Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

"Swing Vote", Kaum Rebahan yang Bisa Bikin Perubahan

5 Februari 2022   09:40 Diperbarui: 18 Februari 2022   04:06 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film itu kemudian lebih banyak bercerita tentang pergolakan pikiran Bud bersama Molly dengan tambahan fakta-fakta politik yang dicampur aduk dengan komedi, selama hampir 2 jam durasi film ini secara keseluruhan.

Barangkali dalam Pemilu 2024, kisah seperti Swing Vote akan makin rumit, karena diperkirakan dalam Pemilu 2024, akan banyak "balon presiden".

Bisa saja akan ada dua putaran dan dalam putaran kedua itulah "keajaiban" swing vote bisa saja terjadi. Jika benar, sebuah kebetulan yang bisa menginspirasi sekuel film dari #1 swing vote.

Selebihnya daya tarik film ini, adalah tentang drama keluarga, tentang kehidupan Bud dan Molly puterinya, yang kritis dan semakin dewasa. Tentang Bud yang karena kebiasaan buruknya mengkonsumsi alkohol sehingga mengabaikan kelurganya hingga broken home.

Peristiwa swing vote itu menyadarkan tentang, pengorbanan seperti yang sudah dilakukan istri Bud yang terpaksa memilih pergi karena ketiadaan pilihan yang positif untuk masa depan.

Ketika berurusan dengan masalah negara yang tiba-tiba berada dalam pilihannya, Bud merasa banyak hal yang harus ia korbankan. Apakah memilih presiden Andrew Boone yang dipandang buruk oleh para partisipan pemilu, atau memilih Donald Greenleaf yang kelihatan lebih idealis.

Sekali lagi ini adalah tantangan, namun juga pembelajaran yang bisa kita ambil dari hikmah film Swing Vote. Bahwa presiden pilihan rakyat yang kita anggap idealis, terkadang justru terbawa hanyut arus politik yang deras. Susah menjadi seperti seekor ikan di laut, selalu berada dalam air asin, tapi tak pernah berubah rasa menjadi asin. Ada konsistensi yang harus dijaga, agar tidak mudah hanyut dalam sikon politik.

Tapi seperti seorang filosof bilang, manusia tetaplah manusia, tempat titik lemah berada. Bahkan ketika kita sebagai partisipan pemilu berikhtiar dan kemudian berkehendak memilih balon presiden terbaik, pada akhirnya harus kecewa, bahwa ternyata pilihan kita tidak lebih dari seekor bunglon.

Sekali lagi begitulah politik, semuanya serba tak terduga. Yang awalnya rusuh karena beda ideologi dan pandangan politik, dengan tiba-tiba berubah menjadi pemikir pragmatis, daripada tidak ada kursi kekuasaan, sisihkan dulu beda ideologi, dan kini saatnya berkoaliasi.

Semua  barisan pendukung yang sudah "berdarah-darah" membela mati-matian balon presidennya, kehilangan logika. Bagaimana bisa perbedaan ideologi politik di beli dengan "kursi kekuasaan"?.

Kita ambil saja  hikmah dari film swing vote yang cukup menggugah dan mencerahkan kita dalam berpolitik lebih sehat. Dan bahwa seseorang yang bukan-siapa-siapa, bisa menjadi orang paling dicari setiap orang, begitulah tagline film ini, dan begitu pula keajaiban yang bisa terjadi dalam perpolitikan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun