Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

"Swing Vote", Kaum Rebahan yang Bisa Bikin Perubahan

5 Februari 2022   09:40 Diperbarui: 18 Februari 2022   04:06 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

identitas unhas

image-1578848323-5e1b504351286-620eb7e4bb44860e695a8ed3.jpg
image-1578848323-5e1b504351286-620eb7e4bb44860e695a8ed3.jpg
brilio.net

Bagaimana jika sebuah vote dari seorang swing voter menjadi rebutan dari dua kandidat presiden, karena kedua skor mereka sama persis dan hanya butuh "satu" pemilih untuk memenangkannya?. Sebuah realitas yang absurd, namun bisa saja terjadi di dunia nyata. Faktanya ini hanya sebuah bagian dari adegan skenario film, berjudul "Swing Vote" (2008).

9311672-20200218021910kaskus-id-61ff7427b4616e0b106e2093.png
9311672-20200218021910kaskus-id-61ff7427b4616e0b106e2093.png
Swing vote-adalah kategori pemilih rasional yang masih mengambang dalam menentukan pilihannya, sehingga bisa mengubah pilihannya sesuai dengan minat, ide, atau gagasan tertentu, adalah sebuah fenomena menarik dalam politik pemilu kita.

Apalagi kepastian pemilu 2024, sudah diputuskan pada tanggal 14 Februari. Sebuah kebetulan tanggal itu bertepatan dengan Valentine Day, hari para muda milenial. Lantas apa hubungannya dengan para milenial, Gen Z?.

Data berbicara, bahwa di tahun 2024, diperkirakan anak muda yang sudah boleh ber-pemilu akan naik hingga 60 persen dari angka prediksi daftar pemilih tetap (DPT) pemilu serentak di tahun 2019. Faktanya, pemilih berusia 20 tahun mencapai 17.501.278 orang, sedangkan yang berusia 21-30 tahun sebesar 42.843.792 orang. 

Mereka akan menjadi primadona baru yang potensial menjadi penyumbang suara para konstituen politik. Sekaligus juga tantangan tersendiri, karena para "kaum rebahan" itu adalah para voter yang gampang terpicu oleh isu (issue-driven).

Apa pun yang tengah viral di internet bisa dijadikan bahan diskusi bagi generasi milenial. Kecenderungan itu menyebabkan mereka dengan mudah berubah atau merubah pilihan, seiring dengan trend yang menguat.

Maka tiga hal menjadi kunci utama "mengendalikan" mereka; ketika kita menguasai teknologi, data, jaringan. Trend dapat diciptakan dengan penguasaan ketiga aspek itu, sehingga persepsi dapat di bentuk, dan para swing voter bisa "diarahkan".

115232449-epa-tv064189783-6203ceb7bb448664a121b803.jpg
115232449-epa-tv064189783-6203ceb7bb448664a121b803.jpg
bbc

Absurdnya Swing Vote dalam film

Bisa jadi kehadiran film berlatar belakang pemilu di Amrik ini, sebuah sindiran satir kepada para kandidat presiden yang sedang bertarung. Bahwa, bisa saja sebuah suara dari seorang swing voter, Bernama Bud (Kevin Costner ) mempengaruhi sebuah kemenangan seorang kandidat presiden.

Selama ini mungkin nasib seorang pemilik suara seperti Bud, tak pernah diperhitungkan oleh para kandidat, baik dari Republicans maupun Democrats.

Ada dua calon presiden yang sama-sama kuat, dari sang presiden 'murica sendiri, Andrew Boone (Kelsey Grammer) dan penasihat terpercayanya, Martin Fox (Stanley Tucci), serta kandidat dari partai Democrats, Donald Greenleaf (Dennis Hopper) dan penasihat terpercayanya, Art Crumb (Nathan Lane).

Film arahan Joshua Michael Stern ini, dirilis tahun 2008. Tentang swing vote sendiri, banyak spekulasi bermunculan, tentang kehadiran kelompok mengambang ini, yang berpotensi menjadi penyumbang "golput". 

Kelompok yang mengaku tidak berpolitik, tidak punya afiliasi politik dengan ragam bendera partai, tapi sebenarnya berpolitik. Mereka tidak berpartai, makanya di beri bendera "putih", sebagai simbol "keberpihakannya" pada independensi.

Bicara film Swing Vote, menceritakan tentang seorang single parent bernama Bud (Kevin Costner) yang hidupnya berantakan dan hobi mabuk-mabukan. Bahkan kondisi ini justru menyebabkan  putrinya sendiri, Molly (Madeline Carroll) yang harus mengurus kehidupan Bud yang kacau parah.

Tetap saja ada pesan menarik yang diselipkan sang sutradara dalam film besutannya, bahwa kepribadian Bud, memang buruk, tapi ia jenis ayah yang baik hati dan bertanggung jawab kepada keluarga, terutama puteri semata wayangnya.

Kejadian absurd dalam film  Swing Vote, bermula ketika Bud, justru mabuk dalam perjalanannya ke TPS, akibatnya Molly mengambil keputusan menggantikan ayahnya "mencoblos" di dalam bilik TPS.

Sialnya, bertepatan dengan giliran Bud yang diwakili Molly, sistem di TPS error sehingga Bud dianggap belum memilih, dan suaranya masih terkatung-katung, tapi datanya sudah masuk sebagai pemilih.

Karena sistem penghitungan suara menggunakan sistem komputerized yang canggih, dalam waktu singkat hasil quick count dari seluruh penjuru TPS di negera bagian Amrik masuk dan sebuah keajaiban, nilai kedua balon presiden sama.

Sebuah fakta yang sangat mustahil tapi namanya juga film, maka sisa "satu" vote milik Bud, menentukan masa depan Amrik.

Ambil Hikmahnya

Film itu kemudian lebih banyak bercerita tentang pergolakan pikiran Bud bersama Molly dengan tambahan fakta-fakta politik yang dicampur aduk dengan komedi, selama hampir 2 jam durasi film ini secara keseluruhan.

Barangkali dalam Pemilu 2024, kisah seperti Swing Vote akan makin rumit, karena diperkirakan dalam Pemilu 2024, akan banyak "balon presiden".

Bisa saja akan ada dua putaran dan dalam putaran kedua itulah "keajaiban" swing vote bisa saja terjadi. Jika benar, sebuah kebetulan yang bisa menginspirasi sekuel film dari #1 swing vote.

Selebihnya daya tarik film ini, adalah tentang drama keluarga, tentang kehidupan Bud dan Molly puterinya, yang kritis dan semakin dewasa. Tentang Bud yang karena kebiasaan buruknya mengkonsumsi alkohol sehingga mengabaikan kelurganya hingga broken home.

Peristiwa swing vote itu menyadarkan tentang, pengorbanan seperti yang sudah dilakukan istri Bud yang terpaksa memilih pergi karena ketiadaan pilihan yang positif untuk masa depan.

Ketika berurusan dengan masalah negara yang tiba-tiba berada dalam pilihannya, Bud merasa banyak hal yang harus ia korbankan. Apakah memilih presiden Andrew Boone yang dipandang buruk oleh para partisipan pemilu, atau memilih Donald Greenleaf yang kelihatan lebih idealis.

Sekali lagi ini adalah tantangan, namun juga pembelajaran yang bisa kita ambil dari hikmah film Swing Vote. Bahwa presiden pilihan rakyat yang kita anggap idealis, terkadang justru terbawa hanyut arus politik yang deras. Susah menjadi seperti seekor ikan di laut, selalu berada dalam air asin, tapi tak pernah berubah rasa menjadi asin. Ada konsistensi yang harus dijaga, agar tidak mudah hanyut dalam sikon politik.

Tapi seperti seorang filosof bilang, manusia tetaplah manusia, tempat titik lemah berada. Bahkan ketika kita sebagai partisipan pemilu berikhtiar dan kemudian berkehendak memilih balon presiden terbaik, pada akhirnya harus kecewa, bahwa ternyata pilihan kita tidak lebih dari seekor bunglon.

Sekali lagi begitulah politik, semuanya serba tak terduga. Yang awalnya rusuh karena beda ideologi dan pandangan politik, dengan tiba-tiba berubah menjadi pemikir pragmatis, daripada tidak ada kursi kekuasaan, sisihkan dulu beda ideologi, dan kini saatnya berkoaliasi.

Semua  barisan pendukung yang sudah "berdarah-darah" membela mati-matian balon presidennya, kehilangan logika. Bagaimana bisa perbedaan ideologi politik di beli dengan "kursi kekuasaan"?.

Kita ambil saja  hikmah dari film swing vote yang cukup menggugah dan mencerahkan kita dalam berpolitik lebih sehat. Dan bahwa seseorang yang bukan-siapa-siapa, bisa menjadi orang paling dicari setiap orang, begitulah tagline film ini, dan begitu pula keajaiban yang bisa terjadi dalam perpolitikan kita.

Referensi; 1, 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun