Bentang air itu begitu luas dan deras. Dulu di pinggiran alur yang berliuk seperti naga raksasa itu banyak sekali di temukan "Lampung' sebutan lain untuk kedai terapung. Orang hilir mudik dengan sampan dan perahu berinteraksi dengan singgah sejenak menyeruput kopi hitam pahit  penghilang penat. Bahkan "ishoma" juga rutin di lakukan di sepanjang sungai itu.
Sejak jaman raja-raja lawas di Singkil, sungai itu dipenuhi penduduk tempatan, penduduk pedalaman yang awalnya singgah kemudian menetap menikmati keramaian.
Kini tinggal beberapa kampung yang masih bertahan, Kampung Gelombang, Dah, Sibuasen, Sibungkai, Panglima Saman, Muara Batu-Batu, Runding, Belukur, Binanga, Kuta Beringin, Siperkas, Oboh, Longkib, Sepang, dan Kampung Lenteng.
Orang juga masih mondar-mandir dengan "Bungki" perahu kecil tradisional, lebih tepatnya sampan, olahan dari sebatang pohon raksasa tua, yang bongkahnya dirubah menjadi betuk sampan kecil. Bagan juga masih ada disetiap depan rumah yang terasnya menghadap ke muka sungai-tempat mandi dan mencuci..
Sungai ini sungai purba, terpanjang di Aceh, dulu bahkan menjadi lalu lintas kayu-kayu hutan yang dihanyutkan dari "atas" melintasi sungai beratus-ratus ikat berupa sampan. Memancing banjir. Inilah sebab banyak kampung tergusur-berpindah karena tak tahan banjir bandangnya.
Kisah 3 Sungai "Perempuan"
Ada kisah menarik tentang tempat yang banyak dikunjungi orang kala bersantai menunggu puasa di Aceh. Daya tariknya karena ketiganya adalah wisata sungai, dan ketiganya identik dengan nama yang feminis- "perempuan".
Sungai Souraya
Meskipun "ganas" nama tabalan sungai di Daerah Aliran Sungai (DAS) Singkil di Aceh wilayah Selatan itu, begitu manis, Sungai Souraya, atau Lae Soraya, yang dilengkapi dengan gemericik air terjun. Mengingatkan kita dengan nama seorang gadis cantik.
Kini sungai Souraya menjadi salah satu tempat orang berkumpul menikmati waktu menunggu berbuka. Meski tak ada lagi "lampung"-kedai di pinggiran sungai. Sebagai penggantinya lapak-lapak penjaja dadakan selama ramadhan bertaburan di sisian kedua sungai.Â
Beberapa orang masih menikmati "bungki" perahu kecil seperti "banana boat" untuk sekedar bersenang sekedar menunggu berbuka.
Makanan yang di jajakan di "lampung" modern itu pulut panggang, lemang bakar, air tebu, masih makanan tradisional teman berbuka yang alami. Tapi sekarang, beberapa kedai mulai menjajakan makanan kekinian.