Tentu saja publik mengkaitkannya dengan "pengkondisian" kasus yang secara terang dapat disaksikan di banyak media. Para pengacara juga tak akan tampil sekedar berdebat kusir soal kasus dan bagaimana sebenarnya peristiwa pembunuhan berencana itu terjadi.
Hanya demi menjaga nilai etis saja, soal konten yang dimaksud oleh Kemenpolhumkam Mahfud MDÂ yang tak layak dibicarakan secara vulgar. Ada kasus pelecehan, percobaan perkosaan, kaitan dengan narkotika, yang semuanya sensitif bagi kalangan dibawah +18.
Jika mau buka-bukaan, tentu saja bisa saja, tapi kode etik pengacara juga membatasi hal itu. Bagaimanapun ibarat orang yang suka balap mobil, maka tempat yang tepat untuk saling berlomba balap adalah di track-nya. Di ruang sidang nantinya.
Publik menantikan putusan akhir dari sandiwara besar ini. Apakah nanti akan ditayangkan secara live?. Bukan tidak mungkin kita bisa mengikuti jalannya persidangan. Seperti live- kasus persidangan Setya Novanto misalnya.
Sebenarnya kasus ini adalah cerita besar, dalam realitas yang sesungguhnya, dan jika dibuka telanjang, berbahaya bagi kalangan di bawah +18, tapi bagi yang dewasa atau mau belajar lebih dewasa, kasus ini akan memberikan pencerahan dan kecerdasan dalam memahami psiko politik tingkat tinggi di institusi polri, dan bagaimana sebuah kasus diselesaikan atau "dikondisikan" (ini pelajaran paling berharga). Ternyata "cerita dapur polri " bisa begitu rumitnya.
Forum pengadilan akan menjadi ajang pertaruhan bagi polri dan para pengacara untuk membuktikan kebenaran yang selama ini masih simpang siur.
Dan jika benar dugaan kita, ini juga akan menjadi momentum bagi mendiang Brigadir Joshua untuk direstorasi, di rehabilitasi dan jika mungkin di jadikan momentum pengukuhan "pahlawan bagi kepolisian" atas kematian martirnya membangun sebuah reformasi besar di tubuh institusi polri.
Bahkan pencapaian transformasi yang begitu berhasil oleh kapolri melalui Polri Presisi, bisa di telan hujan sehari atas kemunculan kasus extra ordinary ini. Jelas ini bukan kasus biasa!.
Reformasi Ulang
Seluruh pencapaian polri atas berbagai prestasi yang melibatkan peran mereka terhadap layanan publik, kredibilitas, transparansi, serasa mendapat pukulan telak.
Jika saat ini polri membuat angket kepercayaan publik atas institusi polri, sudah pasti akan langsung jeblok. Meskipun kepo publik didukung oleh desakan Presiden Jokowi hingga tiga kali permohonan membuka kasus ini hingga terang benderang, terlihat semuanya masih stagnan.
Unsur atau prinsip kehati-kahatian dalam penyidikan kasus, telah melebar kemana-mana, hingga upaya menjaga citra polri, yang lebih urgen daripada sekedar menuntaskan kasus ini dengan cepat.Â