Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Saatnya "Mak Irit" Bekerja Dalam Manuver Para Politikus Muda

13 Januari 2022   11:49 Diperbarui: 13 Januari 2022   21:24 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

malangtimes.com

Dalam praktiknya, Mak Irit sejatinya adalah spesialisasi "mengecilkan yang besar", sebaliknya Mak Erot,  justru  spesialisasi "membesarkan yang kecil", jadi biarlah kali ini Mak Irit yang bekerja.

giring-nidji-bni-20170731-080109-61dfadaf1b796c7e1201b4c3.jpg
giring-nidji-bni-20170731-080109-61dfadaf1b796c7e1201b4c3.jpg
tribun.com

Saya sebenarnya penggemar Giring "Nidji" Ganesha, sewaktu masih ngamen di band. Dengan rambut keriting, Giring selalu tampil eksentrik di panggung, dengan mikrofon yang dibawa kemana-mana, dengan gaya bebasnya. Ternyata belakangan sesudah masuk dunia politik, gaya panggungnya masih di bawa-bawa, tetap eksentrik dengan suara khas dan gayanya.

Jadi susah jika kita harus "ngompol"-ngomong politik, karena selalu ada yang dibawa-bawa atau terbawa-bawa. kalau istilahnya bukan dipolitisasi, dipolitisir,  apalah namanya,  intinya kalau sudah berurusan dengan masalah, terus figurnya dari parpol dengan bendera tertentu, langsung isunya berubah menjadi politik. Ingat BRIN kemarin kan?.

857657-03492821112021-anies-baswedan-jas-jempol-61dfb08a1b796c097238bf22.jpg
857657-03492821112021-anies-baswedan-jas-jempol-61dfb08a1b796c097238bf22.jpg
Publica RMCL.com

Jadi kita susah netral, (dari pandangan sepihak orang lain), karena orang yang golput-golongan putih yang katanya netral dan tidak memihak siapapun, juga dianggap berpolitik. Nah Lho.

Sekarang kita bicara Giring bukan dalam kapasitas sebagai anggota grup band Nidji, tapi sebagai Ketua Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Belakangan santer ia "ngompol" soal Anies Baswedan, yang tak lain Gubernur DKI Jakarta. Ranah mereka sekarang berdekatan, parpol-Legislatif  dan pemerintahan-eksekutif, bukan artis dan praktisi pendidikan. 

Sedangkan kita berusaha berdiri diantaranya, meski bukan dalam kapasitas sebagai seorang pengamat politik, tapi sekedar memanfaatkan ruang kebebasan bersuara. Maka dari itu  kita akan ikutan "ngompol" bersama mereka.

Simbiosis Mutualis Tersembunyi?

Sosok Giring Ganesha dikenal sebagai politisi yang kerap menyampaikan kritik tajam pada kebijakan Gubernur DKI Anies Baswedan. Sebelumnya diketahui, dalam sebuah pidato, Giring Ganesha menyampaikan kritik pada seorang tokoh yang diduga kuat adalah Anies Baswedan. 

Meskipun tak secara langsung menyebut nama, banyak pihak meyakini sosok yang disindir oleh Giring adalah Anies.Tak hanya itu, beberapa waktu lalu, Giring juga mengunggah sebuah video yang memperlihatkan aksinya mendatangi lokasi formula E. Ia pun kembali menyampaikan kritik kepada pemprov DKI.

"Tadi pagi sidak ke Lokasi Formula E. Ya, beginilah kiranya proyek uang rakyat 2,3 T itu. Pembangunan jalur balapan terlihat dihiasi lumpur yang 'mengisap', " kata Giring dalam unggahannya, dalam acara puncak HUT ke-7 PSI dari siaran langsung Youtube PSI, Rabu (22/12/2021).

Kritik berikutnya soal penanganan banjir Pemprov DKI Jakarta, meskipun diapresiasi positif oleh publik  DKI, terutama dengan solusi sumur resapan, Giring kemudian melontarkan kritiknya soal  Anies mempersoalkan curah hujan dan juga debit air yang berasal dari daerah lain seperti dari Bogor dan Depok. Giring kemudian juga menyebut  Anies tak punya visi soal banjir.

Menyusul soal pandemi, Giring berasumsi, Anies kerap menggunakan isu pandemi di hadapan media. Sehingga Giring mengajak publik mengkritisi soal penggunaan uang rakyat melalui APBD DKI di masa pandemi dan mengkonfrontir dengan alokasi dana untuk menggelar acara balap mobil Formula E. 

Menurut Giring harus ada prioritas dalam situasi krisis. Seorang pemimpin harus berupaya keras untuk menyelamatkan rakyat. Baginya, prinsip mendahulukan kepentingan rakyat merupakan langkah yang lebih penting dilakukan pemimpin.

Begitulah, tapi ada apa sebenarnya di balik manuver-manuver politik itu?. Lantas bagaimana semestinya solusi menyelesaikan masalah dua kubu, dari perspektif Mak Erot dan Mak Irit, duo spesialis yang bukan rahasia umum lagi.

Ada simbiosis mutualis, keuntungan bagi kedua belah pihak. Hanya saya simbiosa ini berbeda dengan kasus ketika awal Anies memasuki gelanggang politik bertarung di DKI 1 melawan Ahok, ini pola yang berbeda.

Dari kacamata para pengamat, justru simbiosa dari manuver itu sangat tersembunyi.  Meskipun publik awam mungkin melihatnya PSI dan Ketua Umumnya Giring Ganesha ingin mendegradasi Anies Baswedan, namun manuver PSI dan Giring terus menyerang Anies.

Itu sesungguhnya adalah instrumen manuver partai anak muda tersebut. Instrumen ini diangap efektif untuk sekali mendayung dua pulau terlampui.

Setidaknya ada dua keuntungan, dari pertarungan keduanya.

Pertama; Dalam politik ada kalkulasinya, Giring tak cuma sedang bermanuver belaka, kata para pengamat politik Tony Rasyid, menyebut manuver  PSI Kerap sasar Anies untuk cari perhatian pendukung PDIP, popularitas naik dan simpati dari kelompok pendukung PDIP didapat.

Kedua, dari kubu Anies pun begitu juga. Perhatikan bahwa serangan dan manuver Giring, justru menggiring pendukung Anies Baswedan justru semakin solid dengan adanya kritikan itu. Sebab, para pendukung Anies tidak suka jika idolanya dianggap remeh oleh pesaing politiknya, seperti juga disampaikan Tony Rasyid.

Semakin ditekan akan semakin banyak pendukung Anies yang membanjiri kolom komentar di media sosial PSI dan Giring, menggunakan semua persenjataan medsosnya untuk menyerang balik. Kita ikut tersedot dalam pusaran polemik mereka. 

Ikut-ikutan membuka kanal Youtube, Instagram, mencari tahu apalagi "ompolan" mereka. Termasuk artikel yang sedang saya tulis juga bagian dari luberan "ompol" mereka.

Barangkali yang sangat menarik adalah analisis terbalik dari manuver itu. Ketika PSI sudah berhadap-hadapan dengan para pendukung Anies, PSI telah masuk di kubu para pendukung PDIP. Kalau sudah ada di dalam kubu para pendukung PDIP, akan relatif lebih mudah bagi PSI menggeser dukungan kader PDIP ke PSI.

Menurut kacamata pengamat begitulah politik dimainkan. Terlepas dari benar atau tidaknya itu terserah siapapun untuk menganalisis dan menyiapkan argumen untuk menolaknya.

Apalagi jika melihat arah yang mengerucut dari manuver Giring, justru  diarahkan keapda PDIP, jika hal ini dibiarkan, PDIP akan banyak kecolongan suara di Pileg 2024. Jadi lawan sesungguhnya bagi PSI adalah PDIP. Anies hanya instrumen untuk mengambil suara dari PDIP. Benarkah, itu hanya sebuah analisa, sekali lagi sebuah asumsi dari kacamata pengamat dan analis politik.

Bagaimanapun manuver itu ternyata juga memancing mantan Wali Kota Palu, Sigit Purnomo Syamsuddin Said alias Pasha Ungu untuk ikut berbagi argumentasi. Pasha  menilai apa yang disampaikan Giring terlalu naif dan kerdil.

