Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengapa Keluarga Kaya Bisa Kena Stunting?

31 Januari 2022   20:30 Diperbarui: 2 Februari 2022   12:58 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fakta ini menambah panjang masalah, karena sebelum pandemi, diperkirakan sudah ada 47 juta balita yang mengalami penurunan berat badan dengan cepat (wasting) di tingkat sedang hingga parah yang sebagian besar tinggal di Afrika sub-Sahara dan Asia Tenggara.

Apa kaitan pandemi dan stunting?. Pengetatan kondisi pandemi atau lockdown, menganggu ekonomi dan terganggunya rute bantuan vital dalam perdagangan internasional. Akibatnya seperti menjadi kekuatiran PBB, pendemi menciptakan "efek antar generasi" pada kesehatan jutaan manusia.

Sehingga kerja-kerja mengatasi stunting menghadapi kendala yang serius. Sehingga fakta bertambahnya stunting selama pandemi menjadi agenda yang harus menjadi fokus pemerintah. Kebijakan tidak hanya soal bantuan ekonomi bagi kelompok rentan, namun juga aksi nyata yang difokuskan pada kesehatan anak-anak akibat efek pendemi secara ekonomi.

Rumus, kurus bukan berarti sakit, dan gemuk bukan berarti sehat, bisa jadi benar jika kita memahami dengan benar tentang kesehatan anak-anak.

Pemahaman yang keliru tentang makanan bergizi, kesehatan anak, imunisasi, penyakit infeksi dan sanitasi buruk menyebabkan jutaan anak menjadi "tumbal", kemiskinan dan minimnya perhatian kita terhadap anak-anak. Stunting dan wasting adalah  bukti nyata bahwa ketimpangan sosial, kebijakan pembangunan kita masih belum sepenuhnya merata dan menyentuh semua kalangan.

referensi; 1,2,3,4,5

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun