Dan setelahnya, Rong-Rong tak pernah pulang. Bahkan ketika kucari ke toko depan, tempat biasa ia duduk mencakung, menunggu sapaan para pembeli, ternyata juga tak kutemukan.
Pemilik toko bilang, ia juga tak melihat lagi kucing putih "bertopeng" itu, dalam beberapa hari belakangan.
Ia memang terbiasa duduk mencakung didekat pintu masuk toko, atau melakukan ritual bebersih bulu, dan akan berhenti  setiap kali pengunjung masuk, seperti bekerja jadi penjaga toko, pagar ayu yang menyapa para pelanggan.
Dan memang betul akhirnya Rong-Rong lenyap, menghilang!. Menurut Mamakku, begitulah kucing "pergi" tak meninggalkan jejak, hilang begitu saja ketika ia "mati". Mungkin begitulah caranya menjaga hati pemiliknya, agar tak pernah melihatnya "pergi".
Dua bulan lebih tujuh hari setelahnya, suara mengeong kecil muncul dari sudut tumpukan buku-buku di loteng atas. Aku mencari-cari asal suara dan kutemukan tiga ekor kucing mungil. Seekor berwarna putih, satunya berwarna terbalik, dengan muka putih bulu hitam, dan seekor yang paling kecil dan mungkin paling imut.Â
Ajaib!, wajah dan warna bulunya persis sama dengan Garong. Ini copycat atau reinkarnasi menurutku. Garong meninggalkan jejaknya pada kucing mungil itu.
Aku takut, sekali lagi menyinggung perasaan kucing  jelmaan Garong mungil itu, jadi aku kini memanggilnya "Batgirl" meski ia bukan kalelawar.
Aku pikir ia akan suka karena Batgirl seorang superhero wanita keren. Tapi aku salah, bahkan sejak ia bisa membuka mata, tatapan pertamanya kepadaku begitu aneh. Apalagi panggilan pendeknya "bat".
Memangnya aku "kalelawar" katanya mendengus marah. Ia pemarah seperti Garong.
Jadi aku harus memanggilmu apa? Kucing bertopeng!.Â
Mengapa kamu tak berusaha bersikap manis saja, misalnya dengan memanggilku Gilkey---si pencuri yang cool itu katanya.