Mohon tunggu...
Hanif Sofyan
Hanif Sofyan Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pegiat literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Buku De Atjehers series

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Saatnya "Mak Irit" Bekerja Dalam Manuver Para Politikus Muda

13 Januari 2022   11:49 Diperbarui: 13 Januari 2022   21:24 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kedua, dari kubu Anies pun begitu juga. Perhatikan bahwa serangan dan manuver Giring, justru menggiring pendukung Anies Baswedan justru semakin solid dengan adanya kritikan itu. Sebab, para pendukung Anies tidak suka jika idolanya dianggap remeh oleh pesaing politiknya, seperti juga disampaikan Tony Rasyid.

Semakin ditekan akan semakin banyak pendukung Anies yang membanjiri kolom komentar di media sosial PSI dan Giring, menggunakan semua persenjataan medsosnya untuk menyerang balik. Kita ikut tersedot dalam pusaran polemik mereka. 

Ikut-ikutan membuka kanal Youtube, Instagram, mencari tahu apalagi "ompolan" mereka. Termasuk artikel yang sedang saya tulis juga bagian dari luberan "ompol" mereka.

Barangkali yang sangat menarik adalah analisis terbalik dari manuver itu. Ketika PSI sudah berhadap-hadapan dengan para pendukung Anies, PSI telah masuk di kubu para pendukung PDIP. Kalau sudah ada di dalam kubu para pendukung PDIP, akan relatif lebih mudah bagi PSI menggeser dukungan kader PDIP ke PSI.

Menurut kacamata pengamat begitulah politik dimainkan. Terlepas dari benar atau tidaknya itu terserah siapapun untuk menganalisis dan menyiapkan argumen untuk menolaknya.

Apalagi jika melihat arah yang mengerucut dari manuver Giring, justru  diarahkan keapda PDIP, jika hal ini dibiarkan, PDIP akan banyak kecolongan suara di Pileg 2024. Jadi lawan sesungguhnya bagi PSI adalah PDIP. Anies hanya instrumen untuk mengambil suara dari PDIP. Benarkah, itu hanya sebuah analisa, sekali lagi sebuah asumsi dari kacamata pengamat dan analis politik.

Bagaimanapun manuver itu ternyata juga memancing mantan Wali Kota Palu, Sigit Purnomo Syamsuddin Said alias Pasha Ungu untuk ikut berbagi argumentasi. Pasha  menilai apa yang disampaikan Giring terlalu naif dan kerdil.

Jakarta dalam pemahaman awam seperti sebuah Indonesia kecil, kurang lebih begitu orang sering bilang. Urusan pilkada DKI Jakarta  juga nyaris semi-semi tarung RI 1. Pasha menegaskan, mengelola Jakarta tidak semudah ucapan di media sosial, butuh perhatian ekstra keras.

Menurut Pasha yang sudah punya pengalaman di birokrasi pemerintahan, pemerintah bekerja berdasarkan prinsip kebutuhan yang dilaksanakan by sistem, by regulasi dan anggaran yang sudah diposkan. Kompleksitas Jakarta ketika pandemi saja bisa kita lihat, ada persoalan kemiskinan baru dampak dari pandemi, pemulihan ekonomi, pembangunan juga pembenahan kota, yang harus disiapkan solusinya secara linier dan pararel.

Ilmu Mak Erot Versus Mak Irit

Agar politik tidak membias dan meluber, sebenarnya narasi yang dimainkan harus proporsional dan rasional. Bahkan sebuah kritikan, idealnya harus disertai komitmen untuk perbaikan. Katakanlah sebagai kelompok oposisi, didalamnya ada dua pilihan;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun