Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keprihatinan David Talbot Tentang Rating

20 Februari 2022   16:19 Diperbarui: 26 Februari 2022   00:49 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

hmstimes.com

David Talbot, teman dari Bill Kovach seorang wartawan New York Times pernah berkeluh kesah, katanya, 

"Di jaman ketika kedengkian partisan yang polah-tingkahnya digerakkan oleh rating, telah mendesak nilai-nilai bermanfaat dari jurnalisme yang solid."

nieman-report-62134259586d297978651d92.jpg
nieman-report-62134259586d297978651d92.jpg
niemanreport

Lantas Goenawan Muhammad, yang juga temannya Kovach menjawabnya secara filosofi. 

"Jurnalisme tidak bermula dan tidak berakhir dengan berita. Sikap ingin tahu adalah awalnya dan dasarnya, seperti sebuah batu pertama yang berlanjut menjadi pondasi sebuah lorong. 

Setelah itu jurnalisme menempuhnya, dalam keadaan ruwet dan licin, yang membutuhkan bukan saja ketrampilan dan kecerdikan, tapi juga kesediaan dan kemampuan untuk menjadi polisi lalu lintas,dan kemudian jadi jaksa dan hakim terhadap diri sendiri, yang awas terhadap pelanggaran." 

Walaupun dunia mau berubah seperti apa, mestinya konsistensi seorang jurnalis tetap berpegang pada idealisme, bijak memilih dan memilah. Nah, Bill Kovach merilisnya dalam Sepuluh Elemen Jurnalisme, sebagai bagian dari jurnalistik. 

Memang menjadi kerja berat, jika harus berhadapan dengan media digital yang sudah menjadi core-nya bisnis media kekinian. Bayangkan saja, bagaimana harus menyatukan idealisme dalam media digital, bahkan untuk sekedar membuat sebuah berita saja harus mengutamakan siapa yang terdepan, bukan yang terdalam-deepnews.

Jika dalam urutan pertama google search engine, adalah berita media kita, maka bisa saja kita akan menjadi pemenang. Lantas bagaimana soal objektifitas, kejujuran, keseimbangan dan validasi berita?. Bisa saja editum dilakukan setelahnya, yang penting siapa cepat ia dapat. 

Sekali lagi, rating jadi rajanya. Sehingga membuyarkan kebiasaan-kebiasaan baik dalam jurnalisme yang telah lama kita kenal.

kalaliterasi
kalaliterasi

Mengapa Sepuluh Elemen?

Untuk Apa jurnalisme itu sebenarnya?. 

Jurnalisme hadir untuk  membangun masyarakat. Jurnalisme ada untuk  memenuhi hak-hak warga negara. Jurnalisme ada untuk demokrasi. 

Jutaan orang, yang terberdayakan arus informasi  bebas, lantas menjadi terlibat langsung ikut menciptakan pemerintahan dan peraturan baru untuk kehidupan  politik, sosial, dan ekonomi negara mereka sendiri.

Jadinya, jurnalisme menjadi sangat tidak sederhana, karena tujuan utamanya menjadi penyedia informasi yang dibutuhkan orang supaya bisa hidup bebas dan mengatur diri sendiri.

Maka dibutuhkan setidaknya sepuluh elemen, untuk menjaga idealisme itu tetap utuh.

Kewajiban pertama jurnalisme; adalah pada kebenaran.

Ada cerita unik tentang "kebenaran" yang satu ini. Sun, surat kabar milik Pulitzer punya moto, Akurasi, Akurasi, Akurasi". Tiga kali kata itu menegaskan betapa pentingnya akurasi. Demi meyakinkan pembaca, Pulitzer akhirnya mendirikan Bureau of Accuracy and Fair Play pada 1913 di harian New York World. 

Lantas dalam artikel yang terbit pada 1984 di Columbia Journalism Review, Cassandra Tate menjelaskan bagaimana tim ombudsman pertama World melihat dengan jeli sebuah pola yang aneh. Tiap berita kapal tenggelam selalu disertai cerita seekor kucing yang selamat. 

Ketika dikonfirmasi ternyata hanya disebabkan seorang reporter menjadikan kisah kucing itu sebagai feature, sedangkan reporter lain yang tidak menuliskan tentang kucing di marahi oleh  bosnya. 

Lantas, setiap ada cerita kapal tenggelam, selalu disertai cerita kucing selamat agar dramatis, walaupun tidak semua kapal karam punya kucing di dalamnya, tetapi harus diada-adakan demi publisitas, sebagai bumbu. Sekali lagi kebenaran di kebiri menjadi "pemenuh hasrat" penarik pembaca.

Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada masyarakat.

Tentang yang satu ini. Pada akhir abad ke-20, para pemimpin redaksi di Amerika Serikat berubah menjadi orang bisnis atau pengusaha. Separuh dari mereka melaporkan menghabiskan paling tidak sepertiga waktunya untuk urusan bisnis ketimbang jurnalisme. 

Bonus akhir tahun yang diterima para jurnalis, tidak lagi didasarkan pada kualitas berita, tapi pada pencapaian keuntngan perusahaan. Disatu sisi ini menunjukkan pergeseran pemikiran, terutama tentang kewajiban dan perubahan yang lebih mendasar dalam watak profesi pembawa berita. 

