today.line.me
Di awal 1970-an, TV atau televisi ciptaan John Mc. Graham dari Saththam, berbentuk kotak besar. Ketika itu, saya bahkan bisa masuk ke dalam kotak itu karena berharap bisa menemukan orang yang muncul dalam acara "Dunia Dalam Berita" atau siaran iklan "Mana Suka Siaran Niaga".
Memang konotasi kata "Televisi" lebih pada "kotak televisi", media telekomunikasi yang diciptakan dari sinar elektroda. Hingga menjelang akhir dari kisah kotak televisi, televisi kami rusak tabung katodanya dan tak lagi berfungsi dan berakhir sebagai meja pajang.
Kotak ajaib televisi sejak pertama kali dijual secara komersial di tahun 1920-an, telah menjadi teman keluarga. Â Barulah di tahun 1970-an, lahirnya kaset video, cakram laser, DVD, cakram Blu-ray.Â
Fungsi televisi tak lagi hanya untuk berita dan hiburan, tapi juga menyimpan siaran dan rekaman, apalagi sejak siaran televisi dapat diakses melalui Internet, seperti iPlayer dan Hulu.
Era Digital
Dahulu menjadi pemandangan biasa, seperti kita lihat di iklan televisi, orang tua kita naik ke atas genteng memperbaiki posisi antena, karena layar siaran menjadi buram dipenuhi semut.
Sementara kita di bawah memberi komando, seperti tukang parkir, kanan, kiri, maju, mundur, sampai posisi antena bisa membuat gambar di layar menjadi jernih lagi.
Bahkan sebuah iklan yang satir dan lucu, juga muncul dalam iklan televisi dari para provider penjual alat yang dapat membuat siaran menjadi lebih jelas. Seperti iklan pawang hujan, yang bisa membuat siaran tivi menjadi jelas.
Lantas apa sebenarnya kelebihan TV digital dan bedanya dengan tivi lama kita?.
Pertama; Sinyal
Pada jenis tivi lama atau analog, sinyal video ditransmisikan masih dalam format AM, audionya juga ditransmisikan dalam format FM, seperti yang kita kenal dalam frekuensi radio.
Dengan model itu, sinyal mudah terganggu kondisi cuaca, sehingga jika hujan deras siaran bisa tiba-tiba hilang atau blur. Tingkat gangguannya tergantung jarak dan lokasi geografis TV dari lokasi sinyal utamanya. Semakin jauh transmisinya akan semakin buruk penerimaan sinyalnya.
Kelemahan ini membuat sisitem TV analog berbiaya mahal, karena harus tersedia menara sebagai transmisinya. Setiap menara hanya dapat diakses oleh beberapa receiver atau antena penerima.
Sedangkan TV digital sinyalnya digital dan analog sekaligus. TV digital ditransmisikan sebagai bit data informasi seperti data pada CD atau DVD. Sehingga dapat diproses daur ulang, direkam, dipindahkan, dan digandakan, tidak lagi statis hanya dalam format siaran satu arah.
Dengan menggunakan sistem satelit, jangkauannya menjadi lebih luas.
Kedua; Â Kualitas gambar
Tampilan visual atau gambar yang kita tonton di TV lama-analog, dipengaruhi jarak pemancar televisinya. Maka di daerah terpencil, siaran TV bisa saja tidak terjangkau. Dibutuhkan medium menara transmisi yang banyak jumlahnya, karena setiap TV aksesnya terbatas kepada menara penerima tersebut. Â
Apalagi TV analog memakai tabung sinar katoda, berupa tabung besar yang bisa saja meledak ketika terkena sambaran petir melalui antena yang terpasang di luar. Jika putus tabung katoda, sulit di cari gantinya.
Sementara TV digital menggunakan layar panel datar seperti LCD, plasma, atau LED, dengan resolusi gambar High Definition (HD), berkualitas tinggi hingga resolusi 720p/ 1080p.Â
Ketiga; Ukuran layar TV.Â
Tidak seperti ketika saya kecil dulu, saat kotak televisi bisa dimasuki, karena besarnya kotak tersebut. Bahkan diawal kehadiran TV model barunya pun juga masih berukuran besar, biasanya berukuran 30 inci dan berbentuk layar cembung.Â
Layar TV digital kini berukuran layar lebih lebar hingga 50 inci, dilengkapi bezel tipis, hingga tipisnya seukuran buku. Kotak TV model lama kini telah jauh tersingkir, dengan begitu banyak pilihan hasil kemajuan digitalisasi. Â
Pemerintah di beberapa negara melakukan beberapa kebijakan yang berbeda. Ada yang secara langsung melakukan analog switch off-langsung menghentikan siaran tv analog, namun ada yang secara perlahan melakukan tahapan penghentian siaran.
Beberapa negara juga memfasilitasi penyediaan set top box secara gratis. Atau memberikan subsidi dalam pembelian set top box.
Bagi pemilik TV analog di Indonesia, ketika Pemerintah menghentikan siaran TV analog (analog switch off), masyarakat tidak perlu membeli perangkat televisi baru bagi yang tidak memiliki TV digital.
Namun cukup menggunakan perangkat set-top-box (STB) yang tinggal dicolokkan ke perangkat TV, sehingga bisa mengakses siaran TV digital.
Pemerintah seperti disampaikan Kominfo, juga menjanjikan memberikan STB gratis sebanyak 3.202.470 unit dan didistribusikan kepada rumah tangga miskin di 56 wilayah. Mulai didistribusikan pada 15 Maret hingga 30 April 2022 mendatang. Jangan sampai ketinggalan.
Masyarakat yang berhak mendapatkan set top box gratis, cukup menyiapkan KTP dan NIK.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H