Mungkin ini sisi menarik dari sang ratu yang selalu diekspose media. Irit bicara, namun menyimpan kharisma. Tapi punya sisi lain yang populis dan humoris. Ratu telah membawa Inggris melewati masa-masa sulit sejak Perang Dunia Kedua hingga era milenial kekinian. Ketika cerita kerajaan dan ratu menjadi simbol-simbol masa lalu. Tapi tidak dengan Inggris yang punya cerita panjang para ratunya, utamanya Ratu Elizabeth II.
70 tahun perjalanan panjang membawa Kerajaan Britania Raya beradaptasi dengan dunia modern. Ratu Elizabeth II dikenal sebagai diplomat ulung dalam isu-isu sosial kemanusiaan, Â dan pendidikan. Aura kharismatik melekat dalam simbol keratuannya, hingga akhir hayatnya. Â
Saat ini jenazahnya masih disemayamkan di Puri Balmoral, tempatnya menutup mata, "mengakhiri" perjalanannya sebagai ratu kerajaan Britania raya yang legendaris.
Banyak orang tak menyebutnya hanya sebagai ratu, seperti halnya Jane Thompson, salah seorang warga Inggris yang lebih memilih menyebut Ratu Elizabeth sebagai "Ibu Negeri", yang kisah panjang hidupnya bisa ditelusuri sebelum abad pertengahan.
Kharismatik dan populis
Sebagai ratu, bagaimanapun  harus menjaga imej-jaim, maka dalam berbagai aktifitas kenegaraan dan kerajaan, Ratu Elizabeth II dikenal tak kompromi, termasuk dengan anak-anak dan menantunya, agar bersikap layaknya warga kerajaan.Â
Saat perayaan ulang tahun ke-90 Ratu Elizabeth II beberapa waktu lalu, ratu terlihat menegur tegas Pangeran William karena sampai harus berlutut saat berbicara dengan Pangeran George. Sebenarnya, cara Pangeran William dan Kate Middleton berbicara dengan melihat mata putra sulung mereka sambil berlutut tersebut mendulang pujian dari sejumlah pakar pola asuh anak.
Namun, pola asuh yang benar, belum tentu sesuai dengan tata perilaku dan etika yang menjadi aturan baku Istana Buckingham. Begitulah sang ratu menjaga tradisinya. Â Ini terjadi saat Pangeran William, Kate Middleton, dan dua orang anak mereka, Pangeran George dan Putri Charlotte, tengah melakukan perjalanan dinas mengunjungi Kanada.