Dengan kata lain, wartawan harus paham bahwa mereka telah direndahkan. Karena Jurnalisme adalah bisnis, dan para redaktur mempunyai tanggungjawab dalam menjaga anggaran dan menarik pelanggan. Jadi untuk siapa sebenarnya jurnalisme ditujukan?.

Intisari jurnalisme adalah disiplin verifikasi.

Hiburan dan infotainment adalah dua jalan yang fokusnya pada hal-hal yang menggembirakan hati. Propaganda akan menyeleksi atau mengarang fakta demi kepentingan persuasi dan manipulasi, agar melompat menjadi lebih personal dari apa yang disebut kebenaran.

Hanya jurnalisme yang sejak awal berfokus untuk menceritakan apa yang terjadi setepat-tepatnya. Dimulailah dari 5 W, 1 H untuk memudahkan nalar bergerak memahami berita secara runut dan lengkap.

Film adalah salah satu contoh yang bisa memanipulasi realitas menjadi sekedar tontonan menarik. Koresponden 60 Minutes Mike Wallace sangat marah pada 1999, ketika film The Insider mengarang pernyataannya tentang industri rokok, yang sebenarnya tidak pernah dilakukanya. Namun demi kontroversi film, Sutradara Michael Mann. Meletakkan pernyataan itu sebagai "bumbu" konflik terkuat.

Ini tidak lagi sekedar nilai sebuah verifikasi-kebenaran, tapi tentang betapa lebih komersialnya  kontroversi untuk mendulang keuntungan.

Praktisi jurnalisme harus menjaga independensi terhadap sumber berita.

Reporter pemenang Pulitzer seperti Thomas L Friedman dari New York Times yang kondang dengan The World is Flat, terpaksa akan menanggalkan jabatan mereka sebagai wartawan ketika mereka jadi koloumnis. 

Bagaimana bisa kita menempatkan seseorang seperti Ronald Brownstein dari Los Angeles Times, yang menulis kolom, bekerja sebagai repoter dan juga sekalian menjadi komentator televisi.

Menurut Maggie Galagher dari harian New York Post, demi independensi yang dianutnya ia menggunakan tiga patron. Pertama, menganut prinsip kejujuran dan verifikasi yang dipegang setiap reporter. Kedua, Ketika menjadi partisan, jurnalis berkewajiban untuk bersikap adil kepada mereka yang tidak berseberangan. dan Ketiga, Menjaga kedekatannya dengan faksi-faksi.

Jurnalisme harus menjadi pemantau kekuasaan.

Pada tahun 1964, Hadiah Pulitzer kategori Reportase Investigatif, jatuh pada Philadelphia Bulletin untuk hasil reportasenya tentang opsir-opsir polisi di Philadelphia yang terlibat dalam kegiatan undian berhadiah, di luar tugas mereka. 

Tulisan itu kemudian menjadi pemicu gelombang pemantauan ketat terhadap korupsi polisi di kota-kota Amerika. Penekanan penghargaan reportase itu lebih pada peran pers sebagai aktivis, pembaru dan pengungkap.

Namun prinsip pengungkapan fakta ini kemudian disalahpahami oleh para wartawan, sebagai "susahkan orang senang". Padahal intinya demi layanan publik bukan sekedar mencari sensasi. 

Namun dalam kasus yang lain, ketika sebuah penerbitan bernama The Spie menjanjikan pembacanya akan menemukan kecurangan dalam permainan politik Kerajaan dan untuk itu mereka akan menyamar, menyebabkan untuk pertama kalinya membuat kerja pemerintah menjadi lebih transparan.

Jurnalisme harus menyediakan forum kritik maupun dukungan masyarakat.

Forum-forum seperti personal podcast, semacam Close The Door, adalah bagian dari upaya menyediakan ruang bagi publik untuk berbicara. Hanya saja fakta-fakta harus dipisahkan dari kepentingan yang bisa menyudutkan pihak lain atau justru memuat maslah semakin menggelembung menjadi blunder.

Sebuah kisah dari Cody Shearer yang rumornya diduga sebagai pelaku tindak ancaman seorang koraban pelecehan seksusal . Dalam siaran CNBC, yang menayangkan bincang-bincang Hardball dengan pemandu Chris Matthews. Ketika itu tamunya adalah Kathleen Willey, seorang perempuan yang pernah disebut-sebut menjadi korban pelecehan oleh Presiden Bill Clinton.  

Sebenarnya status tersangka Shearer masih praduga tak bersalah, karena belum ada pembuktian menyeluruh. Namun dalam acara Hardball, indikasinya dengan segera mengarah pada tuduhan Shearer sebagai si pelaku.

Faktanya Shearer punya alibi, karena pada saat dugaan kejadian ia justru sedang tidak berada di tempat kejadian dan sedang di luar kota. Tapi tak ada seorangpun yang berusaha melakukan check and balance. Sehingga rumor itu, lantas berubah menjadi fakta.

Jurnalisme harus berupaya keras untuk membuat hal yang penting menarik dan relevan.

Robert Mose hanya seorang kepala otoritas jembatan dan terowongan biasa di Triborough di kota New York. Perannya terbilang kecil dibanding para elite lain. Padahal ia berperan besar dalam pengembangan kota metropolitan  itu sepanjang abad ke-20. 

Tapi seorang jurnalis muda dari harian Newsday mengambil cara pandang baru, menelisik lebih dari sekedar sosok birokrat yang bekerja di bawah bayang-bayang para politisi besar. 

Tujuh tahun kemudian, Robert Caro si jurnalis itu, muncul dengan buku The Power Broker; Robert Moses and Fall of New York, setebal 1.100 halaman, dan muncul sebagai pemenang Pulitzer 1975 dan Hadiah Francis Parkman, yang menjadi contoh menyatunya sejarawan dan seniman. 

Atas dedikasi itu Mose tak hanya dikenal sebagai seorang birokrat biasa, tapi kontribusi "luar biasanya" justru menjadi bagian dari tumbuhnya metropolitan New York.

Jurnalisme harus menyiarkan berita komprehensif dan proporsional.

Jurnalisme adalah kartografi (penggambaran peta) modern. Ia menghasilkan peta bagi banyak orang untuk mengarahkan persoalan masyarakat. Itulah manfaat dan alasan ekonomi kehadiran jurnalisme. Konsep ini membantu menjelaskan apa yang menjadi tanggung jawab liputan jurnalisme. 

Seperti peta, nilai jurnalisme bergantung pada kelengkapan dan proporsionalitas. Wartawan yang menghabiskan waktu untuk kasus sensasional atau skandal selebritas dengan tidak sewajarnya- adalah para kartografer yang membuat gambaran membingungkan yang bisa menyesatkan orang, meskipun secara komersial menarik dan populer.

Praktisi jurnalisme harus diperbolehkan mengikuti nurani mereka.

Kisah Patricia Smith, seorang bintang jurnalis yang berbintang terang, meraih banyak penghargaan dan mewakili generasi muda Amerika keturunan Afrika. Apa salahnya?. Ketika banyak kolumnis mengangkat isu tentang komunitas kelas menengah kulit hitam urban yang sulit dijangkau, namun ditangan Patricia, semuanya menjadi begitu cemerlang dan mudah.

Namun kemudian muncul kecurigaan dari pihak Boston Globe, karena seluruh tokoh yang dianggap sangat menarik, dan berasal dari sebuah komunitas yang tertutup, sebagai hanya tokoh rekaan alias fiksi. 

Sejumlah wartawan bahkan berpikir kolumnis urban adalah sebuah genre tersendiri, dunia antah berantah antara jurnalisme dan cerita karangan. Ini adalah salah satu lorong gelap bisnis yang tak dibicarakan.

Gugatan tentang keabsahan fakta pada akhirnya juga buntu. Pada akhirnya jurnalisme adalah tindakan karakter. Mengingat tak ada hukum jurnalisme, tak ada peraturan, tak ada surat izin, dan tak ada pengaturan dari yang resmi, dan mengingat jurnalisme bisa dieksploitatif. 

Beban berat justru terletak pada etika personal dan penilaian dari wartawan dan organisasi secara individu tempat wartawan bekerja. 

Konsekuensinya, ada sebuah prinsip yang harus benar-benar dipahami oleh para wartawan dan yang kita sebagai warga ketika memilih media, terutama tentang nurani.

Gampangnya, mereka yang bekerja di organisasi berita harus mengakui adanya kewajiban pribadi untuk bersikap beda atau menentang redaktur, pemilik, pengiklan, dan bahkan masyarakat dan otoritas mapan jika kejujuran dan akurasi mengharuskan mereka berbuat begitu.

Warga juga punya hak dan tanggung jawab dalam hal-hal yang berkaitan dengan berita 

Elemen jurnalisme ini muncul dengan pekembangan teknologi informasi. Dalam elemen ini, masyarakat juga punya hak untuk menciptakan media sendiri, mulai dari membuat blog, jurnalisme warga (citizen journalism), media alternatif, namun juga harus bertanggungjawab.

Di selainnya itu, bagaimana tentang kejujuran dan keseimbangan?. Dalam dunia yang bergerak cepat dan telah menjadi begitu samar, tapi tetap menjadi elemen yang tak pernah boleh dibuang.

Begitu juga dengan independensi, objektifitas yang telah begitu kacau karena banyaknya kepentingan, sehingga konsepnya lebih banyak dipakai untuk menggambarkan problem yang betul-betul dipahami, agar bisa memberikan solusi.

Karena untuk pertama kalinya dalam sejarah panjang kita, berita kian banyak diproduksi oleh perusahaan di luar jurnalisme, dan organisasi ekonomi yang baru. 

Kita menghadapi kemungkinan bahwa berita yang independen akan tergantikan oleh komersialisme untuk kepentingan diri sendiri yang menyamar sebagai berita.

Jika hal ini terjadi, kita akan kehilangan pers sebagai lembaga independen yang bebas memantau badan-badan yang kuat dan lembaga-lembaga lain di masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun