ilustrasigambar-PC-disway
Ada yang menarik dari animasi kasus pembunuhan Brigadir J yang dirilis Mabes Polri, pada Rabu (31/08/22). Animasi itu merekam detik-detik terbunuhnya Brigadir Joshua yang dilakukan oleh Ferdy Sambo dan 4 tersangka lainnya di Duren Tiga Jakarta Selatan.Â
Adegan setelah FS menembak Brigadir J dilanjutkan dengan, masuknya FS ke kamar yang memperlihatkan PC sedang duduk di tempat tidur, seolah menunggu seluruh kejadian eksekusi itu selesai dilakukan, dengan posisi pintu kamar terbuka. Sehingga PC pasti mendengar semua peristiwa eksekusi yang terjadi di luar kamarnya.
Selama ini kita menyangka PC jauh dari lokasi pembunuhan, dan kita juga menyangka PC akan begitu depresi, trauma karena "ajudan yang telah dianggap anak" itu ternyata dibunuh oleh suaminya FS. Tapi ternyata kita di bohongi dengan begitu lihainya.Â
ilustrasi video animasi pembunuhan Brigadir J-Inews
Artinya bahwa PC mengetahui persis kejadiannya, bahkan ketika motif ketiga muncul dikaitkan dengan adanya hubungan spesial dengan KM yang dipergoki oleh Brigadir J, maka dugaan pembunuhan itu menjadi rangkaian rencana pembunuhan berencana yang di mulai dari PC yang merasa rahasianya bakal bocor, dan sebisanya PC menyembunyikannya.
Karena Brigadir J satu-satunya saksi yang bisa membahayakannya  maka ia mengorbankannya sebagai tumbal. Tapi itu skenario yang belum matang dan belum teruji, karena muncul setelah motif sebelumnya gagal, dan ketika dialihkan ke Magelang, maka diciptakan motif baru yang makin membingungkan.
Bisa jadi benar adanya dugaan PC sedang memainkan peran playing victim Dengan memanfaatkan situasi dan statusnya yang mendapat banyak perlakuan  "istimewa", ia menjadi sosok paling misterius. Hinga saat ini ia masih belum ditahan, padahal ia tersangka, jika terus bebas, dapat saja ia menghilangkan banyak barang bukti lain yang masih berkaitan dengan tali-temali kasus ini.Â
Perlakuan pelecehan yang menimpanya, justru tak membuatnya merasa terpukul dan malu, namun justru dijasikan semacam alasan pembeanran atas kejadian tindakan pelecehan yang diterimanya. Ini sekaligus memastikan bahwa apapun ceritanya, Brigadir J adalah pelaku dan melakukan tindakan pelecehan terhadap PC.
Victim Mentality
Victim mentality atau playing victim adalah sifat yang menganggap dirinya sebagai korban dari tindakan negatif orang lain. Seseorang yang memiliki sifat ini akan merasa menjadi korban saat sesuatu tidak berjalan sesuai rencana
Seseorang yang sering melakukan playing victim mengklaim segala sesuatu yang terjadi pada dirinya adalah kesalahan orang lain dan dia adalah korbannya. Orang dengan sifat ini umumnya terus-menerus mengeluh tentang hal-hal buruk yang terjadi dalam hidupnya. Ketidakmampuan mengendalikan keadaan sering kali membuatnya melepaskan tanggung jawab.
Seseorang yang memiliki gangguan kepribadian ini lebih mudah memandang semuanya secara negatif. Bahkan, dapat memaksakan pola pikirnya pada orang lain. Pada intinya, playing victim artinya sifat yang membuat seseorang memilih untuk tidak bertanggung jawab, menyalahkan orang lain, dan menciptakan berbagai alasan untuk mendukung keyakinannya---bahkan saat sebenarnya dialah pelakunya.
Inilah yang sedang terjadi, bahwa faktanya meskipun rekonstruksi di Magelang tidak menunjukkan tanda-tanda adanya pelecehan, namun tetap saja motif yang disodorkan kepada publik adalah "peristiwa pelecehan", ini sebuah fakta yang sulit diterima akal sehat.
Apakah artinya ketika rekosntruksi tak menguatkan tuduhan, namun tetap dipaksakan adanya lapaoran kejadian pelecehan dalam kasus kematian Brigadir J. Persoalannya adalah sangat sulit di konfrontir ketika korban sudah meninggal. saksi lainnya tak sepenuhnya tahu persis, kecuali jika benar--saudara KM yang berada di rumah FS di Mgelang saat kejadian menangis histerisnya PC, sehingga menelepon pulang RR dan RE dari sekolah anaknya seusai mengantar makanan.
Ketika di rumah yang ada adalah KM, PC dan Brigadir J. Ketika PC sudah memposisikan sebagai playing victim, dan MK juga berada di posisi kurang lebih "bersekongkol" atau masuk dalam bagian skenario, maka sulit untuk meminta kepastian pada Brigadir J, yang mestinya menjadi saksi kunci. Apa sebenarnya peristiwa yang terjadi?.
Apakah benar dugaan pelecehan itu, atau hubungan spesial PC dan KM, atau yang lebih sederhana diterima logika, bocornya perselingkuhan FS dengan Polwa cantik yang memancing kemarahan hebat PC terhadap FS dan membuat PC meradang membongkar semua rahasia FS. dan kemudian berakhir seperti yang kita saksikan, kematian Brigadir J dalam sebuah skenario pembunuhan berencana.
Namun dugaan ini yang tak pernah muncul ke permukaan dan terlihat seperti teka-teki yang selalu ditutup-tutupi.
PC Korban dan Pelaku Paling Misterius
Diantara dua nama perempuan yang selalu dikait-kaitakan dengan kasus kematian Brigadir J, RY (Rita Yuliana) dan PC adalah dua nama yang nyaris tak bisa dilepaskan. Hanya saja RY, masih belum jelas perannya, apakah hanya sebagai korban ikutan karena hubungannya dengan FS ternyata berdampak jauh terhadap PC.
Sedangkan PC, meski statusnya tersangka, namun karena sejak awal dianggap sebagai korban pelecehan dan hingga saat ini masih tetap kokoh pendirian sebagai korban--nyaris memaksakan diri, sehingga ia berada dalam posisi dengan hak previlage yang besar.
Perilakunya memaksa sebagai koraban pelecehan dianggap oleh banyak kalangan sebagai tindakan yang aneh, karena umumnya korban merasa musibah yang menimpanya sebagai aib da tak mau terlibat jauh sehingga diekspose berlebihan.
Bisa jadi itu menjadi alibi satu-satunya agar, kasus FS suaminya berubah haluan. Dan "sangkalan" atas hasil rekosntruksi yang tidak menunjukkan adanya tindakan pelecehan sekalipun dianggapnya akan dapat meringankan hukuman atau tuduhan atas suaminya FS.
Jika publik berharap ia akan jujur membuka kasus sebenarnya, namun dengan tindakan playing victimnya, kemungkinan itu akan sangat musykil terjadi.
Saat ini PC sudah "terlanjur basah" dalam kubangan misteri pembunuhan Brigadir J. satu-satunya keuntungan PC dan FS dalah karena Brigadir J yang menjadi kuncinya sudah tidak ada lagi.
Berharap pada Bharada E (RE) atau pelaku lainnya, tidak sepenuhnya bisa menjadi jaminan, pernyataan maupun pengakuannya akan membuka kasus ini.
Apalagi jika seperti eprnyataan Kemenpolhukam Mahfud MD tentang banaknya faktor ienternal spsikologis yang dipertaruhkan polri atas kejadian kasus ini, maka RE sekalipun dapat memanipulasi pernyataan sesuai "pesanan" korpsnya. Konsekuensinya sebagai justice collaborator tetap melekat, namun fungsinya sebagai saksi, mungkin hanya menjadi "saksi bayangan".
Bagaimanapun dalam diri RE melekat jiwa korsa yang masih dipegang teguh. Apalagi jika yang dipertaruhkan dalam kesaksiannya adalah nama besar korps menyangkut ratusan ribu sejawatnya di kepolisian.
Akhirnya, selama PC masih bersikukuh sebagai korban pelecehan, maka kasus ini dengan sendirinya akan bergulir mengikuti motif yang dipilih PC sekarang. Pada akhirnya kasus yang extra ordinary crime ala kepolisian, hanya akan menjadi kasus pembunuhan berencana biasa.
 referensi; 1,Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H