Aisya putri saya uring-uringan, karena ibunya marah gara-gara masalah sepele, bersepeda ke sekolah tanpa izin. Padahal menurutnya apanya yang salah. Â Di kampus tempat kami tinggal, jalanan sedikit lenggang, kecuali mahasiswa hilir mudik biasa, ditambah Transkutaraja-yang bolak balik mengantar mahasiswa.
Teman-teman sekelasnya juga memakai sepeda. Tapi ibunya memang tipe protektif, jadi ia lebih merasa tenang dan aman jika putri satu-satunya cukup diantar saja ke sekeloh, tak perlu memakai sepedanya sendiri. Kecuali saat weekend, ketika kami goes bersama ke Car Free Days.
ilustrasi gambar-kasih ibu dan anak-kompas.id
Banyak alasan bagi seorang ibu untuk melarang anak-anaknya, bahkan memarahinya jika perlu. Pernahkah kita perhatikan, meskipun marah, kemarahan seorang ibu ternyata beda dengan marahnya seorang ayah. Memangnya apa yang sering membuat kita gagal paham atas marahnya?.
Marah Seorang Ibu Beda!
Ada yang bilang karena ibu yang melahirkan kita, mengandung kita dan bersusah payah selama sembilan bulan, bahkan ada yang mengalami masa-masa sulit karena kelahiran prematur, melalui bedah caesar, dan banyak "bahaya" lain yang mengintai seorang ibu selama proses kehamilan dan persalinan. Makanya ketika ibu marah, kita tak pernah mau mendebatnya.
Bahkan jika perhatikan dalam dunia mafia, seperti mafioso Italia, ketika berjanji mereka menyebut ibunya sebagai bagian dari sumpah mereka. Bisa jadi karena alasan di atas tadi dan karena mereka juga paham bahwa "syurga berada di telapak kaki Ibu".
Pertama; Ibu adalah orang yang paling sering mengkuatirkan kita, dibandingkan yang lain, termasuk ayah.Â
Seperti putri saya Aisya, bersepeda ke sekolah saja dilarang. Apalagi bus-bus Transkutaraja sering ngebut di tikungan yang dilewati anak-anak sekolah. Itu jadi pangkal kekuatirannya.
Meskipun kita sudah besar, rasa kuatir seorang ibu tak pernah hilang. Pernahkah ketika berkunjung kerumah ibu lalu saat pamit, tak lama ditelepon lagi hanya untuk menanyakan, apakah kita sudah sampai ke tujuan?. Padahal kita sudah menikah, sudah berkeluarga dan punya anak-anak, tapi seorang ibu masih menjaga kita dengan apapun caranya meskipun hanya menanyakan kabar saja.
Bahkan seorang ibu pernah naik ke ring tinju, karena melihat lawan memukuli anaknya yang juga seorang petinju yang sedang bertanding dan kalah dalam duel. Coba, apa hubungan antara ibu dan duel tinju di ring, tapi begitulah  kasih seorang ibu.
Kedua; seorang ibu ingin anak-anaknya dihargai dan dipandang baik oleh orang lain, seperti layaknya seorang ibu menjaga anak-anaknya.
Seorang ibu bisa saja dianggap anaknya berpikir jadul dan tidak kekinian alias oldies. Masa karena berpakaian minim ketika ngumpul di kafe atau pulang tengah malam, sekalipun anaknya laki-laki sering kena nasehat dan omelan. Anak-anak berpikir negatif tentang ibu yang tak paham bagaimana anak muda bergaul.Â
Tapi apa kita mau tetangga yang protes karena kita berpakaian minim dan sering pulang malam?, nanti justru disangka kepo alias Knowing Every Particular Object dan kurang kerjaan. Tapi kalau ibu yang protes, mau tak mau kita masih bisa terima.
Seorang ibu tak mau anaknya jadi bahan gunjingan orang lain, diremehkan, hanya karena "kematangan" emosi, kemudaan yang sering membuatnya cuek dengan keadaan, namun semuanya dipahami oleh seorang ibu, karena itulah kekuatirannya muncul dalam bentuk nasehat atau bahkan amarah. Jadi terima saja, kan ada benarnya. Â
Ketiga; seorang ibu bangga memiliki anak bersikap baik
Ketika kecil bahkan buku catatan biologi saya yang berisi gambar acakadut, di pamerkan ke ibu tetangga, katanya anaknya rajin, bahkan catatannya juga lengkap dengan gambar biar mudah belajar. Menurut ibu, anak yang punya inisiatif dan mau belajar adalah anak baik yang harus dibanggakan.
Sekecil apapun sikap baik, bisa punya nilai lebih di mata ibu kita. Itulah mengapa seorang ibu cerewet jika  ada di meja makan, di mall ketika belanja, bahkan ketika duduk di kafe sekalipun. Harus sopan, tidak boleh pakai tangan kiri, menjawab salam ketika bertemu orang, bahkan urusan sepele sekedar "tersenyum" saja kita diharuskan oleh ibu kita ketika bertemu tetangga atau teman.
Semua karena seorang ibu sedang membekali kita dengan hal-hal baik untuk kehidupan kita kelak. Sifat-sifat baik akan melekat dengan sendirinya karena kebiasaan dan ajaran ibu kita sejak kecil. Ketika kita menjadi pribadi baik dan sukses, akan menjadi kebanggaan. Keberhasilan seorang ibu mendidik anak-anaknya.Â
Apakah kita pernah merasakah hal itu?. Mungkin tidak saat kita kecil apalagi remaja yang justru uring-uringan jika kena nasehat, tapi barangkali akan terasa ketika kita telah berkeluarga dan memiliki putra-putri yang harus kita jaga.
ilustrasi gambar-jurnalislampedia
Keempat; Seorang ibu ingin anaknya sukses dimasa depanÂ
Masih ingat bagaimana ibu kita sibuk memasukkan kita ke taman kanak-kanak, menjaganya seharian selama kita belum berani ditinggal.
Saat TK ibu menemani kita hingga ke ruang kelas, saat SD mengantar kita hingga pintu kelas, saat SMP mengantar kita hanya sampai pintu gerbang, dan saat SMA mengantar kita hingga ke pintu rumah. Ibu melakukan semuanya karena ingin buah hatinya sukses, berhasil dan memastikan putra-putrinya berpendidikan. Bahkan ketika hendak bersekolah harus nyaman, semuanya tersedia dari seragam, sarapan hingga memastikan bisa siap berangkat sekolah.
Apakah kita pernah menyadari semua itu hari ini?. Apa yang telah ibu kita lakukan untuk kita dahulu hingga sekarang. Apakah kita menyadari bahwa sukses kita hari ini karena peran ibu luar biasa di rumah, yang menyiapkan kita menjadi orang sukses saat ini. Dan ajaibnya, seorang ibu tak pernah meminta imbalan apapun untuk semua jerih payah penuh mukjizat itu.
Kelima; Seorang ibu ingin kita bisa memenuhi peran sosial
Dari seorang anak kecil kita tumbuh menjadi, remaja, dan berkembang menjadi dewasa. Semakin tinggi pohon akan semakin tinggi hantaman anginnya. Semakin dewasa akan semakin banyak tantangan  sosial kita. Kita akan memiliki keluarga, memiliki anggota baru, berinteraksi sosial dengan lingkungan tetangga, sekolah dan lainnya.
Ada kewajiban yang harus kita pikul, apalagi jika dipercaya orang lain memiliki jabatan. Itulah menapa seorang ibu begitu peduli meskipun harus cerewet kepada anak-anaknya, dengan banyak larangan dan batasan. Semata karena ada harapan yang sedang dibangun dan dilakukan demi anak-anaknya.Â
Jika seorang ibu memaksamu belajar masak atau mengerjakan pekerjaan rumah, ketika kita pada akhirnya memiliki dunia kita sendiri, bekal itu menjadi terasa sangat berguna sekali. Meskipun hanya pelajaran "memasak nasi". Jadi sekarang kita tau alasannya mengapa ibu kita melakukan banyak hal kepada kita dahulu.
Keenam; seorang ibu pernah muda
Itulah mengapa seorang ibu ingin berbagi pengalamannya. Apa yang menjadi pengalaman kurang baik dalam hidupnya dimasa lau, akan dikirimkan sinyal baiknya kepada kita agar kita tidak mengulanginya. Bukankah lebih baik belajar dari kesalahan orang lain daripada kita yang mengalaminya sendiri?.
Jika seorang ibu selalu cerewet, karena begitu banyak ilmu dan pengalaman baik yang ingin dititipkan dan diwariskan kepada anak-anaknya. Termasuk semua pengalaman bahagia. Itulah mengapa orang tua kita berjuang untuk meraih semua keberhasilan, agar menjadi pembelajaran sukses kepada anak-anaknya. Minimal anak-anaknya akan merasakan kebahagiaan dari semua hasil jerih payahnya dulu.
Kehadiran seorang anak bagi ibu adalah berkah, titipan Tuhan yang tak boleh disia-siakan. Akan dijaganya amanah Tuhan itu dan akan dipertanggungjawabkan kepada Tuhan, apa semua kebaikan yang telah ia tinggalkan kepada anak-anaknya, termasuk budi pekerti baik, bekal dari semua nilai kehidupan yang lebih baik untuk anak-anaknya.
***
Salam kasih penuh berkah untuk seluruh ibu di dunia, dimanapaun berada. Untuk semua kebaikan, kasih sayangnya yang tak terbalaskan. Betapa indah dan manis menjadi seorang ibu untuk putra-putrinya. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H