Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pertamax Melambung dalam Transportasi Publik yang Limbung

31 Maret 2022   13:16 Diperbarui: 2 April 2022   02:16 1478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tempo.co
tempo.co

Situasi ini sebenarnya juga berkaitan dengan perubahan besar di luar yang ikut mempengaruhi kebijakan. Sebagai mana dikutip dalam ulasan thetalks-Peta Jalan Dekarbonasi, menurut Michael Backman dalam, Asia Future Shocks, biang keladi masalah migas Indonesia adalah tingginya konsumsi minyak domestik karena besarnya subsidi pemerintah dalam harga eceran bensin dan mitan. Bahkan ketika harga eceran bensin dan solar mengalami kenaikan subsidi itu tetap dipertahankan.

Catatan lain yang lebih menguatkan kekuatiran kita adalah, menurut Business Times, tahun 2006 produksi minyak mentah Indonesia menembus titik terendah selama 35 tahun.

Indonesia berada pada posisi dilematis, jika tetap menjadi anggota OPEC, harus membayar US$2 juta biaya keanggotaan tahunan. 

Padahal sejak tahun 2002 sudah tak mampu menjadi anggota yang bisa memenuhi kuota produksi. Bahkan nasibnya sudah terbalik, dari eksportir menjadi net importir migas sejak 2006, justru ketika harga minyak berada di tingkat harga tertinggi sepanjang sejarah.

Kali ini alasannya masih tetap sama, yakni harga minyak mentah yang mahal, bahkan sejak Februari dan Maret harga minyak dunia telah melambung tinggi. 

Meski hingga saat ini harga BBM Pertamax masih dipertahankan, menurut pemerintah, ke depannya dapat membebani APBN. Belum lagi dampak akibat Perang-invasi Rusia ke Ukraina. Serta dalam jangka panjang, pemerintah mendorong jenis BBM yang lebih ramah lingkungan, karena memiliki kandungan Oktan yang lebih tinggi dari premium dan pertalite.

Apa Lebihnya Pertamax ?

Fokus pemerintah pada energi bersih memiliki sisi positif dari keberadaan Pertamax, karena pertamax memilik angka oktan minimal 92 berstandar international. Formulanya jenis PERTATEC (Pertamina Technology), sejenis formula zat aditif dengan kemampuan membersihkan endapan kotoran pada mesin yang lebih baik untuk menjaga mesin awet dari karat serta pemakaian bahan bakar yang berlebih .

Saat ini trend kendaraan juga telah dilengkapi teknologi Electronic Fuel Injection (EFI). Jenisnya meliputi kendaraan yang memiliki kompresi rasio pemakaian BBM 10:1 hingga 11:1. 

Komposisinya yang lebih padat menyebabkan proses pembakaran yang terjadi pada sepeda motor yang menggunakan bahan bakar pertamax akan lebih bersih sehingga zat buang yang dihasilkan akan lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan bahan bakar jenis premium maupun pertalite. 

Jika melihat tren tersebut, konsumsi pertamax juga mencakup semua kalangan, bukan hanya kelas menengah-atas.

Idealnya BBM jenis pertamax memang digunakan di semua jenis kendaraan baru, namun pilihan adanya pertalite, masih membuat membuat orang enggan memakainya karena faktor harga yang lebih mahal.

Apalagi jika per April 2022, dipatok seharga Rp. 16.000,-. Melakukan alih BBM ke pertalite yang beda oktan dapat merusak mesin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun