Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Menunggu Terbukanya Kotak Pandora Skenario Magelang

9 September 2022   10:58 Diperbarui: 17 September 2022   19:42 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar-hoaks-nasional tempo

Demikian juga ketika Putri mengaku dilecehkan, kemudian terjadi keributan antara Kuat dan Brigadir J, menurut pengakuan Ricky, Putri kemudian menanyakan keberadaan Brigadir Joshua untuk menemuinya. Apa tindakan tegas Polri?.

Banyak peristiwa-peristiwa itu sulit dijelaskan dengan logika biasa, karena sedang berlangsung dugaan kejahatan pelecehan dan perkosaan. Bagaimana kiranya logika normal menjelaskan pelaku yang menangis, menjerit dan pasti marah dengan kejadian yang menimpanya, namun masih minta bertemu, satu rumah, bahkan satu mobil ketika kembali ke Jakarta.

Dan ketika Kuat mengancam Brigadir J dengan pisau, lantas dan Bharatu Prayogi melihatnya dan "menyita" pisau tersebut. Atau dalam keterangan lain disebutkan Kuat yang menyerahkan sendiri pisau itu kepada Bharatu Prayogi. Artinya bukan hanya Susi,yang melihat kejadian, tapi juga ada Bharatu Prayogi yang mungkin tahu persis masalahnya.

Lantas apakah keterangan mereka benar sesuai kejadian?. Apakah tidak ada intervensi kepada mereka untuk mengikuti alur kasus sesuai skenario Magelang?. Apakah mereka tidak bisa menjadi saksi kunci baru untuk meluruskan masalah pelecehan, dengan memberi keterangan sebenarnya apa yang terjadi, apa yang menjadi pangkal pertengkaran Kuat dan Brigadir J?.

Apakah kejadian korban (Putri) dan terduga pelaku (BrigadirJ) satu mobil adalah bagian dari skenario yang sedang dimainkan dan akan dituntaskan di Duren Tiga. Bukankah ini luar biasa?.

Atau kejadian para tersangka dan korban dalam satu mobil adalah bagian dari rekayasa alibi untuk memuluskan skenario Duren Tiga agar tidak terlihat adanya masalah, karena skenario yang akan dimainkan di Duren Tiga adalah pembunuhan berdasarkan pelecehan dan saling tembak antar ajudan. Sehingga mengabaikan kejiwaan Putri yang baru saja menjadi korban di Magelang.

Namun ketika skenario Duren Tiga gagal dan beralih ke Magelang, kejadian satu mobil menjadi alibi yang lebih aneh dan tidak masuk akal sama sekali.

Lokus TKP Berpindah, Alibi Mengikutinya

Kasus sambo bergerak berpindah layaknya perpindahan adegan dalam film-fade in atau Fade out, skenario beralih dengan cepat dari Duren Tiga ke Magelang. Penonton menunggu dengan jengkel dan jengah merasa tak sabaran.

Bayangkan saja, ketika kejadian duren tiga terungkap, baru kemudian muncul lagi alibi baru, bahwa tindak asusila Brigadir Joshua terhadap tersangka Putri Candrawathi terjadi di rumah Magelang. Lantas ini menjadi alasan baru bagi Ferdy sambo membunuh Brigadir Joshua karena membela harkat martabat keluarga.

Selanjutnya skenario itu diubah, tersangka Putri Candrawathi membuat keterangan baru bahwa ia  "dipaksa" oleh tersangka Ferdy Sambo untuk menskenariokan kejadian di rumah Magelang terjadi di duren tiga, sebagai dasar agar Putri tetap pada motif awal pelecehan.

Alibi-alibi dibangun setelah satu kejadian terbongkar, dan dengan begitu mudahnya skenario berubah hanya berdasarkan perubahan keterangan dari Putri karena ada paksaan merubah cerita.

Bagaimana kemudian dengan pertanyaan, mengapa harus di Duren tiga skenario itu akan dimainkan oleh para tersangka. Mengapa tidak langsung saja di lakukan pembunuhan itu di Magelang?. Apakah karena pertimbangan rencana besar pembunuhan berencana tersebut memang sudah matang dipertimbangkan aspek risikonya.

Atas dasar perubahan lokus  itu saja mengindikasikan bahwa sejak awal para tersangka telah merekayasa kasus. Seolah mereka memiliki rencana A dan rencana B.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun