Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Buah Kekerasan Jatuh Tak Jauh dari Pohon Kegagalan Sosial

10 April 2022   14:50 Diperbarui: 12 April 2022   10:44 1017
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

terkini.id
terkini.id

Ditambah lagi kondisi selama Ramadhan menjadi alasan para remaja memperluas kegiatannya, bertarawih dan sahur, dengan lebih banyak beraktivitas di jalanan, padahal rawan menjadi pemicu kejahatan.

Keberadaan kelompok-kelompok remaja, terutama yang bergabung dalam gank, adalah "bom waktu" yang dengan mudah disulut konflik. 

Seperti kasus yang menimpa Diaz, hanya karena mereka masuk ke wailayah kampung lain untuk patroli sahur, akhirnya berkonflik dan berakhir dengan korban nyawa.

Situasi pandemi juga menjadi stimulan yang dapat menjadi pemicu masalah. Kecenderungan kelompok atau individu yang berusaha mencari eksistensi diluar rumah dengan jalan kekerasan, sebagai fenomena biasa.

Ketimpangan Ekonomi

Pandemi menciptakan kondisi ketimpangan ekonomi sebagai imbas dari kebijakan pengetatan sosial, bertambahnya kemiskinan, berkurangnya lapangan kerja dan menurunya daya beli (purchasing power), pendapatan. 

Kontrol Keluarga Menurun

Orangtua juga tidak sepenuhnya dapat mengontrol aktifvitas anak-anaknya. Perhatiannya menurun, karena lebih fokus mengatasi kondisi ekonomi keluarga yang sedang krisis,.

The Prakarsa
The Prakarsa

Anak-anak berkecenderungan mencari jalan eksistensi sendiri. Ada perubahan pola pengasuhan anak-anak akibat kondisi pandemi. Sejak pembelajaran secara daring diberlakukan, akses anak-anak terhadap gadget (gawai) meningkat pesat.

Dengan alasan tugas sekolah, anak-anak mendapat kesempatan menggunakan gawai lebih lama. Orangtua yang tidak sepenuhnya memiliki waktu, atau bahkan gagap teknologi (gaptek), menyerahkan sepenuhnya penguasaan gadget pada anak-anak tanpa pengawasan yang ketat atau bahkan sama sekali tidak diawasi.

Anak-anak leluasa menggunakan ponsel, kendaraan, bahkan alokasi uang tambahan untuk sekadar membeli quota. Pelan tapi pasti aktivitas yang dipicu pandemi ini menjadi sebuah kebiasaan-habit dan kecanduan-adict. Terutama bermain game online yang marak, dan "berbayar". 

Kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan. Beberapa kasus kejahatan yang menjadi temuan, dilatarbelakangi akibat bermain game online atau judi online berbayar melalui pengisian token.

Remaja, masih berada dalam pemahaman mekanisme bekerjanya moral, tanggungjawab sosial, dampak sosial, dan dampak bagi dirinya sendiri secara pribadi, dalam kadar yang belum matang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun