Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Nalar Cerdas Hilang, Gegara Ribut Tafsir "Hajar" dan "Tembak"

19 Oktober 2022   00:08 Diperbarui: 23 Oktober 2022   00:06 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hanya saja ada pertimbangan faktor psikologis yang harusnya ditinjau secara cermat. Bahwa Ricky adalah ajudan sambo yang telah bekerja selama 3 tahun, dengan pangkat yang lebih tinggi dari bharada E yang sebenarnya juga baru bergabung bersama sambo selama 6 bulan.

Dengan pangkat dan jam terbang yang paling bawang, ia masih belum dapat menyesuaiakan secara psikologis ketika atasannya yang bintang dua memerintahkan untuk menembak. Atas dasar kondisi psikologis itu, menjadi wajar jika kemudian Bharada E memutuskan untuk menembak akrena tak kuasa melawan perintah atasan.

Sekalipun didalam korsa Polri, hirarki kepolisian itu berbeda dengan militer, yang mengharuskan prajurit patuh kepada komandannya.

Disisi lain yang juga harus menjadi pertimbangan kritis para pengacara sambo,(tidak dalam konteks urusan bagaimana meringankan hukuman klien tersangkanya), sebagai seorang jendral bintang dua, dengan jam terbang yang tinggi, klarifikasi seharusnya menjadi pilihan yang logis.

Agaknya faktor" ada udang di balik batu" itulah yang menyebabkan keputusan untuk klarifikasi telah dikalahkan oleh "bisikan" yang salah setelah menerima informasi soal pelecehan dari PC.

Kasus Terbalik

Bahkan dalam berbagai pembahasan yang muncul secara  masif, banyak yang berpendapat, bahwa sebenarnya kasus yang terjadi adalah kasus yang terbalik. Dari pelecehan Brigadir J kepada PC, menjadi sebaliknya. Itulah mengapa ada pertemuan antara PC dan Brigadir J selama kurang lebih 15 menit setelah kejadian.

Begitu juga tak ada laporan dari PC kepada polres Magelang soal kekerasan seksual yang dialaminya, begitu juga dengan pemeriksaan visum. Para pihak yang mencurigai kasus terbalik berpendapat, bahwa bagaimana mungkin si pelaku pelecehan dalam hal ini yang diduga justru dilakukan oleh PC kepada Brigadir J mau melaporkan diri. Apanya yang dilaporkan?.

Bahakn ada yang berpendapat bahwa ketika Brigadir J berusaha keluar dari kamar PC dengan mengendap, sebenarnya ia tak mau ada orang emngetahui kasus yang menimpanya karena bisa berefek buruk bagi PC. Bagaimanapun PC adalah istri dari atasannya.

Fakta bahwa laporan pelecehan yang dilaporkan pertama oleh PC terjadi pada tanggal 4 Juli 2022, ketika akhirnya dikonfrontir dengan bukti adanya komunikasi yang baik berupa bukti foto Brigadir J yang sedang menyetrika baju anak-anak PC, dan dikomentari dengan sangat baik oleh PC soal kebaikan Brigadir J. Pada akhirnya kemudian laporan diralat dan dirubah tanggalnya menjadi tanggal 7 Juli 2022.

Perubahan itu jika hanya didasarkan pada faktor alpa dan lupa, tentu saja sangat absurd. Hal ini juga menjadi indikasi bahwa terlalu banyak "udang di balik batu" pernyataan PC yang membuat kita ragu.

Berubah-ubahnya pernyataan dan skenario serta fakta-fakta temuan dan kejadian perkara membaut kita semakin tidak yakin bahwa PC  telah bertindak jujur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun