Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Ketika Keluarga Menjadi Pelaku Kekerasan Anak, Bagaimana Kita Bertindak?

26 September 2022   10:37 Diperbarui: 6 Oktober 2022   14:49 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Polisi yang didatangkan dan mendengarkan pengakuan Pearl pun langsung percaya bukannya melakukan double Check. polisi juga malah mengancam Gabriel untuk tidak berbohong lagi atau akan dimasukan kedalam penjara. Bahkan catatan Gabriel tentang usaha bunuh dirinya juga ditanggapi dingin oleh para petugas keamanan.

Tuduhan tak berdasar

Motif kekerasan yang dialami oleh Gabriel pada akhirnya diketahui, ibunya meyakini Gabriel telah terpengaruh gaya hidup gay pamannya.

Ibunya meyakini penyiksan adalah terapi dari perilaku itu. Semakin keras siksaan akan semakin baik. Semakin hari kekerasan itu semakin intens dan semakin brutal, hingga pada  tangal 22 mei 2013 Gabriel mengalami kekerasan puncak dan menyebabkan ia tidak sadarkan diri. Ayah tirinya--Isauro yang telah kalap memukulnya panik dan menelpon 911 untuk dipanggilkan ambulans sambil berkata bahwa Gabriel jatuh dan tidak sadarkan diri.

Dua hari kemudian Gabriel Meninggal. Saat di otopsi dapat dilihat bahwa Gabriel telah disiksa karena banyak sekali luka-luka yang baru saja sembuh atau luka baru disekujur tubuhnya

Meski kedua orang tua Gabriel akhirnya ditangkap, hal itu menjadi akhir yang sangat menyedihkan dan memilukan karena solusinya berakhir dengan kematian  Gabriel. Banyak orang menyalahkan karena penanganan yang terlambat dari salah dari guru dan dinas perlindungan anak serta polisi.

Ini menjadi pembelajaran kita tentang kepedulian, bahwa kita bisa menjadi pemantau dan pengawas dalam banyak kasus kekerasan anak yang sangat membutuhkan dukungan dan bantuan kita secara serius, bukan sekedar empati.

Gabriel adalah anak biasa, anak yang bisa jadi nakal dalam ukuran umurnya yang wajar, tapi ia adalah anak yang sangat baik. Apalagi setelah kematiannya, Gabriel  meninggalkan sebuah pesan di meja belajarnya, untuk ibunya

"I love you Mom and Gabriel is a good boy"

Kisah tragedinya ternyata kini telah difilmkan oleh Netflix yang menimbulkan gelombang protes, karena meski berisi pembelajaran tentang kekerasan orang tua terhadap anak, ada yang menganggapnya hanya mengejar sisi komersil. Semuanya diserahkan kepada pembaca dan penonton yang akan menilainya sendiri.

referensi; 1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun