Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Earth Hour, Padam Lampu Satu Jam Saja

27 Maret 2022   03:03 Diperbarui: 27 Maret 2022   20:17 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

eco-business.com

Kali ini tak sedang bercerita tentang narasi lagu "satu jam saja" yang dilantunkan Asti Asmodiwati mantan vokalis band Modulus Band di tahun 1992. Apalagi versi Zaskia Gotik dari "bendera" yang beda.

Ini tentang  Earth Hour,  kampanye global aksi "Padam Lampu Satu Jam", yang diawali di tahun 2007 oleh WWF Australia dan Leo Burnett Sydney dari The Sidney Morning Herald, terus menggelembung dan diikuti oleh banyak negara.

eco CO2

Seperti dilansir National Geographic, aksi Earth Hour terbesar setelah 5 tahun peringatannya diikuti 135 negara di seluruh dunia, menjangkau 5.251 kota, dan melibatkan 1,8 miliar orang di 7 benua, dan kampanye digitalnya diakses oleh 91 juta orang. Ini menjadi aksi sukarela terbesar yang pernah disaksikan umat manusia.

Mungkin sebuah cara pandang yang tak biasa, ketika menyuarakan "padam lampu satu jam", apa urgensinya dari panjangnya 365 hari kita lainnya yang jor-joran memakai listrik. 

Bahkan seperti tetangga (yang rela dijadikan sampel), sampai menyalakan lampu di siang hari, demi mengurangi keteledoran karena sering telat pulang dan mendapati rumah dalam gulita.

Demi kenyamanan dan keamanan katanya. Memang tak ada yang salah, karena ia menyalakan listriknya sendiri dan tak pernah meminta saya membayar tagihannya.

Tapi di dalam satu jam itu, seperti di tulis dalam sebuah liputan media, sebagai ilustrasi, dalam satu jam Earth Hour saja jika dilakukan oleh 10% penduduk Jakarta akan menghemat 300 MWh. Itu setara dengan mengistirahatkan satu pembangkit listrik PLTN kecil. 

Atau setara listrik untuk menyalakan 900 desa dan mengurangi emisi hingga kurang lebih 267,3 ton CO2. Setara daya serap emisi dari 267 pohon berusia 20 tahun, atau ketersediaan O2 untuk 534 orang. 

Dan, secara ekonomi, satu jam tanpa lampu mengurangi beban listrik Jakarta setara Rp.200.000.000. 

Sangat menakjubkan arti satu jam saja itu!. Bayangkan aksi EH ini telah menjangkau 135 negara di tahun 2012. Jika ketika itu juga masuk dalam You tube secara masif, dijadikan highlight, tak hanya 91 juta orang dalam satu jam akan ikut berkontribusi mematikan lampu di rumahnya hanya sejam saja.

Cerita Lain Tentang Bumi

Ada banyak cara 'bercerita' tentang alam dan perilaku hijau kita, meskipun hanya membuat coretan cerita di sebuah kanvas sederhana.

EH adalah sebuah kampanye simpatik, sebuah cara bercerita lain, yang hari ini gaungnya menjadi cerita semua orang di hampir semua benua,  di banyak negara.

Kini ketika kita telah  meratifikasi Perjanjian Paris-Paris Aggrement (2015), tentang kesepakatan net zero emisi 2050, bersama 197 negara, seperti tak ada jalan lari. Pilihan Kita menjaga bumi menjadi tanggungjawab melekat dengan bangsa-bangsa lain.

Kita akan bersama berkontribusi menjaga panas bumi tetap pada suhu yang sama ketika dinosurus tinggal, sebelum mati terbunuh karena hujan asteroid.

Dan selain Jared Diamond dengan Guns, Germ and Steel yang meyakini sebagai tiga senjata pembunuh manusia. Elizabeth Kolbert menunjukkan bahwa apapun jenis kegiatan manusia menjadi pembunuh terbesar keenam, seperti pernah juga di yakini Bill Gates, milyader-si kutu buku. Termasuk soal menghidup-matikan listrik.

Menurut Kolbert-penulis The Sixt extinction Selama setengah miliar tahun terakhir, telah terjadi lima kepunahan massal kehidupan di Bumi. Para saintis di seluruh dunia kini memantau kepunahan keenam, diprediksi sebagai yang paling besar sejak tabrakan asteroid yang memunahkan dinosaurus, dan asalnya dari manusia-mungkin pandemi ini salah satunya. 

Elizabet Kolbert memadukan liputan langsung dari lapangan, sejarah gagasan, serta karya para ahli geologi, botani, dan biologi laut untuk menyampaikan kisah pilu selusin spesies-termasuk katak emas Panama dan badak Sumatra- beberapa sudah musnah, lainnya hampir punah. 

Kepunahan keenam bisa menjadi warisan umat manusia yang paling lama bertahan, Kolbert memaksa kita berpikir kembali mengenai pertanyaan dasar: apa artinya menjadi manusia.

Dan kontribusi untuk memperlambat kepunahan setidaknya dimulai dari diri sendiri dan dari rumah-dari listrik yang kita punya.

Coba bayangkan, sebuah lampu bohlam 6 watt dapat dipakai selama maksimum 1.000 jam, menghasilkan emisi 43,2 kg/3 jam/hari. Sedangkan satu buah lampu LHE (Lampu Hemat Energi) 6 watt dapat dipakai maksimum 5.000 jam dan maksimum 10.000 jam, dengan hasil emisi 9,3 kg/3 jam/hari.

Berapa Watt lampu yang menerangi rumah kita dan sering tidak kita matikan?.

Jika 6 watt saja berkontribusi begitu nyata, belum lagi dengan perangkat elektronik yang stand by; kulkas, rice cooker, yang tak pernah padam. Dan itu juga tak mungkin padam. Kecuali, jika kita bersedia ditangisi putra-putri kita karena es krim simpanannya mencair-tak beku lagi di frezzer kesayangannya.

Jadi pilik alternatif lain untuk kita padamkan, termasuk mencabut kepala charger-laptop, gadget, jika tidak digunakan karena ternyata menyumbang emisi buruk dalam minimal diatas satu digit.

Bagaimanapun "satu jam saja" EH, bisa mengingatkan kita-apa kontribusi kita selemah-lemah iman untuk bumi yang super besar dan hanya sebuah, tanpa bisa memilih lainnya. Karena Planet Mars dan Venus selalu terlalu jauh dari jangkauan.

Yuk ikutan berkontribusi sejak tanggal 26 Maret 2022, dan seterusnya untuk menjaga pemakaian listrik kita. Terutama, karena ongkos listrik tak akan selamanya murah dan kita belajar berhemat dari sekarang!. Nah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun