Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

"Swing Vote", Kaum Rebahan yang Bisa Bikin Perubahan

5 Februari 2022   09:40 Diperbarui: 18 Februari 2022   04:06 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama ini mungkin nasib seorang pemilik suara seperti Bud, tak pernah diperhitungkan oleh para kandidat, baik dari Republicans maupun Democrats.

Ada dua calon presiden yang sama-sama kuat, dari sang presiden 'murica sendiri, Andrew Boone (Kelsey Grammer) dan penasihat terpercayanya, Martin Fox (Stanley Tucci), serta kandidat dari partai Democrats, Donald Greenleaf (Dennis Hopper) dan penasihat terpercayanya, Art Crumb (Nathan Lane).

Film arahan Joshua Michael Stern ini, dirilis tahun 2008. Tentang swing vote sendiri, banyak spekulasi bermunculan, tentang kehadiran kelompok mengambang ini, yang berpotensi menjadi penyumbang "golput". 

Kelompok yang mengaku tidak berpolitik, tidak punya afiliasi politik dengan ragam bendera partai, tapi sebenarnya berpolitik. Mereka tidak berpartai, makanya di beri bendera "putih", sebagai simbol "keberpihakannya" pada independensi.

Bicara film Swing Vote, menceritakan tentang seorang single parent bernama Bud (Kevin Costner) yang hidupnya berantakan dan hobi mabuk-mabukan. Bahkan kondisi ini justru menyebabkan  putrinya sendiri, Molly (Madeline Carroll) yang harus mengurus kehidupan Bud yang kacau parah.

Tetap saja ada pesan menarik yang diselipkan sang sutradara dalam film besutannya, bahwa kepribadian Bud, memang buruk, tapi ia jenis ayah yang baik hati dan bertanggung jawab kepada keluarga, terutama puteri semata wayangnya.

Kejadian absurd dalam film  Swing Vote, bermula ketika Bud, justru mabuk dalam perjalanannya ke TPS, akibatnya Molly mengambil keputusan menggantikan ayahnya "mencoblos" di dalam bilik TPS.

Sialnya, bertepatan dengan giliran Bud yang diwakili Molly, sistem di TPS error sehingga Bud dianggap belum memilih, dan suaranya masih terkatung-katung, tapi datanya sudah masuk sebagai pemilih.

Karena sistem penghitungan suara menggunakan sistem komputerized yang canggih, dalam waktu singkat hasil quick count dari seluruh penjuru TPS di negera bagian Amrik masuk dan sebuah keajaiban, nilai kedua balon presiden sama.

Sebuah fakta yang sangat mustahil tapi namanya juga film, maka sisa "satu" vote milik Bud, menentukan masa depan Amrik.

Ambil Hikmahnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun