Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Anak Muda Ukraina; Tak Terbayangkan Jika Ini Perang Sungguhan!

2 Agustus 2022   17:20 Diperbarui: 14 Agustus 2022   18:26 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber: lifestyleokezone
Sumber: lifestyleokezone

Jika dalam minggu-minggu awal bulan Agustus ini, sebagian besar mahasiswa di kampus kita memasuki babak 'pengenalan kampus', jauh dari istilah seram-ospek, yang konon katanya telah merenggut banyak korban martir. 

Jauh di Ukraina, para mahasiswa sedang wajib militer yang trainingnya hanya tiga hari, dan langsung di tempatkan di garis depan front medan perang. Konflik dengan Rusia memaksa mereka harus siap tempur.

Begitu daruratnya situasi perang, digambarkan dalam sebuah reportase dari BBC,   beberapa dari mahasiswa rekrutan  mengenakan bantalan lutut yang terlihat terlalu kecil, seolah-olah mereka datang membawa skateboard pada hari ulang tahunnya yang ke-12. Beberapa lagi datang membawa kantong tidur. 

Sumber: cnbc indonesia
Sumber: cnbc indonesia

Salah satunya membawa matras yoga. Ketika menunggu di luar bus yang akan mengantar ke tempat latihan, mereka tampak seperti rombongan ke festival musik, kalau saja mereka tidak membawa senjata. Masing-masing orang diberi tanggung jawab memegang sepucuk senapan serbu Kalashnikov. 

Seorang  mahasiswa bernama Dmytro, memutuskan bergabung dengan personil bagian teritori, meskipn orang tuanya menyarankannya agar menjadi bagian dari  sukarelawan perang saja. Dmytro bangga menjadi bagian dari bela negara.

Inspirasi Perjuangan Kemerdekaan dan Sumpah Pemuda

Sumber: bbc.com
Sumber: bbc.com

Ada yang menarik dari sepenggal kisah perang ini. Konon semangat mereka,"merdeka atau mati" demi "Ukraina Merdeka", melalui media sosial disemangati oleh kisah peristiwa Sumpah Pemuda.

Seperti dituturkan  anak-anak muda Ukraina lulusan jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dari universitas di Kyiv. Yuliia Mykulych, salah seorang mahasiswi doktoral bahasa, sastra, dan terjemahan bahasa Indonesia dari Universitas Nasional Taras Svechkensco di Kyiv menyatakan, "Seperti bangsa Indonesia yang berjuang untuk kemerdekaan pada 1945, sekarang seluruh orang Ukraina berjuang untuk kemerdekaan. Merdeka atau mati tidak ada jalan lain.  

"Saya sering ingat Sumpah Pemuda pada tahun 1928, satu bangsa Indonesia, satu bahasa. Sama dengan yang sekarang terjadi di sini. Semua pemuda, orang seumur saya, sukarela untuk berjuang atas perdamaian di Ukraina. Saya sangat percaya, kita akan menang," cetusnya penuh semangat.

Wamil  Dan Darurat Perang

Wajib militer atau sering kali disingkat sebagai wamil, sebenarnya  diarahkan untuk meningkatkan ketangguhan dan kedisiplinan orang itu sendiri. Kewajiban ini ditujukan bagi warga negara berusia muda terutama pria, biasanya antara 18 - 27 tahun untuk menyandang senjata dan menjadi anggota tentara dan mengikuti pendidikan militer, sebagai bagian dari pertahanan dan bela diri.

Hingga saat ini terdapat 7 negara di Asia yang mewajibkan warga negaranya melakukan wamil; Korea Selatan, Korea Utara, China, Thailand, Taiwan, Singapura dan Myanmar.

Jika di kampus kita terdapat mahasiswa  pertukaran dari 7 negara di atas, menjadi pemandangan yang tidak asing jika mereka secara disiplin melakukan aktifitas seperti berolah raga biasa, mengenakan seragam, tapi mereka terlihat begitu serius.

Tidak lain karena kebiasaan mereka selama mereka mengikuti wamil di negaranya.

Bisa jadi kewajiban itu tetap harus dijalankan, sekalipun mereka berada di negara orang dan sedang menjalankan tugas belajar. Disiplin itu tetap menjadi keharusan yang wajib dilakukan.

Saya sudah biasa melihat aktifitas rutin itu dilakukan para mahasiswa yang berasal dari salah satu dari 7 negara yang mewajibkan wamil tersebut. 

Secara rutin setiap pagi, secara teratur dalam formasi barisan melakukan jogging, memusatkan latihan di lapangan kampus. Pada umumnya mereka bahkan berseragam warna hitam.

Aktifitas mereka sedikit berbeda dengan kita yang berolahraga harian. Mereka mengikuti instruksi dan aturan disiplin yang keras, sehingga terlihat seperti aktifitas  ala militer.

Mengapa Indonesia tidak memberlakukan wamil, beberapa alasannya adalah;

Sumber: bombastis
Sumber: bombastis

Pertama; Kekuatan Militer Indonesia disegani di Dunia; Kekuatan militer  angkatan udara, angkatan laut, dan angkatan darat sejak dulu sudah sangat disegani oleh negara-negara di dunia. 

Pada 2008 pasukan Elit Indonesia berhasil mendapat peringkat ketiga yang berhasil mengalahkan pasukan Elit lainnya di dunia.

Kedua; Indeks Kekuatan Militer Indonesia Melampaui Negara Tetangga; Kekuatan militer kita, disebut-sebut sangat kuat di Asia Tenggara. Pada tahun 2021 indonesia berhasil mendapat peringkat 16 dari 140 negara dengan skor indeks mencapai 0,2684.

Ketiga; Loyalitas Kebangsaan yang Tetap Terjaga; agaknya disemangat rasa nasionalisme dan heroisme sejarah kita yang panjang. Indonesia dikenal memiliki jiwa Nasionalisme yang tinggi, sehingga  dianggap sigap menghadapi ancaman dari negara lain.

Keempat; Jumlah Penduduk Tinggi dan terbatasnya Dana; dibutuhkan dana besar untuk melakukan wamil dengan jumlah penduduk Indonesia mencapai 265 juta jiwa.

Kelima; Indonesia tidak dalam keadaan Darurat Perang. Tidak ada gangguan secara internal yang  dianggap darurat dan mendesak, sehingga tidak diperlukan wamil.

Sumber: international kontan
Sumber: international kontan

Tetapi dalam konteks pertahanan, bela negara dan kedisiplinan, wamil mendorong setiap orang untuk lebih disiplin. Barangkali ini juga mempengaruhi mindset mereka-soal kedisiplinan ala militer yang pernah dilakukannya selama wamil.

Dan kita termasuk beruntung, dengan banyak potensi positif dari sisi kemiliteran, tak mengharuskan kita menjalani wamil. Namun jika sewaktu-waktu diperlukan dalam kondisi darurat militer, mau tidak mau setiap orang harus berkontribusi menjaga kedaulatan negerinya.

referensi: 1,2,3,4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun