Di awal E-commerce, sebagai fenomena dagang baru, disebut sebagai "bisnis yang tak pernah tidur". Komposisinya meliputi pasar lintas batas negara dan benua, dengan segala macam jenis segmen pasar. Terbukti dalam situasi dan kondisi pandemi, model ini menjadi solusi terbaik, mempertahankan jaringan bisnis agar tetap survival dan dapat memenuhi kebutuhan dalam kondisi serba dipenuhi keterbatasan. (physical distancing, work from home, social distancing).
Harapan ini sebenarnya impian paling realistis yang pernah diimpikan manusia. Ketika sensasi dan penetrasi internet semakin menggila, terutama dengan kemunculan tren yang disebut Kosumerisme TI, istilah yang pertama kali dipopulerkan oleh Dougals Neal dan John Taylor di Forum Terdepan CSC pada tahun 2001, intinya, "teknologi telah merambah ke dalam rumah".
Dan merevolusi cara kita berbisnis, ketika ponsel pintar dan tablet menggantikan komputer dekstop dan laptop sebagai cara utama bertransaksi!. Â
Revolusi itu menjadi sebuah kebutuhan, apalagi selama pandemi, menurut data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Indonesia tahun 2018 terdapat 1.785 koperasi dan 163.713 pelaku UMKM terdampak pandemi. Padahal jumlah unit usaha UMKM berkisar 99,9% dari total unit usaha atau 62,9 juta unit, dan menyerap 97% dari total penyerapan tenaga kerja, 89% di antaranya ada di sektor mikro, dan menyumbang 60% terhadap produk domestik bruto (Kemenkop dan UMKM, 2018).
Bagaimanapun sindrom setiap bisnis dalam turbulensi akibat pandemi covid-19 harus dicerdasi.Â
Dalam laporan bertajuk "Digital 2021", disebutkan bahwa pengguna internet di Indonesia pada awal tahun 2021 saja, sudah mencapai 202,6 juta jiwa. Jumlah ini meningkat 15,5 persen atau 27 juta jiwa jika dibandingkan pada Januari tahun 2020 lalu. Jika total jumlah penduduk Indonesia saat ini saja, berjumlah 274,9 juta jiwa, artinya penetrasi internet di Indonesia pada awal 2021 sudah mencapai 73,7 persen.Â
Dukungan itu makin terbukti, ketika era cashless telah menjadi sebuah kebutuhan akselerasi bisnis yang semakin tanpa batas. JNE Per tanggal 20 Juli 2020 juga hadir dengan fitur  JNE Online Booking & Cashless. Jika pada awalnya, JNE hanya memiliki fitur Online Booking (AWB Otomatis), kini JNE hadir lebih lengkap dengan fitur JNE Cashless (Non-Tunai) juga. Jadi, selain nggak perlu menulis resi secara manual, kamu juga nggak perlu membayar ongkos kirim secara tunai pada saat mengantarkan paket ke gerai JNE dengan bonus cashback juga.Â
JNE dan Nilai-Nilai Sosial
Sebagai sebuah kekuatan bisnis yang telah diakui publik dalam melayani konsumen, JNE juga berpartisipasi dalam aktifitas sosial untuk berbagi kebahagiaan kepada masyarakat umum. Program CSR dari JNE selengkapnya di http://www.jne.co.id/id/perusahaan/csr.
Bahkan komitmen itu juga diwujudkan dalam aktifitas CSR JNE Go Green yang mendukung gerakan pungut sampah dan pembuatan taman kota ilmu pengetahuan. Kekuatan konsolidasi itu dibangun melalui wadah JNE komunitas melalui program CSR Go Community untuk mendukung pemberdayaan masyarakat dan pengembangan ekonomi desa, serta pelestarian budaya. Serta komitmen pada pendidikan melalui JNE bidang pendidikan yang bertujuan mendukung kegiatan belajar dan mengajar, calistung, edukasi kesehatan, olahraga, bisnis, dan internet.