Tujuannya untuk ekspor kebutuhan revolusi industri. Namun sejak 1974  mulai diterapkan di Indonesia dengan Teknologi pemisahaan minyak sawit menghasilkan liquid fraction atau palm olein dan solid fraction atau palm stearine. Produk ini mempopulerkan teknik menumis (shallow frying), menggoreng (frying) dan menggoreng pada suhu tinggi (deep frying).Â
Namun kejadian uniknya, melalui SNI Minyak Goreng (SNI 7709:2019), Pemerintah Indonesia mewajibkan industri untuk melakukan fortifikasi vitamin A dan atau pro-vitamin A pada migor sawit. Vitamin A merupakan vitamin sintesis yang sebagian besar bersumber dari impor. Â
Hasilnya minyak sawit lebih jernih dari minyak kelapa sehingga sulit diterima masyarakat. Sehingga diawal kampanyenya justru mengenalkan mengapa minyak goreng menjadi jernih. Sampai kemudian kita juga mengenal iklan, dengan publik figur chef Yuna, minum minyak goreng karena  begitu jernihnya.
Menurunkan  Kecanduan Migor
Kini masyarakat kita telah berubah wujud menjadi migorholik yang sejati, tanpa makanan jenis gorengan, tak ada lidah yang bisa merasakannya sebagai makanan lezat.
Nah, berbekal kasus kelangkaan migor dan mahalnya harga migor, selain alternatif kembali ke minyak curah yang tak sebening minyak kemasan, cara lainnya adalah kembali pada khazanah kebudyaan masakan kuliner kita sendiri. Merebus-mengukus, memanggang, membakar, mengasinkan, diasap, dikukus dan dikeringkan.
Setidaknya, kini kita bisa mengganti minyak goreng dengan air. Sebagai alternatif paling murah dan tersedia dalam jumlah memadai, bahkan jika membutuhkan hingga 10 kilo air untuk sekali masak, setara satu galon air seharga 3.000 rupiah saja.Â
Jika dipaksakan juga masih ada alternatif, memanggang, membakar, mengasinkan, mengeringkan. Karena sebenarnya banyak cara menghasilkan kuliner super lezat di tanah Nusantara.
Bukankah dulu kita pernah bisa tak bergantung pada migor?. Sekarang tinggal kita sendiri, mau atau tidak memulainya kembali.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H