Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Dua Jalur Masuk BUMN, Setidaknya Waspadai Beberapa Hal Penting

18 April 2022   18:23 Diperbarui: 19 April 2022   09:10 1187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lowongan kerja.| Shutterstock via Kompas.com

Ketika bekerja di NGO, saya menyempatkan diri ikut seleksi bekerja di Badan Usaha Milik Negara, tapi karena berakhir dengan "harapan palsu"setiap kali mengikuti seleksi, pada akhirnya memutuskan untuk tidak pernah lagi ikut seleksi lagi. Hingga akhirnya usia masa kerja sebagai PNS-BUMN, kadaluarsa.

Ketika mengikuti dua seleksi terakhir, faktor penghalangnya adalah alasan domisili dan calon terpilih yang ternyata orang titipan. Sehingga banyak orang menyebutnya "permainan oli." Karena ada dua jalur masuk BUMN, jalur kecerdasan dan jalur "orang dalam".

Tahap memasuki seleksi BUMN juga melalui, seleksi Administrasi. Berupa test Tes Kemampuan Dasar (TKD) dan Core Values BUMN yang wajib dilaksanakan oleh seluruh peserta yang lolos Seleksi Administrasi. Berikutnya Tes Kemampuan Bidang (TKB), Wawancara dan MCU yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing BUMN.

Begitupun setiap orang punya peluang dan punya jalan nasibnya sendiri. Jadi tetaplah optimis.

Belajar dari Pengalaman

Mengikuti Kursus atau belajar khusus

Meskipun sebenarnya selain faktor lucky, faktor persiapan mengikuti seleksi di BUMN adalah kunci keberhasilan yang penting. Sehingga jika ada pelatihan atau kursus yang khusus dikaitkan dengan seleksi CPNS dan lain-lain, sebagian orang merasa pesimistis dan apatis untuk ikut. 

Bisa jadi dianggap hanya sekadar formalitas, padahal pembahasan soal dan model soal juga bisa menjadi jalan kita setidaknya lebih siap.

Jika merasa berat, ambil kesempatan membaca buku soal yang umum digunakan untuk seleksi yang sama. Sehingga kita bisa mengukur kemampuan, kecepatan menjawab soal dan model soal yang umum sering keluar dalam ujian.

Kita juga bisa belajar banyak trik dan tips yang bisa kita peroleh dari pengalaman para mentor atau peserta yang pernah ikut dan gagal. Jika tidak ikut, minimal dapatkan informasi apa saja pengalaman mereka yang pernah ikut dalam test ala BUMN.

indozone
indozone

Sikap dan Cara Berpakaian

Soal outfit, cara berbusana, dan attitude atau sikap juga punya efek. Setidaknya kita harus memahami sikon ketika melakukan wawancara. Ada tim seleksi yang langsung kehilangan mood ketika bertemu dengan seorang peserta wawancara karena caranya berpakaian dan sikap yang terlihat tinggi hati.

Jika terpaksa harus menyewa pakaian khusus untuk wawancara pun harus dilakukan sebagai bentuk ikhtiar atau usaha.

Kesiapan Administrasi dan Portofolio

Beberapa pengalaman teman-teman yang berhasil masuk, termasuk adik saya sendiri, faktor kelengkapan administrasi, serta pengalaman kerja atau portofolio juga berpengaruh pada kans kita untuk masuk dalam dunia BUMN.

Seringkali sisi yang dianggap remeh dalam seluruh siklus test yang harus kita ikuti, berpengaruh secara tidak diduga. Format portofolio, bahasa yang kita gunakan, urutan riwayat pekerjaan, hingga pengalaman kerja yang linier dengan lamaran kita.

Meskipun ini bukan faktor yang sepenuhnya menentukan, setidaknya kita bisa menunjukkan portofolio yang positif dengan perkembangan riwayat pekerjaan yang baik. Selain ujian kemampuan secara akademis.

Sesi Interview

Beruntung jika pengalaman kerja kita linier dengan bidang yang akan kita ikuti seleksinya. Sesi interview sering menjadi saat yang menakutkan dan menjadi salah satu kunci keberhasilan.

Sejak awal masuk ruangan, kita sudah mendapat penilaian, apakah kita jenis orang yang percaya diri, terlalu over percaya diri atau rendah diri.

Keyakinan ketika menjawab setiap pertanyaan, juga menunjukkan kaitan dengan kepercayaan diri. Seorang teman yang terlalu berlebihan menyampaikan ekspektasinya dan kemampuannya secara akademis, justru membuatnya bisa tersingkir lebih cepat.

Pengalaman adik yang justru berlatar belakang bahasa asing, tapi pengalaman manajemen hanya diperolehnya di bank kecil ketika menjadi kepala cabang di sebuah kecamatan, justru membuatnya berhasil masuk ke BUMN.

Begitu juga pengalamannya ketika menjawab pertanyaan saat interview, membuat tim seleksi langsung memutuskan tertarik dengan kemampuanya. Kemampuan berkomunikasi yang tidak tergesa, namun runut-teratur.

Jawaban ketika interview menjadi kredit poin. Sehingga model wawancara, poin-poin penting daftar pertanyaan yang sering muncul, cara menyampaikan jawaban dan gagasan menjadi catatan lain yang sangat penting.

Seperti potensi yang akan kita maksimalkan untuk perusahaan, kesempatan hebat bisa bergabung dengan tim perusahaan, ingin berkontribusi untuk negara, jenis tantangan karier yang istimewa. Persepsi yang kuat dan menonjol akan menjadi poin yang baik.

Bahkan tidak ada salahnya jika kita mengetahui riwayat orang yang melakukan interview, kita bisa menggunakannya sebagai standar ketika menghadapi interview.

PHP BUMN

Ketika terakhir kali mengikuti test kerja di BUMN, seorang teman berkelakar saat sesi jeda di selasar ruang banggar di gedung dewan, kebetulan tesnya dilakukan di sana.

Awalnya saya menanggapinya guyonan teman sebagai sebuah lelucon satir belaka. Tapi ternyata ini sebuah analogi menarik, dalam sebuah prosesi seleksi rekruitmen sebuah jabatan yang konon katanya "politis"

Ia menganalogikan seleksi itu sebagai prosesi ritual walimah atau pernikahan, ada pengantin, dan ada keluarga atau teman pengiring.

Ketika sebuah hajatan walimah atau prosesi rekruitmen-seleksi sebuah jabatan politis digelar, maka linto-pengantin laki-laki dan dara baroe-pengantin perempuan, sesungguhnya hanya tinggal menuju pelaminan.

Sebagai pelengkap penderita pastilah kedua orangtua dari kedua belah pihak juga "diikutkan", karena dalam prosesi ini dibutuhkan tujuh orang, maka Linto yang akan kita antar anggap saja adalah para orang titipan yang akan lulus.

Dan sebagai jalan mulusnya adalah harus memiliki jalur afiliasi, kongkownisasi, dan nepotisme agar semuanya semakin mulus. sedangkan semua prosesi lainnya adalah fomalitas belaka.

Ketika duduk dengan seorang anggota seleksi lainnya, seorang peserta bertanya dengan pertanyaan yang menurut saya aneh. Katanya, "Berapa banyak kenalan kamu di pemerintahan?". Saya awalnya tak begitu peduli, tapi ketika saya penasaran meminta jawabannya, saya jadi berpikir.

Untuk apa ikut seleksi, jika sebenarnya orang yang lulus sudah ada di tangan tim seleksi?

Tapi praduga itu masih dugaan, jadi saya berpikir positif saja. Karena selain kedekatan politis, kecerdasan atau intelektual dalam kadar yang cukup juga dibutuhkan untuk melengkapi segala kekurangan atas sesuatu yang dipaksakan secara politis belaka.

Setidaknya mungkin ada porsi untuk pilihan berdasarkan nilai dan catatan portofolio yang bisa mengantarkan ke posisi right man on the right place, kenapa tidak?

referensi; 1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun