Padahal kita tak ada sangkutpaut dengan konflik Rusia-Ukraina, tapi ternyata mie instan, makanan rakyat semua kelas, makanan pengganjal perut, salah satu "prasyarat" bisa survive bagi yang punya prinsip; Â hidup kerja hari ini untuk makan hari ini, untuk besok ya besok saja mikirnya, ternyata juga terdampak!.
Menteri bahkan sudah "mengultimatum" kita dengan kemungkinan kenaikan tiga lipat dari harga semula. Itu artinya sebungkus mie instans yang dalam kondisi terdesak menjadi lauk dan nasi sekaligus akan dibanderol Rp. 9.000- Rp. 12.000 per bungkus.
Tapi jika naik juga, ini barangkali momentum kita beralih pada pangan alternatif lain yang lebih sehat dan murah. Mengurangi ketergantungan pada impor gandum.
Isu Berlebihan?
Segenting itukah kenaikan gandum dunia akibat konflik Rusia-Ukraina menganggu dapur kita?. Tentu saja pemerintah di sorot karena mengeluarkan "wanti-wanti". Â Warning bagi bagi rakyat kelas bawah, anak kos dan mungkin para pebisnis yang berbasis mie seperti Warmindo. Padahal akhirnya dimentahkan.
Apa kaitan perang dan mie instan?. Rusia dan Ukraina, termasuk raja gandum dunia (bahan baku pembuatan mie instant). Rusia berada di peringkat ketiga dunia menghasilkan atau memanen sekitar 1,2 miliar ton gandum di periode 2000 hingga 2020. Sedangkan Ukraina berada di peringkat 10 dengan memproduksi 433 juta ton gandum pada 2000-2020.
Apa hubungan dengan Indonesia, dan kenaikan mie instan kita jika begitu?. Indonesia termasuk negara pengimpor gandum terbesar. Bisa jadi karena alasan masih besanya kelas menengah-bawah sebagai konsumen terbesar mie instan.
Ini fakta yang paling relevan. Menurut data dari instantnoodles.org, Indonesia berada di posisi kedua setelah China dan Hong Kong. Menurut informasi bertajuk Global Demand of Instant Noodles Top 15, dari 2017 hingga 2021 merinci China - Hong Kong mengonsumsi 43.990 juta porsi per tahun, sementara Indonesia 13.270 juta porsi per tahun.
Jadi sejak merayakan Hari Keluarga Nasional (Harganas) di Lapangan Merdeka, Medan 7 Juli 2022 lalu, Jokowi sudah membeberkan kekuatiran, jika perang Ukraina dan Rusia bisa mengganggu masyarakat yang suka makan roti, dan bergantung hidup pada mie instan. Tak tanggung-tanggung naiknya mungkin tiga kali lipat!.
Padahal kemarin baru saja harga mie"dinaikkan" akrena imbas kenaikan harga minyak goreng . Belum selesai dengan urusan climate change, kita dihadapkan Perang Ukraina-Rusia. Di Rusia-Ukraina, ada 180 juta ton gandum tidak bisa keluar, bukan karena tidak ada pembeli, tapi karena embargo dan aksi model aksi boikot lainnya.Â
Untung Ada Kabar Baik
Ternyata dari produsen raja mie instan Franciscus Welirang, justru bilang isu itu berlebihan. Memangnya kita bergantung pasokan gandum dari Rusia-Ukraina saja!.Â
Indonesia juga melakukan impor tepung gandum dan meslin seberat 26,9 ribu ton senilai USD 10,83 juta pada Januari-Mei 2022 dan pasokannya berasal dari India, Korea Selatan, Vietnam, Singapura, dan Jepang. Jadi kita masih bisa tenang .
Indonesia memang boros gandum, impor kita kurang lebih 11 juta ton, pada saat yang sama harga gandum naik karena stok gandum di Rusia dan Ukraina tidak bisa dijual. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), impor gandum dan meslin Indonesia mencapai 4,359 juta ton dengan nilai USD 1,647 miliar di sepanjang Januari-Mei 2022.