melaporkan empat insiden yang ketika itu membuat lembaga Food and Drug Administration (FDA) mengumumkan larangan permainan lato-lato, setelah melalui proses pengujian dengan menilai kecepatan dan risiko pecah saat berbenturan.
Bahkan ketika itu juga didukung larangan oleh Society for the revention of Blindness yang kuatir permainan ini sebagai salah satu pemicu kebutaan karena berbahan tempered glass.
Benda bernama lato-lato itu kini berbahan plastik padat, dulu bahkan lebih berbahaya lagi karena terbuat dari bola kaca atau tempered glass, sehingga sangat berbahaya sebagai pemicu cedera mata dari serpihannya.
Meskipun sebenarnya kita harus juga realistis, karena ketika sebuah ermainan menemukan zamannya, dengan sendirinya akan akan menjadi sebuah tred yang barangkali akan sulit untuk di bendung dan di batasi.