Jakarta dalam pemahaman awam seperti sebuah Indonesia kecil, kurang lebih begitu orang sering bilang. Urusan pilkada DKI Jakarta  juga nyaris semi-semi tarung RI 1. Pasha menegaskan, mengelola Jakarta tidak semudah ucapan di media sosial, butuh perhatian ekstra keras.

Menurut Pasha yang sudah punya pengalaman di birokrasi pemerintahan, pemerintah bekerja berdasarkan prinsip kebutuhan yang dilaksanakan by sistem, by regulasi dan anggaran yang sudah diposkan. Kompleksitas Jakarta ketika pandemi saja bisa kita lihat, ada persoalan kemiskinan baru dampak dari pandemi, pemulihan ekonomi, pembangunan juga pembenahan kota, yang harus disiapkan solusinya secara linier dan pararel.

Ilmu Mak Erot Versus Mak Irit

Agar politik tidak membias dan meluber, sebenarnya narasi yang dimainkan harus proporsional dan rasional. Bahkan sebuah kritikan, idealnya harus disertai komitmen untuk perbaikan. Katakanlah sebagai kelompok oposisi, didalamnya ada dua pilihan;

Garis keras yang hanya menyerang dengan tujuan menjatuhkan saja. Atau menyerang, sebagai masukan dengan penawaran solusi. Pembuktiannya?, jika pemerintah yang sedang berjalan, menerima masukan dan dianggap logis dan proporsial lantas dijalankan dan berhasil, itu menjadi sebuah kebaikan bersama dalam membangun negeri. Jika tidak akan digunakan ruang mediasi menjembatani ketemunya dua perbedaan.

Contoh kecil, bicara kontestasi 2024, tapi kendaraan orang yang disasar juga belum ada, ini juga sebuah tanda tanya, kemana arah dan fokusnya. Ibarat lemparan bumerang, ia akan kembali ke si pelemparnya.

Jika serangan atau manuver dimaksudkan untuk mendistorsi elektabilitas Anies, jangan lupa juga, Anies Baswedan adalah produk dari sebuah proses demokrasi. Anies dipilih oleh mayoritas masyarakat DKI Jakarta. Bukan ditunjuk apalagi menunjuk dirinya sendiri sebagai kepala pemerintahan.

Demikian juga soal APBD, ada undang-undang yang mengatur, semua ada mekanisme, seperti kata Pasha. Jika dalam realiasasi ada rencana pembangunan yang tidak berjalan atau belum terakomodir, maka dapat disampaikan  kepada Dewan yang mewakili aspirasi. Dalam kerja-kerja politik ada perangkat regulasi yang harus dimainkan, itulah gunanya UU sebagai aturan main, sekaligus sebagai "mainan".

Semestinya para politikus muda-tua dengan manuver-manuver yang bikin bingung publik , harus belajar dari  kearifan ilmu Mak Irit, jika ada beda persepsi politik yang krusial, yang besar usahakan dikecilin. Supaya eskalasinya tidak meledak, dan bikin publik bingung dengan laku politisi yang semestinya memberikan pendidikan politik yang baik, bukan sebaliknya.Sekalipun itu bagian dari strategi. Situasi pandemi belum pulih, ekonomi masih morat marit, sekolah masih bingung PTM 100 % apa kembali belajar daring, Omicron-pun masih mengintai.

Sebaliknya jika ada masalah yang kecil namun memiliki impact besar bagi pembangunan, kesejahteraan rakyat banyak dan membutuhkan partisipasi, perhatian dari semua orang, biarlah  kedigjayaan ilmu Mak Erot  membesarkannya.

Sekarang terserah pada semua politikus, termasuk Giring, Anies dan siapapun, apakah mau mempraktekkan ilmu Mak Irit atau justru memanfaatkan ilmu Mak Irit?. Dikondisikan saja, biar pandemi berlalu, ekonomi bangkit lagi, sekolah normal lagi dan kita siap mengadu "jago" di 2024, kurang lebih dua tahun lagi. Be patient, jangan pada curi start. Pamali nanti kena semprit dan diulang lagi. Salam demokrasi!.

Referensi; 1, 2, 3, 4, 5

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun