Keputusan Surya Paloh dan Nasdem-nya yang dinilai sangat politis oleh Jokowi dan PDIP, Â dianggap tergesa dan terburu-buru dikala Presiden pilihan PDIP masih berkuasa. Tindakan Nasdem seolah menjadi oposisi semu.
Sekalipun hal itu telah dibantah oleh Surya Paloh dan Nasdem. Mereka secara politik tetap masih konsisten sebagai pendukung setia koalisi Jokowi, tak akan berpaling ke lain hati. Kecuali kelak dalam kontestasi Pilpres 2024.
Konstelasi Politik 2024
Kira-kira apa yang akan terjadi paska keputusan Ganjar itu muncul sebagai kejutan politik jelang Pilpres 2024?. Berbagai survey menunjukkan arus dukungan yang menguatkan popularitas Ganjar menuju kesiapan pencalonannya.
Bukan tidak mungkin, partai gurem yang selama ini bingung mencari pilihan, pada akhirnya bisa saja merapat kedalam kubu Ganjar.
Ini juga menjadi momentum bagi para relawan yang semakin gencar mendulang dukungan melalui sosialisasi-sosialisasi menggugah antusiasme pendukung bertemakan ketokohan Ganjar. Sekalipun belum ada kepastian siapa partai yang bakal meminangnya.Â
Tak hanya itu, partainya juga harus mampu memenuhi prasyarat presidential threshold (Pres-T) 20 persen. Merujuk pada ketentuan Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 2017 Pasal 122, 20 persen kursi DPR atau 25 persen suara sah nasional pemilu anggota DPR sebelumnya
Barangkali dalam waktu-waktu dekat akan mulai muncul spekulasi-spekulasi politik baru, siapa kira-kira partai yang berpeluang masuk menjadi pendukung Ganjar. Jika PDIP mau berbesar hati, tentulah ia yang akan berbalik arah mendukung Ganjar daripada memaksakan diri dengan pilihan yang kurang elektabilitasnya.
Jika tidak, maka Ganjar hanya bisa berharap dengan menyerahkan proses pencalonan presiden kepada mekanisme yang berlaku dan hasil konsolidasi partai politik (parpol). Atau adanya rekonsiliasi berkaitan telah adanya polarisasi politik.
Tapi pilihan politik itu bisa saja terasa "merendahkan" martabat PDIP, karena memang menjagokan Ganjar. Hanya keterpaksaan yang kemudian membuat PDIP bisa beralih hati. Jika itu terjadi sebenarnya menjadi momentum positif mempersiapkan kematangan Puan secara politis untuk bertarung lima tahun mendatang.
Kehadiran Ganjar semakin meramaikan dinamika politik Pilpres 2024, yang begitu cepat terasa panasnya, padahal Pilpres masih dua tahun mendatang. Banyak kemungkinan perubahan politik masih akan terus terjadi seiring waktu.
Bukan tidak mungkin akan ada kompromi-kompromi politik tak terduga. Bagaimanapun para calon juga tengah melakukan "tes ombak" melihat seberapa besar dukungan dan elektabilitas, dan siapa sebenarnya yang konsisten mendukung.
Para calon juga mengukur berapa basis kekuatannya secara matematis politik. Ini sebuah ikatan yang tidak sederhana, terlalu banyak kalkulasi politik yang harus dihitung. Dan elektabilitas yang moncer hanyalah salah satu dari banyaknya pertimbangan politik yang harus dipikirkan matang.
Bagaimanapun di belakang layar begitu banyak deal-deal politik. Seperti, Â siapa mendukung siapa, dan apa konsekuensi politis yang harus diberikan sebagai imbal jasa jika didukung. Pilihan-pilihan kedudukan politik yang diincar calon parpol pendukung juga menjadi pertimbangan yang kritis dan jelimet.
Bayangkan jika sebuah kesepakatan politis pada akhirnya mensyaratkan kursi yang banyak dan jabatan yang strategis.
Tapi kita tunggu sajalah. Paling tidak, yang paling bikin penasaran, apa manuver PDIP berikutnya?. Apakah Megawati punya plan B, C dan D. Atau menyerah pada mekanisme politik yang ideal menurut quorum suara populis. Misalnya, mengusung Ganjar karena elektabilitas, apalagi jika pesaing lain berpeluang merontokkan super power partainya.